Share

4. Tragedi di kantin

Kinan dan Berry memasuki kantin.

Kinan mendengus.

"Kenapa Kin?" tanya Berry sambil mengikuti ekor mata Kinan.

"Owh...cari tempat di pojok sana aja yuk," ajak Berry.

Kinan mengangguk.

Tapi ketenangan mereka tak berlangsung lama.

"Hai, Gembul. Makan apa hari ini? Berapa porsi? 3 atau 4 porsi cukup?" tanya Reykhel dengan tatapan mengejek.

Berry menggeram, namun Kinan memegang pahanya. Berry memang agak tempramen di banding Kinan.

"Mau gabung Kak? Silahkan duduk. Masih ada bangku kosong," ucap Kinan sopan.

"Disini? Boleh? Gak takut oleng nanti? Kan berat sebelah," ujar Reykhel terbahak disertai teman-temannya.

Seisi kantin juga menjadi riuh. 

"Diam, gak ada yang nyuruh Lo pada ikutan gue tertawa," ucap Reykhel tajam menatap satu persatu siswa di kantin tersebut.

"Lo apain adek gue, gembul? Adik tersayang gue," tanyanya sambil mengetuk meja.

Kinan mengkerutkan keningnya. 

"Apa Beno adeknya Kak Reykhel?" Batinnya.

"Adek yang mana ya Kak?" tanya Kinan seolah tidak tahu.

"Haduh si gembul ini gemesin banget deh," jawab Reykhel sambil mencubit pipi Kinan. 

"Aw...sakit, tau...,ucap Kinan memegang pipinya.

"Cukup!!!! Keterlaluan ya. Jangan mentang-mentang Lo senior disini, dan kita cewek, Lo seenak jidat Lo bertindak ya," ucap Berry marah.

Kinan menahan Berry yang sudah berdiri.

"Gak bisa Kin. Cukup dia ngehina Lo," kali ini amarah Berry tak terbendung. 

"Udah Ber, biarin aja," jawab Kinan tenang.

"Biarin gimana. Lo punya nama, bukan gembul kayak yang dia bilang," jawab Berry dengan nafas turun naik menahan emosi.

"Heh Kak, kalo Lo gue panggil jailangkung, Lo mau??" Tanya Berry berkacak pinggang.

"Wah...wah...wah... ngelunjak ini anak. Belom tau dia siapa gue," ucap Reykhel melotot.

"Lo pada yang cari gara-gara. Kita dari tadi disini diam ya. Gak ngapa-ngapain," ucap Berry.

"Maafkan kita kak," ucap Kinan.

"Kinan!!" teriak Berry menghempaskan pantatnya kembali duduk.

"Kali ini gue maafin ya. Tapi awas, lain kali kalo gue denger elo berulah lagi, Lo akan tahu siapa gue," anxam Reykhel.

"Lo yang nanti nyesel kalo tahu siapa kita sebenarnya," ucap Berry sedikit membentak.

"Sssst," Kinan menyentuh bibir Berry deng,an telunjukny.

Reykhel menjauhi mereka dan kembali duduk di tempatnya.

Sementara Berry, yaaa, tentu saja ngomel gak jelas kepada Kinan.

"Lo kenapa sih Kin? Harusnya Lo biarin gue menghajar anak sombong itu. Mentang-mentang laki ngeremehin," ucap Berry menggebu-gebu.

"Lambat laun dia juga pasti tau siapa kita. Langit gak perlu menjelaskan bahwa dia tinggi," jawab Niken berfilosofi.

Dari kejauhan, Reykhel melihat gerak gerik mereka. 

"Boleh juga anak itu. Berani dalam diam, diam tapi berani. Gue jadi penasaran, kenapa temannya selalu bilang belom kenal dia. Emang dia siapa?" Batin Reykhel.

