Share

2. Perih

Penulis: Cucu Suliani
last update Terakhir Diperbarui: 2021-11-19 13:37:41

"Apa, Yang? Mas udah ngga tahan, sekarang ya?" pinta Adi yang mulai membuka gaun pengantin yang dipakai oleh Mer.

Pria itu menatap wajah Mer dengan tatapan penuh damba, tentu saja hal itu membuat Mer malu tapi juga bahagia. Terlebih lagi mendapatkan tatapan yang begitu dalam dari pria yang baru saja mempersunting dirinya.

"Iya, Sayang. Aku tahu kalau kamu udah pengen banget, tapi... izinkan aku untuk membuka gaun pengantinnya dulu. Izinkan aku untuk mencuci muka terlebih dahulu," ujar Mer.

Walaupun mereka menikah dengan cara yang sederhana, tetapi tetap saja Mer menyewa perias pengantin untuk merias wajahnya. Pastinya kini wajahnya harus dibersihkan terlebih dahulu, agar Mer lebih fresh dan juga segar.

"Baiklah," jawab Adi dengan berat hati.

Adi yang tidak mau khilaf akhirnya menunggu Mer di atas tempat tidur, dia mengambil ponselnya dan bermain dengan ponselnya itu.

Berbeda dengan Mer, wanita itu langsung masuk ke dalam walk in closet untuk membuka gaun pengantinnya. Setelah itu, dia masuk ke dalam kamar mandi dengan hanya menggunakan handuk saja.

"Ya ampun! Jantungku deg-degan kaya mau copot," ujar Mer seraya berdiri di depan cermin.

Wanita itu masih merasa belum percaya jika dirinya kini sudah menjadi seorang istri, hal ini masih seperti mimpi bagi Mer.

Mer tersenyum bahagia dengan jantung yang berdebar dengan cepat, lalu dia membersihkan make up yang menempel di wajahnya. Setelah itu, dia menatap wajahnya dari pantulan cermin.

"Semoga saja pernikahan ini adalah pernikahan yang pertama dan juga terakhir untuk aku, semoga saja mas Adi merupakan pria yang baik dan juga bertanggung jawab."

Selesai dengan apa yang ingin dia lakukan, Mer langsung keluar dari dalam kamar mandi. Dia menatap Adi dengan malu-malu, karena pria itu ternyata kini sedang menatap dirinya.

"Kemarilah, Sayang." Adi melambaikan tangannya.

Mer menurut, dia berjalan dengan begitu perlahan menghampiri suaminya. Lalu, dia duduk tepat di sampingnya suaminya dengan jantung yang berdebar dengan begitu cepat.

"Sekarang kamu adalah istri aku, aku udah boleh, kan?" tanya Ad.

"Ya, Mas," jawab Mer.

Mendapatkan jawaban seperti itu dari Mer, akhirnya Adi pun melakukan apa yang seharusnya dia lakukan. Dia meminta haknya sebagai suami, Mer yang memang begitu mencintai Adi tentunya menyerahkan kesuciannya dengan senang hati.

Adi yang mengetahui Mer adalah wanita yang mampu menjaga kehormatannya merasa bangga, karena itu artinya dia adalah pria pertama yang menyentuhnya.

"Terima kasih, Sayang. Kamu sangat luar biasa," ucap Adi sesaat setelah dia menembakkan cairan cintanya.

"He'em," jawab Mer yang masih menikmati sisa-sisa puncak kenikmatannya.

Setelah kegiatan panas mereka yang berlangsung cukup lama, Mer langsung tumbang karena kelelahan. Mer bahkan dengan cepat terlelap dalam tidurnya, Adi tersenyum kala melihat istri kecilnya tertidur dengan pulas.

"Tidurlah, Sayang. Semoga kamu cepat mengandung," ujar Adi seraya mengusap perut istrinya.

Ya, dia berharap jika istrinya bisa cepat mengandung. Karena seperti itu lengkap sudah kebahagiaannya, mempunyai istri yang cantik dan segera memiliki keturunan.

