Share

2. Perih

"Apa, Yang? Mas udah ngga tahan, sekarang ya?" pinta Adi yang mulai membuka gaun pengantin yang dipakai oleh Mer.

Pria itu menatap wajah Mer dengan tatapan penuh damba, tentu saja hal itu membuat Mer malu tapi juga bahagia. Terlebih lagi mendapatkan tatapan yang begitu dalam dari pria yang baru saja mempersunting dirinya.

"Iya, Sayang. Aku tahu kalau kamu udah pengen banget, tapi... izinkan aku untuk membuka gaun pengantinnya dulu. Izinkan aku untuk mencuci muka terlebih dahulu," ujar Mer.

Walaupun mereka menikah dengan cara yang sederhana, tetapi tetap saja Mer menyewa perias pengantin untuk merias wajahnya. Pastinya kini wajahnya harus dibersihkan terlebih dahulu, agar Mer lebih fresh dan juga segar.

"Baiklah," jawab Adi dengan berat hati.

Adi yang tidak mau khilaf akhirnya menunggu Mer di atas tempat tidur, dia mengambil ponselnya dan bermain dengan ponselnya itu.

Berbeda dengan Mer, wanita itu langsung masuk ke dalam walk in closet untuk membuka gaun pengantinnya. Setelah itu, dia masuk ke dalam kamar mandi dengan hanya menggunakan handuk saja.

"Ya ampun! Jantungku deg-degan kaya mau copot," ujar Mer seraya berdiri di depan cermin.

Wanita itu masih merasa belum percaya jika dirinya kini sudah menjadi seorang istri, hal ini masih seperti mimpi bagi Mer.

Mer tersenyum bahagia dengan jantung yang berdebar dengan cepat, lalu dia membersihkan make up yang menempel di wajahnya. Setelah itu, dia menatap wajahnya dari pantulan cermin.

"Semoga saja pernikahan ini adalah pernikahan yang pertama dan juga terakhir untuk aku, semoga saja mas Adi merupakan pria yang baik dan juga bertanggung jawab."

Selesai dengan apa yang ingin dia lakukan, Mer langsung keluar dari dalam kamar mandi. Dia menatap Adi dengan malu-malu, karena pria itu ternyata kini sedang menatap dirinya.

"Kemarilah, Sayang." Adi melambaikan tangannya.

Mer menurut, dia berjalan dengan begitu perlahan menghampiri suaminya. Lalu, dia duduk tepat di sampingnya suaminya dengan jantung yang berdebar dengan begitu cepat.

"Sekarang kamu adalah istri aku, aku udah boleh, kan?" tanya Ad.

"Ya, Mas," jawab Mer.

Mendapatkan jawaban seperti itu dari Mer, akhirnya Adi pun melakukan apa yang seharusnya dia lakukan. Dia meminta haknya sebagai suami, Mer yang memang begitu mencintai Adi tentunya menyerahkan kesuciannya dengan senang hati.

Adi yang mengetahui Mer adalah wanita yang mampu menjaga kehormatannya merasa bangga, karena itu artinya dia adalah pria pertama yang menyentuhnya.

"Terima kasih, Sayang. Kamu sangat luar biasa," ucap Adi sesaat setelah dia menembakkan cairan cintanya.

"He'em," jawab Mer yang masih menikmati sisa-sisa puncak kenikmatannya.

Setelah kegiatan panas mereka yang berlangsung cukup lama, Mer langsung tumbang karena kelelahan. Mer bahkan dengan cepat terlelap dalam tidurnya, Adi tersenyum kala melihat istri kecilnya tertidur dengan pulas.

"Tidurlah, Sayang. Semoga kamu cepat mengandung," ujar Adi seraya mengusap perut istrinya.

Ya, dia berharap jika istrinya bisa cepat mengandung. Karena seperti itu lengkap sudah kebahagiaannya, mempunyai istri yang cantik dan segera memiliki keturunan.

Beberapa jam kemudian.

Rasa kering di tenggorokan membuat Mer terbangun di malam hari, Mer langsung duduk untuk mengurangi rasa kantuknya. Saat matanya terbuka dengan sempurna, dia merasa sangat senang sekali.