"Gue donk, anak terpandang di sekolah ini. Siapa gak kenal Reykhel Mahardi. Salah satu donatur besar di sekolah ini. Masa iya gue kalah sama anak ingusan itu," batinnya lagi.

"Rey....Rey... ngelamunin apa Lo? Bel bunyi tuh. Makanan Lo gak Lo makan?" tanya temen gengnya.

"Atau... Lo ada feeling nih sama si gembul ono," goda teman-temannya.

"Sialan Lo. Ya gak mungkin lah. Reykhel?? Seleranya dia? Gak mungkin binggo lah bro. Clara aja yang licin kayak bule gue tolak mentah-mentah, nah apalagi dia. Gak ada indah-indahnya," sungut Reykhel kesal.

"Ha...ha...ha... canda kali, Lo kenapa sih? PMS ya?" tanya temannya lagi.

"Aaaah...udah. Buruan yok. Pelajaran pak, Sujatmiko ini. Angker," tambahnya.

Mendengar nama Pak sujatmiko, guru sains, mereka segera bubar dari kantin.

Kantin sepi kembali. Para siswa melakukan aktivitas mereka di kelas masing-masing.

Tring...tring...

Jam pulang berbunyi. Kelas Kinan juga selesai dengan aktivitasnya.

"Lo pulang sama siapa Ris?" tanya Kinan.

"Nanti ada dijemput Mang Ujang, sopir gue," jawabnya.

"Ooo, gue duluan ya,"ucap Kinan.

Haris mengangguk.

"Kin," Berrt berteriak dari luar.

"Berisik," ucap Kinan.

"Eh, gue nebeng ya. Makan siang di rumah Lo," ucap Berry.

"Iiiish, emang Lo siapa?" tanya Kinan seloroh.

"Gue Berry, emang kenapa? Ada yang salah?" Ucap Berry berkacak pinggang.

"Perasaan gue ingat deh kalimat itu," ucap Kinan.

"Ha...ha...ha...," tawa mereka pecah bersamaan.

Namun ketika mendekati pintu gerbang suara mereka mendadak hilang berganti dengan desahan hafas berat.

"Jangan diladen Ber," ucap Kinan.

Tapi tiba-tiba tubuh Kinan limbung dan...

"Bruuuk...

"Ha...ha...ha... ada anak gajah jatoh," para haters mentertawakan Kinan.

Muka Berry berubah merah dan siap menerkam mangsanya.

Bugh....bugh...

Terlihat Berry sedang meninju dan menendang kaki salah satu siswa yang iseng menendang Kinan.

"Aw...heh cewek preman, apaan seh???" teriaknya.

"Apaan?? Berry mendekati siswa tersebut dan melihat nametag di baju anak tersebut.

"Hem... Candra wijaya. Suka canda dan bicara, wijaya, wibawa tapi tak berjaya, ha..ha...ha...," tawa Berry 

"Awas Lo ya, gue aduin ke ketua geng kita,"ancam Candra.

"Aduin sana, banci!!" Umpat Berry berlalu sambil membantu Kinan.

"Wah...Gembul bawa bodyguard. Hati-hati nih," ucap siswa lain mengolok.

Berry berbalik badan menatap tajam kelada beberapa siswa disana. Ketika ingin maju, Kinan menarik tangannya.

"Udah...biarin," ucapnya singkat.

"Tapi, Kin," ucapan Berry terpotong ketika Kinan menghentakkan tangannya.

"Tuh, pak Han udah nungguin. Kasian,"ucapnya.

"Aduin sana, gue pengen tahu gimana reaksi kalian ketika tahu siapa kita sebenarnya," ancam Berry.

"Emang siapa Lo?" tanya para siswa cowok bersamaan.

"Gue Kinan dan gue Berry," jawab mereka bergantian.

"Kenapa emangnya? Ada masalah?" Ucap keduanya lagi bersamaan lalu berlalu sambil tertawa.

Candra menggeram sambil menahan sakit.

