Share

Janinmu adalah Benihku (hamil bayi CEO)
Janinmu adalah Benihku (hamil bayi CEO)
Author: Buenda Vania

1 Demi Ibu

"Tenanglah kita akan mencari dananya. Aku akan membantumu untuk mencari pinjaman," ucap Luna menenangkan sahabatnya.

"Dari mana? 30 juta bukan uang yang sedikit Luna! Dari mana kita bisa mendapatkan uang itu, ibuku, ibuku sudah sangat kesakitan." Uuna menangis mencurahkan seluruh isi hati dan pikirannya.

"Aku tahu, jika seperti ini pun kita tidak bisa menyelesaikan masalah, Uuna! Kamu harus kuat demi ibumu!" Luna terus mengusap punggung sahabatnya, berusaha menenangkan gadis malang itu.

"Iya, aku harus kuat, demi Ibu," ucap Uuna lirih.

Uuna melihat jam di tangannya, kemudian dia tersadar harus berangkat bekerja di sebuah kantin rumah sakit, "Aku harus pergi, aku sudah sangat terlambat." Ucapnya bangkit dari duduk.

"Apa kamu yakin akan bekerja?" tanya Luna cemas.

"Iya! Aku harus mengumpulkan banyak uang untuk ibuku," sahutnya seraya merapikan pakaiannya yang berantakan.

"Hemm, hati-hati lah .... semangat!" Luna memberi dukungan.

Di rumah sakit

Uuna berjalan dengan sangat cepat di koridor ketika akan mengantarkan makan siang salah seorang dokter SpOG.

Uuna mengetuk pintu itu dengan sangat hati-hati, takut di dalam masih ada pasien.

"Masuk...!" ucap seseorang dari dalam.

"Permisi Dok, ini makanannya," ucap Uuna

Ketika memasuki ruangan dokter SpOG, dan ternyata ruangan itu sepi.

Uuna meletakan makan di atas meja. Ketika Uuna hendak berbalik ia melihat brosur bertuliskan donor ginjal. Entah bagaimana di dalam otaknya terlintas perkataan 'Kenapa tidak kamu donorkan saja ginjalmu, Uuna?!'

"Maaf Dok, apa berbahaya jika kita mendonorkan salah satu ginjal kita?" tanya Uuna sambil menggigit bibir bawahnya.

"Kenapa? Apa kamu tertarik?" tanya dokter Nadia penasaran.

"Emm ... sedikit," jawabnya ragu.

"Ada masalah apa, Uuna? Apa ada sesuatu yang urgent sehingga kamu harus mendonorkan ginjalmu?" tanya dokter Nadia yang sudah mengenal Uuna karena sering kali gadis itu yang mengantarkan pesanan makanannya.

Uuna memang sangat membutuhkan biaya untuk ibunya, tanpa pikir panjang ia mengiakannya, "Ya, Dok, saya ingin mendonorkan ginjal saya agar mendapatkan uang. Apa itu aman?!" tanya Uuna dengan suara menggebu-gebu.

Dia merasa yakin bahwa ini satu-satunya jalan untuk mendapatkan uang.

"Tergantung fisik si pendonor itu sendiri, Uuna. Tapi, itu sangat beresiko tinggi bagi masa depanmu," ujar Dokter Nadia memperingati.

"Tidak masalah, yang terpenting Saya mendapatkan uang yang halal untuk pengobatan Ibu saya," jawab Uuna dengan binar di matanya.

Nadia memandang lekat wajah Uuna, ia kembali teringat akan kerabatnya yang baru saja berkonsultasi dengannya, "Apa hari ini kamu ada kuliah?!" tanya Nadia.

"Tidak Dok," jawab Uuna cepat.

"Datanglah ke apartemen Saya! Saya akan menjelaskan sesuatu di sana. Kamu bisa datang jam 5 sore ini, kan, Uuna?" pinta Nadia, dan Uuna pun menyanggupinya.

Sore harinya Uuna sudah berada di ruang tamu dokter Nadia. Nadia menjelaskan betapa ber resikonya melakukan donor ginjal.

"Aku mempunyai pilihan lain untuk kamu Uuna, jika kamu bersedia meminjamkan rahimmu selama satu tahun dan melahirkan seorang anak, maka kamu akan mendapatkan uang untuk tunjangan hidup Ibu dan kualihmu.

"Maksud Dokter?!" tanya Uuna masih tidak mengerti.

"Begini, Uuna. Salah seorang kerabat saya memiliki sebuah masalah pelik dalam keluarganya. Mereka menginginkan keturunan tanpa harus menikahkan putra mereka. Salah satunya dengan cara melakukan inseminasi buatan dan menitipkan benih itu di rahim seseorang. Namun kriteria yang mereka inginkan sangat tinggi. Sudah satu bulan ini aku mencarinya Uuna, dan menurutku kamu sangat Cocok. Uang 30 juta akan langsung mengalir ke rekening kamu dan Ibumu bisa langsung dioperasi." Dokter Nadia berusaha menjelaskan sedetail mungkin.

"Tapi, bagaimana bisa saya mengandung anak seseorang? Dan bagaimana jika dunia tahu saya sedang mengandung anak tanpa Ayah?!"

"Dunia tidak akan tahu, Uuna. karena semua data Kamu akan saya amankan. Dan Kamu pun tidak akan tahu siapa Ayah dari bayi Kamu. Saat bayi itu lahir, dia akan langsung diambil oleh keluarganya. Semua proses kita lakukan diam-diam," jelasnya lagi.

"Apa itu tidak terlalu kejam, Dok?!"

"Kehidupan ini memang kejam, Uuna. Dan tidak ada yang gratis di dunia ini!!"

Uuna hanya bisa terdiam membayangkan dirinya akan berpisah dengan anaknya yang bahkan belum tumbuh di rahimnya. Tak lama ponsel dia pun bergetar, tertera nama bibinya di layar ponselnya.

"Halo, Bi!" ucapnya dengan suara yang parau.

"Uuna, Ibu Kamu sudah dibawa ke rumah sakit, dan kita butuh uang segera Una. Paling tidak untuk perawatan Ibumu saat ini!" Suara di seberang sana terdengar sangat panik.

"Tapi Uuna belum pegang uang itu Bi, Uuna akan mencari pinjaman dulu. Bibi tunggulah Ibu di sana!" pinta Uuna dengan nada yang sangat lemah. Ia takut kondisi ibunya akan semakin parah, sementara ia sendiri belum mendapatkan pinjaman dari manapun.

**

Sementara itu, di tempat lain. Sebuah dilema tengah melanda Melissa Miller.

Tuan Malik Hayes semakin hari semakin memprihatinkan, keinginannya untuk melihat Cicitnya semakin menuntut bagi Malissa yang dia sendiri sangat prihatin dengan keadaan putranya.

"Cepat temukan metode yang cocok untuk melakukan pembuahan dan wanita yang sesuai dengan kriteria yang kita inginkan." ujar Melissa Miller dengan menatap kosong jendela kamarnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status