Mer merasa jika hidupnya benar-benar sempurna dan juga membuat dirinya bahagia, karena kini dia memiliki suami yang begitu mencintai dirinya dan kini dia sedang hamil.Dia juga merasa bahagia karena memiliki keluarga yang begitu menyayangi dirinya, keluarga yang mengerti akan sikapnya.Setelah mengetahui jika Mer tengah hamil, akhirnya Arga membawa Mer ke rumah yang sudah diberikan oleh sang ayah. Rumah baru yang ternyata begitu megah dan juga mewah.Tuan Danu bahkan sudah menyediakan satu pelayan yang akan membersihkan rumah dan mencuci, satu pelayan yang bertugas untuk memasak dan juga tukang kebun beserta satu orang security.Sungguh Mer tidak menyangka jika dia akan diberikan hadiah yang begitu istimewa, walaupun dirasa berlebihan, tetapi dia sangat berterima kasih kepada ayah mertuanya.Ayah mertuanya bahkan berkata jika Mer tidak boleh bekerja lagi, tetapi wanita itu ternyata selalu ingin menempel kepada suaminya. Begitupun dengan Arga.Jika Arga bekerja sendirian, pria itu akan
Arga nampak kebingungan harus melakukan apa, terlebih lagi melihat wajah Mer yang memucat seraya mengelusi punggungnya yang terasa panas, Arga malah salah tingkah."Yang! Mules, ini sakit banget. Pake baju buruan, bawa aku ke rumah sakit. Sepertinya aku akan melahirkan," ujar Mer setengah berteriak.Arga yang sedang kebingungan saya akan tersadar dengan apa yang dikatakan oleh istrinya tersebut, dengan cepat dia menganggukkan kepalanya tanda mengerti.''Ah! Iya, Sayang. Sebentar," ujar Arga.Dengan cepat pria itu mengenakan pakaiannya dan juga celananya, setelah itu dia juga memakaikan istrinya daster dan menggendong tubuh istrinya untuk keluar dari dalam rumah besar itu."Duduk yang tenang, biar aku ngga gugup," ujar Arga.Arga sungguh gugup sekali, karena sebentar lagi Mer akan melahirkan. Dia takut jika wanita itu akan kesusahan dalam melahirkan, karena yang Arga tahu melahirkan itu rasanya sangat sakit."Jangan jalan dulu!" pekik Mer."Kenapa? Bukankah kamu sudah merasakan mulas?
Setelah tiga hari dirawat di rumah sakit, Mer diperbolehkan untuk pulang ke kediamannya. Wanita itu terlihat begitu senang sekali karena akhirnya bisa pulang.Tentu saja tempat yang begitu nyaman itu adalah rumahnya sendiri, bukan di rumah sakit atau di mana pun juga.Saat tiba di kediamannya, Mer langsung masuk ke dalam kamar utama. Dia tersenyum kalau melihat ada box bayi yang sudah disediakan di samping tempat tidurnya.Sesuai dengan permintaan wanita itu, Mer tidak akan menggunakan jasa pengasuh sampai umur putranya dua tahun. Mer ingin mengurus putranya sendiri.Nanti setelah putranya berusia dua tahun, setelah dia menyapih putranya, barulah dia akan mencari pengasuh untuk membantu dirinya mengasuh putranya tersebut.Mer juga berencana akan memberikan kamar untuk putranya setelah putranya berusia dua tahun, beruntung Arga selalu menyetujui apa pun yang direncanakan oleh istrinya tersebut."Apakah kamu bahagia, Sayang?" tanya Arga.Mer menidurkan baby boy di dalam box babynya, lal
Mer menjalani kehidupannya dengan penuh kebahagiaan, terlebih lagi setelah dia memiliki seorang putra. Arga bukannya semakin tidak memperhatikan dirinya, justru Arga semakin perhatian dan juga pengertian.Kini usia Arya sudah menginjak dua tahun, anak itu sudah disapih dan sudah memiliki kamar sendiri. Bahkan, Arga sudah mencarikan pengasuh untuk Arya.Lebih tepatnya tuan Danu yang mencarikan pengasuh, wanita paruh baya yang dia bawa dari kampung halamannya sendiri. Seminggu sekali tuan Danu akan datang untuk menemui anak, cucu serta menantunya tersebut. Sedangkan Johan dan pak Adan hampir tiap hari datang untuk menemui Arya.Setelah melahirkan Mer menjadi ibu rumah tangga yang baik, maka dari itu Arga meminta Johan untuk bekerja di perusahaannya dan menggantikan Mer.Maka dari itu Johan dan juga pak Adan tinggal di ibu kota, mereka tinggal di apartemen yang dulu dihuni oleh Mer.Tentunya dengan senang hati Johan menuruti keinginan dari kakak iparnya tersebut, selama dua tahun bekerj