"Halah, payah Lo Can, gitu aja kalah," ucap teman segengnya.

"Bukan kalah cui, tapi mengalah. Lo gak lihat mereka cewek? Reykhel bilang cuma ngerjain aja, gak berlebihan," ucap Candra.

"Tapi kan Lo yang dikerjain mereka," tambah temannya lagi.

"Tau ah, yuk cari Reykhel," ajaknya. 

Yang lain mengikutinya menuju markas mereka.

Sementara di mobil.

"Kaki Lo gak kenapa-kenapa kan Kin? Sakit? Duh...sampe biru gitu," ucap Berry khawatir.

"Ah...biru apanya sih? Inikan faktor cahaya," jawab Kinan asal sambil matanya mengarah ke Pak Han memberi kode kepada Berry.

"Kaki Non kenapa Non? Apa anak-anak tadi?" tanya Pak Han.

"Ah...bukan kenapa-kenapa Pak, tersandung doank tadi," ucap Kinan sambil melotot ke arah Berry. 

Kinan tahu Berry akan ceplas ceplos bicara kalau tidak di rem.

Pak Han hanya ber oooh ria.

"Hai Kak Kin sayang," ucap Seena sambil membuka pintu mobil.

"Eeeh...ada Kak Berry. Mau reunian ya?" Tanya Seena.

"Nggak, dia cuma mau numpang makan. Kan dia tau jam segini mama pasti masak enak," jawab Kinan asal.

Berry mengerucutkan bibirnya. Seena tertawa melihat kedua sahabat itu bergurau.

Tina dirumah.

"Papa gak pulang, Pak Han?" tanya Kinan.

"Gak Non. Tuan sedang makan siang sama klien dari Kanada," ucap Pak Han.

"Ooowh, Ber, yuk. Koq malah melamun," ajak Kinan.

"Gue mau pulang aja ah," ucap Berry berpura-pura.

"Loh kenapa?" tanya Kinan heran.

"Tapi boong," tambah Berry sambil tertawa.

Mereka memasuki rumah. Disana sudah ada mama Jenny yang dengan setia menunggu dan menyiapkan menu makan siang untuk anak-anak mereka.

"Siang tante," sapa Berry.

"Eeeh...Berry, apa kabar sayang? Lama gak kemari," ucap Jenny.

"Ada koq tan. Waaaah, tante masak apa? Enak nih," ucap Berry.

"Berrrrryyyy, ganti baju dulu dikamar gue nih. Kebiasaan Lo, gak bisa cium bau yang enak," Kinan berteriak dari kamarnya.

"Ya...Bawel," ucap Berry.

Berry keatas dan berpapasan dengan Seena.

"Welcome to berizzzzzik place," ucap Seena tertawa.

Berry mencuil pipi Seena.

"Aw...sakit Kak," ucap Seena.

"Berrrryyyy, buruan. Gue laper nih," lagi-lagi Kinan berteriak.

"Iya, gue ke atas," ucap Berry.

Dan tak lama mereka turun.

"Mari anak-anak, mama masak spesial hari ini," ucap mama Jenny.

"Masakan mama sih selalu spesial SETIAP WAKTU, ucap Seena penuh penekanan.

"Apalagi hari ini kan Ma, spesial karena ada Berry," ucap Kinan merangkul sahabat karibnya.

Mereka menyantap makan siang dalam diam.

Sementara di luar.

"Pak, non Kinan tadi disandung temen cowoknya. Yang saya lihat sih kayaknya mereka ngebully non deh Pak," lapor Pak Handoko.

"Baiklah, kamu awasi terus keluarga saya. Dan laporkan jika ada yang mencurigakan. Saya masih ada meeting sama klien," ucap Anggoro.

"Baik Pak," Handoko mematikan ponselnya dan kembali ke tugas keduanya. Menjadi mata-mata anak dan istri Anggoro di rumah megah itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status