Karena kini di sampingnya ada sosok lelaki yang sangat dia sayang, sosok lelaki yang tadi pagi baru saja resmi menjadi suaminya. Lelaki yang tadi sore baru saja memberikan nikmatnya surga dunia kepada dirinya.

"Kamu sangat tampan, Mas," puji Mer ketika melihat suaminya yang begitu pulas dalam tidurnya.

Mer pandang wajah suaminya dengan penuh cinta, tidak lama kemudian dia tersenyum saat mengingat kegiatan panas yang mereka lakukan sore tadi. Adi benar-benar sangat tidak sabaran, hal itu membuat Mer harus mengingatkan Adi berkali-kali.

Ini adalah hal yang pertama kali dia lakukan di dalam hidup Mer. Jadi, Adi harus benar-benar melakukannya dengan lembut dan dengan sabar.

Walaupun area intinya terasa sakit, Mer berusaha untuk bangun. Karena Mer benar-benar sudah sangat haus. Mer segera mengambil kimono mandinya dan langsung berjalan ke arah dapur.

Sampai di dapur, Mer langsung meminum segelas air putih sampai tandas. Basah sudah tenggorokannya saat ini, dia tersenyum dan duduk di atas bangku yang ada di sana.

"Ya Tuhan! Ini semua seperti mimpi, aku sudah bersuami," ucap Mer dengan wajah yang memerah.

Setelah mengucapkan hal itu, Mer langsung kembali ke kamarnya. Dia kembali ke dalam kamar dengan membawa segelas air putih di tangannya. Mer sengaja melakukan itu untuk berjaga-jaga, takutnya dia ingin meminum air putih kembali.

Baru saja dia duduk di tepian tempat tidur, tapi tatapan mata Mer tertuju pada ponsel milik suaminya yang tergeletak begitu saja di atas nakas.

"Bolehkah aku membuka ponsel Mas Adi?" tanya Mer seraya menatap wajah suaminya yang terlelap dalam tidurnya.

Mer sangat penasaran, dengan perlahan Mer mengambil ponsel milik suaminya. Keberuntungan seolah memihak pada Mer, karena ternyata ponsel milik suaminya tidak terkunci atau menggunakan kode password.

Mer bisa dengan mudah membuka ponsel milik suaminya, dia tersenyum senang. Hal pertama yang ingin Mer ketahui adalah isi pesan yang masuk ke dalam ponsel suaminya.

Mer dengan tidak sabar langsung mengecek isi pesan di dalam ponsel suaminya tersebut. Mata Mer menelisik ke semua pesan yang masuk. Dia membacanya satu persatu, hingga tatapan matanya tertuju kepada satu nama.

Di sana, tertulis 'my wife'. Mata Mer langsung terasa panas, dia menjadi bertanya-tanya dalam hatinya. Siapa orang itu, apakah Mer sudah salah menikah dengan lelaki yang kini berstatus sebagai suaminya itu.

Dengan ragu-ragu Mer membuka chat tersebut, sesekali dia melihat ke arah suaminya. Saat dia membaca pesan dari orang itu, Mer sangat kaget.

"Honey, kami Rindu. Kalau bisa pulanglah besok, aku ingin kita jalan bersama."

Jeger!

Seakan ada petir yang menyambar, seakan ada ribuan anak panah yang menghujam jantungnya, seakan ada bom atom yang baru saja meledakan kepalanya.

Tiba-tiba saja, dada Mer terasa sesak. Lututnya terasa sangat lemas dan juga kopong, kepalanya tiba-tiba saja terasa berdenyut nyeri. Air matanya pun tak bisa dibendung lagi. Buliran bening itu tiba-tiba saja jatuh dan membasahi pipi Mer.

Mer langsung menjatuhkan tubuhnya ke atas lantai keramik yang dingin, rasanya dia ingin menangis sambil berguling-guling di sana. Ditatapnya wajah pria yang tengah tertidur lelap yang tak jauh darinya, dia terlihat tampan dan manis sekali.

Sayangnya, dia pembohong. Hati Mer, benar-benar terasa teriris sembilu. Jantungnya seakan di hujam ribuan belati, sakit tapi tak berdarah.

"Kenapa kamu tega, Mas?" tanya Mer dengan sedih.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status