Panik! Itulah yang dirasakan Leon saat ini. Berkali-kali ia menghubungi Inggit, tapi gagal. Saat ini ia berada di depan panti asuhan yang Inggit maksud.Sebelumnya Inggit menolak saat Leon berinisiatif mengantarkan, ia lebih memilih naik, lebih santai kata Inggit.Sampai pukul 9 malam, Inggit tak juga keluar Leon masuk ke dalam panti, menanyakan di mana Inggit. Begitu tahu Inggit sudah tidak ada di panti, Leon mulai gelisah, ia khawatir terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Mengingat Inggit menjadi incaran papanya.Leon tidak bisa berpikir jernih, seolah ada yang hilang di dalam sana begitu dirinya belum bisa menemukan di mana Inggit berada.Leon takut, Inggit ditemukan papanya. Akan menjadi seperti apa perempuan lemah itu jika kembali ke pelukan papanya. Leon yakin, kali ini adalah ulah papanya.Segera Leon menginjak pedal gas, mobil kembali melaju di jalanan dengan cepat. Leon tak peduli jika hubungan dengan papanya nanti kembali retak. Keselamatan Inggit lebih penting.Sementara i
“Haha... Akhirnya Om Dirga suka rela mendekat,” seru Aluna senang. Ia merebahkan diri di kamar dengan santai.Bagi Aluna hati ini adalah hari keberuntungan untuknya. Bagaimana tidak, baru saja Mami menelepon, mengatakan bahwa Mami sangat puas dengan Inggit yang berhasil dibawa Aluna ke rumah bordil.Sekarang, Dirga yang sempat menolaknya kembali menghubungi dirinya. Aluna menebak, Dirga curiga atas hilangnya Inggit.Tak apa! Aluna mampu menghadapi Dirga atau siapa pun yang mengganggu hidupnya. Aluna bersyukur dianugerahi otak cemerlang, sehingga mampu menghadapi situasi sesulit apa pun.“Balas atau tidak ya?” ucap Aluna.“Ah, tidak usah. Biar dia datang sendiri menemuiku. Giliran aku yang akan jual mahal, Om!”---“Inggit, Lo di panggil Mami ke ruangannya. Ayo aku antar.” Mery masuk ke kamar Inggit.“Untuk apa?” tanya Inggit heran.“Ck, jangan pura-pura lupa. Hari ini lo resmi jadi penghuni rumah bordil Mami. Ikuti kata Mami, kalau gak pengen disiksa.”Mendengar jawaban Mery, Inggit s
inggit menangis sesenggukan di pojok kamar, matanya membengkak karena terlalu lama menangis. beberapa bagian tubuhnya, membekas merah terkena cambukan darren. sesuai dugaan inggit, darren memiliki kelainan seks yang mengerikan. tulang-tulang inggit serasa patah serentak, bahkan hampir saja inggit kehilangan nyawa, karena darren sempat mencekik lehernya. air mata inggit terus mengalir deras di pipi. darren sudah keluar dari kamar, setelah memuaskan hasratnya, darren pergi begitu saja, membiarkan luka di tubuh inggit semakin menganga. sedih, kecewa, dan marah menjadi satu, siapa yang harus ia salahkan saat tuhan memberikan jalan hidup seperti ini? ceklek!datanglah darren membawa kotak p3k di tangan, wajahnya sudah lebih segar dari sebelumnya. “kemarilah, aku obati luka itu,” perintah darren, seorah kerbau dicucuk hidungnya, inggit menurut saja. ia menutupi tubuh polosnya menggunakan selimut tebal. inggit yakin ada sisi lain dari darren yang bisa dimanfaatkan. ia yakin, darren buk
“Papa g*la!” hardik Leon begitu sampai di kantor Dirga. Ia menatap papanya nyalang, seolah bertemu dengan musuh.“Maksudmu?” tanya Dirga tenang. Ia berpura-pura memeriksa berkas di mejanya.“Aluna! Apa maksud papa akan menikah dengan Aluna? Bukankah papa janji akan mencari Inggit bersama?” tanya Leon lirih.“Inggit? Ah, iya... kemarin papa memang berminat mencari Inggit. Tapi, sekarang tidak lagi. Kau carilah gadis itu sendiri. Bukankah kamu mencintai Inggit?” jawab Dirga tenang. Ia memang sudah menyiapkan jawaban dan mental jika Leon datang menemuinya untuk bertanya.“Kenapa papa berubah pikiran secepat itu?” tanya Leon tak percaya.“Inggit bukan siapa-siapa. Papa hanya butuh kenikmatan, dan bisa papa dapatkan dari Aluna. Salah?” dusta Dirga. Ya, sengaja ia berbohong pada Leon, agar anaknya itu tidak bertanya yang lain.Nama Inggit masih tersemat kuat di hati Dirga, ada harga yang harus Dirga bayar untuk mendapatkan Inggit kembali.“Kurang aj*r!”Bugh!Leon meninju perut papanya, mem