Beberapa jam kemudian.

Rasa kering di tenggorokan membuat Mer terbangun di malam hari, Mer langsung duduk untuk mengurangi rasa kantuknya. Saat matanya terbuka dengan sempurna, dia merasa sangat senang sekali.

Karena kini di sampingnya ada sosok lelaki yang sangat dia sayang, sosok lelaki yang tadi pagi baru saja resmi menjadi suaminya. Lelaki yang tadi sore baru saja memberikan nikmatnya surga dunia kepada dirinya.

"Kamu sangat tampan, Mas," puji Mer ketika melihat suaminya yang begitu pulas dalam tidurnya.

Mer pandang wajah suaminya dengan penuh cinta, tidak lama kemudian dia tersenyum saat mengingat kegiatan panas yang mereka lakukan sore tadi. Adi benar-benar sangat tidak sabaran, hal itu membuat Mer harus mengingatkan Adi berkali-kali.

Ini adalah hal yang pertama kali dia lakukan di dalam hidup Mer. Jadi, Adi harus benar-benar melakukannya dengan lembut dan dengan sabar.

Walaupun area intinya terasa sakit, Mer berusaha untuk bangun. Karena Mer benar-benar sudah sangat haus. Mer segera mengambil kimono mandinya dan langsung berjalan ke arah dapur.

Sampai di dapur, Mer langsung meminum segelas air putih sampai tandas. Basah sudah tenggorokannya saat ini, dia tersenyum dan duduk di atas bangku yang ada di sana.

"Ya Tuhan! Ini semua seperti mimpi, aku sudah bersuami," ucap Mer dengan wajah yang memerah.

Setelah mengucapkan hal itu, Mer langsung kembali ke kamarnya. Dia kembali ke dalam kamar dengan membawa segelas air putih di tangannya. Mer sengaja melakukan itu untuk berjaga-jaga, takutnya dia ingin meminum air putih kembali.

Baru saja dia duduk di tepian tempat tidur, tapi tatapan mata Mer tertuju pada ponsel milik suaminya yang tergeletak begitu saja di atas nakas.

"Bolehkah aku membuka ponsel Mas Adi?" tanya Mer seraya menatap wajah suaminya yang terlelap dalam tidurnya.

Mer sangat penasaran, dengan perlahan Mer mengambil ponsel milik suaminya. Keberuntungan seolah memihak pada Mer, karena ternyata ponsel milik suaminya tidak terkunci atau menggunakan kode password.

Mer bisa dengan mudah membuka ponsel milik suaminya, dia tersenyum senang. Hal pertama yang ingin Mer ketahui adalah isi pesan yang masuk ke dalam ponsel suaminya.

Mer dengan tidak sabar langsung mengecek isi pesan di dalam ponsel suaminya tersebut. Mata Mer menelisik ke semua pesan yang masuk. Dia membacanya satu persatu, hingga tatapan matanya tertuju kepada satu nama.

Di sana, tertulis 'my wife'. Mata Mer langsung terasa panas, dia menjadi bertanya-tanya dalam hatinya. Siapa orang itu, apakah Mer sudah salah menikah dengan lelaki yang kini berstatus sebagai suaminya itu.

Dengan ragu-ragu Mer membuka chat tersebut, sesekali dia melihat ke arah suaminya. Saat dia membaca pesan dari orang itu, Mer sangat kaget.

"Honey, kami Rindu. Kalau bisa pulanglah besok, aku ingin kita jalan bersama."

Jeger!

Seakan ada petir yang menyambar, seakan ada ribuan anak panah yang menghujam jantungnya, seakan ada bom atom yang baru saja meledakan kepalanya.

Tiba-tiba saja, dada Mer terasa sesak. Lututnya terasa sangat lemas dan juga kopong, kepalanya tiba-tiba saja terasa berdenyut nyeri. Air matanya pun tak bisa dibendung lagi. Buliran bening itu tiba-tiba saja jatuh dan membasahi pipi Mer.