Sepertinya Mer memang sudah melupakan masa lalunya bersama dengan Adi, karena tidak ada kecanggungan sama sekali saat dia berbicara dengan Meira dan juga Adi.Bahkan, Mer juga terlihat biasa saja ketika Adi menggendong putra tampannya, Arya. Mer juga nampak biasa saja ketika Meira nampak begitu manja kepada dirinya.Padahal, seharusnya wanita itu merasa benci kepada Meira. Karena walau bagaimanapun juga gadis kecil itu adalah buah cinta dari Adi dan juga Hanum.Namun, Mer sudah mengikhlaskan apa yang terjadi di masa lalu. Dia sudah tidak mau mengungkit-ungkit lagi apa yang sudah pernah dia lalui di masa lalu.Baginya, masa lalu kelam itu hanya bagian dari pembelajaran yang Tuhan berikan kepada dirinya. Itu semua hanya ujian yang harus diselesaikan dengan baik oleh Mer.Karena jika Mer bisa menjalani ujian tersebut dengan baik, maka Tuhan akan menjanjikan kelulusan untuk Mer. Hanya itu yang sekarang ada di dalam pikiran Mer.Tiga tahun tidak bertemu dengan Adi, membuat dia sadar jika h
Beberapa hari ini sikap Arga sangatlah aneh, lebih manja, lebih cepat sedih dan gampang tersinggung. Bahkan, Arga sangat cemburuan. Mer menjadi pusing dengan tingkah dari suaminya tersebut.Sepertinya halnya hari ini, Mer sengaja datang ke kantor untuk membawakan makan siang. Karena Arga berkata jika dia sangatlah sibuk, sepertinya untuk makan siang saja akan telat.Maka dari itu Mer sengaja datang untuk membawakan makanan kesukaan Arga, sekalian dia juga membawakan makanan kesukaan sang adik, Johan."Kok bawanya dua porsi, Yang? Untuk siapa makanan yang satu porsinya?" tanya Arga."Buat Johan, Yang. Kasihan dia," jawab Mer."Ck! Kalau gitu, kamu datang ke sini bukan hanya untuk aku. Kamu datang buat Jo, kan?" ujar Arga dengan bibirnya yang sudah mengerucut.Tingkah Arga benar-benar dirasa sangat aneh, Arga lebih sering marah seperti anak perempuan saja. Mer terkadang kebingungan harus bersikap seperti apa kepada suaminya tersebut."Ya nggak dong, Yang. Kamu tetap nomor satu, aku data
Setelah dijanjikan akan diberikan kenikmatan sebanyak dua kali, Arga bekerja dengan begitu bersemangat. Dia tidak merengek sama sekali kepada istrinya, sangat sigap dalam bekerja walaupun sesekali dia mengeluh lemas.Terkadang Arga mengeluh kalau dirinya merasa sakit kepala, apalagi saat mencium bau pengharum ruangan yang biasa dipakai, dia terus saja mengeluh mual dan rasanya ingin muntah.Alhasil Mer terpaksa pergi ke swalayan untuk membeli pengharum ruangan yang baru, Arga meminta kepada Mer untuk dibelikan pengharum ruangan dengan wangi lemon.Pokoknya, makanan pun Arga inginnya yang berbau lemon. Mer sampai menggelengkan kepalanya karena tingkat suaminya itu benar-benar di luar nalar."Cape banget, Yang. Pulang yuk?" ajak Arga ketika waktu sudah menunjukkan pukul empat sore.''Boleh, tapi sebelum pulang kita shalat di sini aja dulu. Takutnya malah ngga keburu," usul Mer."Boleh, Yang," jawab Arga.Pada akhirnya Mer dan juga Arga melaksanakan salat ashar terlebih dahulu, setelah i
Malam ini Arga dan juga Mer bercinta dengan begitu penuh gairah, keduanya berlomba-lomba untuk saling memuaskan. Mer juga malam ini terlihat tidak mau diam sama sekali, dia selalu mengimbangi goyangan pinggul dari suaminya.Bahkan, setelah istirahat beberapa waktu karena mendapatkan pelepasannya, Mer naik ke atas tubuh Arga dan mencoba untuk menjadi pengendali.Alhasil setelah Mer dan juga Arga sudah merasa begitu puas, Mer merasa jika perut bagian bawahnya terasa begitu sakit. Arga tentunya begitu panik ketika melihat istrinya mengaduh kesakitan."Yang? Kamu nggak apa-apa, kan?" tanya Arga panik karena wajah istrinya begitu pucat.Kalau saja Arga tahu jika bercinta dengan istrinya bisa membuat wanita itu kesakitan, Arga tidak akan mau melakukannya. Karena Arga masih bisa menahannya."Sakit banget, Yang. Tolong bawa aku ke dokter," ujar Mer karena rasa sakitnya datang dengan begitu kuat.Bahkan kini dia merasa jika perutnya keram, Mer takut terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan. M