Brak!Leon membuka pintu ruangan Aluna kasar, membuat penghuni ruangan itu seketika menoleh ke arah pintu.“Katakan di mana Inggit?” cecar Leon tidak sabar, napasnya memburu. Ia berdiri tepat di depan meja kerja Aluna.Aluna tidak terkejut dengan kedatangan Leon, ia sudah memperkirakan ini semua. Aluna yakin, Dirga yang memberitahu anaknya ini untuk menemuinya jika bertanya tentang Inggit.Aluna tahu, jika Dirga belum sepenuhnya mencintai dan menerima dirinya, mungkin saja ada misi mencari tahu keberadaan Inggit. Terbukti bukan? Leon mendatangi dirinya begitu ia mempublikasikan pernikahannya dengan Dirga.Lantas, apakah Aluna benar-benar ingin menikah dengan Dirga? Jawabannya, iya! Ada banyak tujuan yang ingin Aluna raih dengan menikahi Dirga.“Apa maksudmu, Leon? Kau datang tanpa salam, lalu memaki. Apakah sopan?” ejek Aluna. Ia menghentikan aktivitasnya, lalu fokus menatap Dirga dengan pandangan menyebalkan. Jika saat ini Leon lepas kendali, ia tidak akan segan memukul gadis licik i
“Batalkan pernikahanmu!”Perintah Darren terus terngiang di kepala Aluna. Seperti buah simalakama. Andaikan membatalkan pernikahan, apa kata dunia? Aluna tidak siap menjawab banyak pertanyaan, apalagi Dirga. Apa yang akan ia katakan pada duda tampan itu?“Kenapa Darren datang di saat tidak tepat? Sialan memang. Memangnya siapa dia? Berani sekali memerintahku seenaknya sendiri.”Aluna berteriak meluapkan kesal di hati, untung saja jadwal hari tidak ada meeting dengan siapa pun. Mood Aluna hancur, ingin rasanya memakan seseorang untuk meluapkan kekesalan.“Jika kamu tidak membatalkan pernikahanmu, aku akan menyebarkan foto itu!”Ancaman Darren benar-benar membuat Aluna tidak berkutik, apa alasan Darren melakukan itu semua? Apa keuntungan yang Darren dapatkan jika Aluna batal menikah?Tuk tuk tukAluna mengetuk kuku di atas meja, ia mencoba memikirkan jalan keluar dari masalah yang menghimpit hidupnya. Sayangnya, otaknya buntu. Aluna tidak bisa memikirkan jalan keluar.“Argh ....”Aluna
“Leon, mau sampai kapan kamu meratapi kepergian Inggit?” hardik Dirga pada Leon yang tiduran di ranjang.“Papa berisik!” balas Leon. Ia menggeliat malas, dan kembali menenggelamkan kepalanya ke dalam selimut.“Heh, kamu jangan lemah gara-gara perempuan! Gara-gara Inggit pergi kamu jadi melalaikan pekerjaan, perusahaan kacau tidak ada yang handle. Mau seperti ini terus? Kamu pikir tidur setiap hari memikirkan perempuan itu, dia bakal kembali? Enggak, Leon! Bangkit! Cari dia! Jangan lalai dengan perusahaan yang susah payah kamu rintis!” bentak Dirga panjang lebar.“Emang papa tahu dia di mana? Enggak kan?” sergah Leon kasar, ia menyembulkan kepala di balik lipatan selimut tebal.“Papa sudah tidak memikirkan Inggit. Carilah dia!”Bohong! Dirga hanya berbohong pada Leon, ia tidak mau susah mencari Inggit.“Kenapa papa berubah pikiran? Bukankah papa menyukai Inggit?” tanya Leon heran. Tidak biasanya Dirga seperti itu. Mungkinkah karena akan menikah dengan Aluna? Entah!“Mana bisa papa lega
Bom yang Darren lempar, hari ini meledak! Berita Aluna bertebaran di mana-mana, bahkan di semua sosial media. Berita yang beredar, memiliki judul yang hampir sama, Aluna mantan pelacur. Fredi melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya.Sraakkk!Aluna membuang semua barang yang terlihat di depan matanya. Berkas, tas, babakan ponsel miliknya.Napasnya memburu, wajahnya merah, semerah magma. Marah, itu yang dirasakan Aluna. Ia tak menyangka, jika Darren serius dengan ucapannya. Dari mana Darren tahu rencana pernikahannya yang terus berjalan? Seingat Aluna hanya dirinya, pihak WO, dan Dirga yang tahu rencana Aluna.Aluna menyibakkan rambut panjangnya yang menutupi wajah. Lalu kedua tangan berada di pinggang.“Siapa? Siapa yang membocorkan rencana itu? Sialan! Pasti semua orang akan menghujatku habis-habisan.”Tubuh Aluna lemas, seolah tidak mampu berdiri, saat mengingat ia akan dibully dan dihujat jika keluar dari ruangan. Ia mendaratkan bokong ke atas kursi miliknya.Perlahan ia meraih te