Mer langsung menjatuhkan tubuhnya ke atas lantai keramik yang dingin, rasanya dia ingin menangis sambil berguling-guling di sana. Ditatapnya wajah pria yang tengah tertidur lelap yang tak jauh darinya, dia terlihat tampan dan manis sekali.

Sayangnya, dia pembohong. Hati Mer, benar-benar terasa teriris sembilu. Jantungnya seakan di hujam ribuan belati, sakit tapi tak berdarah.

"Kenapa kamu tega, Mas?" tanya Mer dengan sedih.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Jangan Salahkan Aku Pergi    74. Liburan Yang Menyenangkan

    Pada kesempatan yang ada, Mer membicarakan tentang rencana liburan yang sudah dia atur untuk kepentingan Anggi dan juga Johan. Dia mengatakan kepada Arga kalau liburan juga penting untuk mereka berdua dan kedua anaknya. Arga awalnya merasa keberatan karena perusahaan miliknya kini sedang berada di atas kejayaan, dia sedang begitu sibuk mengerjakan pekerjaannya. Namun, di satu sisi dia juga tidak ingin mengecewakan istrinya, anaknya dan juga adik iparnya. Lagi pula, untuk masalah pekerjaan bisa dia kerjakan di Bali sambil liburan. Akhirnya Arga memutuskan untuk pergi berlibur ke Bali, tentunya setelah dia menekankan kepada Johan Kalau pria itu juga harus tetap bekerja walaupun lewat laptop. Jika ada meeting penting, mereka harus melakukan zoom meeting melalui layar laptop. Agar perusahaan mereka tetap berjaya, karena itu penting adanya. "Yes! Kalau gitu kita harus pesan Villa aja, biar lebih leluasa saat berlibur. Jangan pesan kamar hotel, Yang. Kurang asik," ujar Mer. Mer meras

  • Jangan Salahkan Aku Pergi    73. Rencana Berlibur

    Sesuai dengan apa yang sudah direncanakan, Johan dan juga Anggi benar-benar mengadopsi Meira. Karena mereka merasa kasihan terhadap gadis kecil malang itu.Mereka benar-benar merasa iba karena di usianya yang masih sangat kecil, dia justru malah mendapati nasib yang sangat malang.Ayahnya kini divonis jika usianya tidak akan lama lagi, sedangkan ibunya sama sekali tidak mencari keberadaan putrinya tersebut. Ibunya seolah tidak peduli dengan perkembangan anaknya dan seolah tidak ingin menoleh ke belakang lagi.Padahal, jika memang Hanum begitu membenci Adi, itu tidak masalah jika dia tidak mau menemui pria itu. Namun, masalahnya Meira adalah putri kandungnya, setidaknya wanita itu harus ingat untuk mengurus putrinya tersebut.Anggi sangat sedih karena sudah cukup lama menikah dengan Johan, tetapi belum memiliki keturunan. Padahal, dia begitu menginginkan keturunan, tetapi yang sudah memiliki keturunan malah seolah tidak mau mengurusi keturunannya.Saat Anggi dan juga Johan membawa Meir

  • Jangan Salahkan Aku Pergi    72. Mempersiapkan Semuanya

    Setelah mendapatkan perawatan selama tiga hari, akhirnya Mer diperbolehkan untuk pulang membawa baby cantiknya.Saat Mer pulang, Arya terlihat begitu bahagia sekali bertemu dengan ibunya. Karena selama Mer di rumah sakit, anak itu tidak pernah sekalipun diajak ke rumah sakit.Arya juga begitu senang saat bertemu dengan adik perempuannya, adik perempuan yang terlihat begitu cantik sekali.Di sana juga ada tuan Danu, pak Adan, Johan dan juga Anggi. Mereka nampak berada di sana untuk menyambut kedatangan dari baby cantik milik Mer.Mereka bahkan menyulap ruang tamu milik Mer layaknya ruangan untuk berulang tahun, penuh dengan balon dan juga foto-foto baby kecil Mer yang selalu Arga kirimkan kepada tuan Danu dan juga Johan."Uuhh! Keponakan aku cantik sekali, siapa namanya?" tanya Johan yang langsung mengambil alih baby cantik dari pangkuan Mer.Mer menolehkan wajahnya ke arah suaminya, wanita itu seolah berharap jika yang akan menjawab pertanyaan dari adiknya itu adalah suaminya tersebut

  • Jangan Salahkan Aku Pergi    71. Baby Girl

    Arga merasa begitu bangga karena selalu bisa memuaskan istrinya, dia merasa begitu berharga sebagai seorang pria. Melihat wajah penuh kepuasan dari istrinya, dia merasa sangat puas."Balik, Yang!" pinta Arga.Mer paham dengan apa yang diminta oleh suaminya tersebut, wanita itu nampak merangkak seperti bayi. Karena itu adalah posisi yang paling difavoritkan oleh suaminya tersebut.Tidak lama kemudian, Arga nampak memompa tubuh istrinya dari belakang. Dia maju mundurkan pinggulnya dengan penuh perasaan."Enak, Yang. Sangat enak," ujar Arga seraya menekan pinggang istrinya.Tidak lama kemudian Arga merasa seperti ada gejolak hasrat yang hendak keluar, tentu saja dia langsung mempercepat goyangan pinggulnya. Lalu, dia memperdalam miliknya dan memuntahkan cairan cintanya."Ouch! Yang, sangat enak." Arga memejamkan matanya karena mencapai klimaksnya.Kini Mer yang nampak tersenyum puas mendengar apa yang dikatakan oleh suaminya tersebut, dia merasa senang karena Arga selalu bisa mencapai pu

  • Jangan Salahkan Aku Pergi    70..Sebentar Lagi

    Semakin buncit perut Mer, wanita itu semakin kesulitan untuk bergerak. Karena bukan hanya perut wanita itu saja yang semakin membesar, tetapi badannya juga semakin membengkak.Beruntung kaki wanita itu tidak ikut membengkak, karena dengan seperti itu Mer masih bisa bergerak dengan begitu bebas. Walaupun memang dalam berjalan lebih lambat.Mer juga merasa beruntung karena Arga semakin perhatian saja kepada wanita itu, bahkan Arga lebih sering menemani wanita itu dalam kesehariannya.Awalnya Mer sempat ilfil karena tubuhnya yang membengkak, dia takut jika suaminya akan berselingkuh dan akan meninggalkan dirinya.Namun, dugaannya sangat salah. Karena Arga justru semakin memberikan perhatian kepada dirinya dan juga memberikan pujian.Arga berkata jika istrinya kini semakin gemoy, semakin enak saja kalau mereka melakukan percintaan panas seperti biasanya. Arga juga begitu pandai memuji dirinya.Tentunya hal itu membuat Mer percaya diri, tetapi walaupun dalam keadaan hamil wanita itu tidak

  • Jangan Salahkan Aku Pergi    69. Bersedia

    Dulu Mer memang sempat merasa kecewa dan juga sakit hati karena dibohongi oleh Adi, padahal dia begitu mencintai pria itu, tetapi nyatanya pria itu hanya ingin memanfaatkan dirinya untuk mencetak bayi.Adi bekerjasama dengan istrinya sendiri untuk menipu dirinya, satu hal yang membuat Mer merasa begitu lebih sakit hati. Hanum meminta Adi untuk meninggalkan dirinya setelah dia melahirkan.Sungguh itu adalah hal kejam yang tidak bisa dimaafkan begitu saja, karena menurut Mer, rencana Hanum benar-benar tidak manusiawi.Namun, kini setelah melihat Adi yang nampak begitu sengsara setelah ditinggalkan oleh Hanum, Mer merasa kasihan terhadap pria itu. Terlebih lagi terhadap Meira, anak itu tidak berdosa.Rasanya Mer ingin menangis ketika mendengar Adi menderita penyakit kanker hati stadium akhir, bahkan Adi berkata jika umurnya tidak akan lama lagi."Kata dokter, aku hanya akan bertahan selama 6 bulan. Aku--aku takut jika aku mati, Meira tidak ada yang mengurus, karena Hanum sama sekali tida

  • Jangan Salahkan Aku Pergi    68. Kanker Hati

    Semenjak mengetahui jika istrinya hamil, Arga bukan hanya mengalami mual dan lemas saja. Namun, jika pagi hari tiba dia akan mengalami mual dan juga muntah yang hebat.Pria itu akan terlihat begitu lemas sekali, dia akan merasa lebih baik jika sudah terkena cahaya matahari. Namun, Arga tidak pernah mengeluh. Dia menjalani hari-harinya dengan begitu sabar, karena dia tahu jika ini adalah efek dari kehamilan istrinya.Justru Arga sangat bersyukur karena dirinya yang mengalami ngidam dan juga mual muntah, karena dengan seperti itu dia merasa bisa meringankan beban Mer. Arga sering membaca tentang artikel kehamilan, wanita yang hamil itu sangat repot dan tentunya pasti akan ada perubahan mood pada wanita hamil itu.Setidaknya jika dia tidak bisa menggantikan Mer untuk melahirkan, dia bisa merasakan bagaimana tersiksanya saat wanita hamil."Hari ini kamu pucet banget deh, Yang. Apa ngga usah kerja saja?" tanya Mer seraya mengelusi perutnya yang sudah besar.Kini usia kehamilan Mer sudah m

  • Jangan Salahkan Aku Pergi    67. Baik-baik Saja

    Malam ini Arga dan juga Mer bercinta dengan begitu penuh gairah, keduanya berlomba-lomba untuk saling memuaskan. Mer juga malam ini terlihat tidak mau diam sama sekali, dia selalu mengimbangi goyangan pinggul dari suaminya.Bahkan, setelah istirahat beberapa waktu karena mendapatkan pelepasannya, Mer naik ke atas tubuh Arga dan mencoba untuk menjadi pengendali.Alhasil setelah Mer dan juga Arga sudah merasa begitu puas, Mer merasa jika perut bagian bawahnya terasa begitu sakit. Arga tentunya begitu panik ketika melihat istrinya mengaduh kesakitan."Yang? Kamu nggak apa-apa, kan?" tanya Arga panik karena wajah istrinya begitu pucat.Kalau saja Arga tahu jika bercinta dengan istrinya bisa membuat wanita itu kesakitan, Arga tidak akan mau melakukannya. Karena Arga masih bisa menahannya."Sakit banget, Yang. Tolong bawa aku ke dokter," ujar Mer karena rasa sakitnya datang dengan begitu kuat.Bahkan kini dia merasa jika perutnya keram, Mer takut terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan. M

  • Jangan Salahkan Aku Pergi    66. Panik

    Setelah dijanjikan akan diberikan kenikmatan sebanyak dua kali, Arga bekerja dengan begitu bersemangat. Dia tidak merengek sama sekali kepada istrinya, sangat sigap dalam bekerja walaupun sesekali dia mengeluh lemas.Terkadang Arga mengeluh kalau dirinya merasa sakit kepala, apalagi saat mencium bau pengharum ruangan yang biasa dipakai, dia terus saja mengeluh mual dan rasanya ingin muntah.Alhasil Mer terpaksa pergi ke swalayan untuk membeli pengharum ruangan yang baru, Arga meminta kepada Mer untuk dibelikan pengharum ruangan dengan wangi lemon.Pokoknya, makanan pun Arga inginnya yang berbau lemon. Mer sampai menggelengkan kepalanya karena tingkat suaminya itu benar-benar di luar nalar."Cape banget, Yang. Pulang yuk?" ajak Arga ketika waktu sudah menunjukkan pukul empat sore.''Boleh, tapi sebelum pulang kita shalat di sini aja dulu. Takutnya malah ngga keburu," usul Mer."Boleh, Yang," jawab Arga.Pada akhirnya Mer dan juga Arga melaksanakan salat ashar terlebih dahulu, setelah i

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status