Share

Bab 5 Siapa Gadis Itu

Nadia berjalan dengan langkah lebar menuju ruang laboratorium. Sesampainya di sana Nadia langsung bertanya pada suster penjaga. "Sus coba cari tau siapa yang memeriksa sampel darah Uuna Mikhayla dan siapa saja yang melakukan tes kehamilan pada saat itu!" Dokter Nadia menyerahkan salinan hasil tes kepada suster dan memintanya untuk segera mengabarinya jika sudah mendapatkan apa yang dia mau.

Sementara di Apartemen milik Darren Hayes. Dokter terapis yang biasa menangani Darren ketika penyakitnya kambuh, sedang merasa kalut dikarenakan penyakit pasiennya yang tiba-tiba kambuh. Padahal selama ini Darren tidak pernah bertemu dengan wanita manapun terkecuali ketika ia berkunjung ke Mansion ibunya, itu pun ketiak sudah dilakukan pensterilan sebelumnya.

Huek huek huek, Darren memuntahkan semua makan yang di makannya sepanjang hari ini. Wajahnya sudah sangat pucat pasi. Darren keluar dari kamarnya dan membuang apapun yang ada di sana. Huek huek huek, Darren terus memuntahkan apapun yang ada di perutnya hingga hanya cairan kuning yang sangat pahit yang tersisa.

"Dasar penyakit terkutuk, kau begitu menyiksaku. Sebegitu burukkah diriku sehingga tidak berhak untuk bahagia." teriaknya menggelegar di seluruh penjuru apartemennya.

"Tuan, kumohon tenanglah!" pinta asistennya yang selama ini sudah mendampinginya semasih ia muda.

"Aarrgghh…! Pergi kalian, pergi!"

"Tuan Darren, saya mohon tenang lah, coba Anda bayangkan sesuatu yang indah!" ucap dokter Faisal yang masih berusaha menenangkan. "Coba, Anda hirup napas dalam-dalam dan hembuskan perlahan. Cobalah bayangkan sesuatu yang Anda sukai." Dokter Faisal tahu selama ini tidak ada sesuatu apapun yang disukai pasiennya itu, namun dia tetap mencobanya.

Darren berusaha melakukan apa yang dikatakan oleh dokternya. Dia memejamkan matanya sambil terus menghirup dan mengeluarkan napasnya secara perlahan. 

Di dalam ingatan Darren, kembali terlintas bola mata coklat kehitaman yang seolah kembali menariknya ke dasar paling dalam. Mengingat itu, ia teringat akan sosok yang ia temui di rumah sakit. Karena bola mata yang menenangkan itu adalah milik seorang gadis yang menatapnya dengan binar yang sangat indah.

Darren mulai merasa tenang akhirnya memejamkan matanya dan tak lama ia pun terlelap, dan menjauh ke alam mimpi.

Melihat Darren yang sudah tertidur, dokter Faisal memasangkan selang infus di punggung tangannya. Sudah dua hari ini Darren mengalami mual dan muntah yang berlebihan, anehnya hanya dirasakan di pagi hari saja.

**

Keesokan harinya

Darren membuka matanya dengan sangat perlahan, Ia berusaha mengingat apa yang terjadi dengan dirinya. Ketika ia sudah mengingatnya, ia menekan tombol dimana akan segera datang seseorang ke dalam kamarnya.

"Siapa gadis itu sebenarnya, mengapa ia sering muncul disaat aku membutuhkan ketenangan. Dia juga hadir di saat aku akan mengeluarkan benih untuk ditanam di rahim wanita yang bahkan aku tidak tahu identitasnya," monolog Darren kembali harus merasakan kecewa karena benih itu tidak tumbuh dengan baik.

Keluarga Ibrahim Hayes memang sudah menerima kabar dari dokter Nadia bahwa benih yang ditanam oleh Darren gagal. Nadia juga berencana akan melakukan pemeriksaan kembali terhadap dirinya dan wanita itu. Namun, sayangnya Nadia sampai hari ini belum juga mengatur jadwal ulang untuk pemeriksaan lanjutan terhadap dirinya. Darren sendiri tidak tahu apa alasan Nadia menunda begitu lama, padahal kakeknya sudah sangat ingin menimang buyutnya.

Seorang pria berpakaian serba hitam datang ke arah Darren dan sedikit membungkuk di hadapan pria itu.

"Apa tugas saya, Tuan?" tanya pria itu yang sudah hafal jika tuanya sudah memanggil dirinya maka pasti ada yang sangat penting yang diinginkan oleh tuanya.

"Kamu cari wanita yang menabrakku di rumah sakit beberapa Minggu yang lalu. Dan jangan beritahu siapapun aku mencari wanita itu," ucapnya tanpa memandang wajah pria yang berdiri di sampingnya.

Pria itu sedikit mengernyitkan dahi mendengar tuanya meminta yang menurutnya sangat diluar nalar, "Baik, Tuan. Saya akan cari segera informasinya," ucap pria itu dengan kata-kata tegas dan datar, tanpa gelombang sedikitpun.

Setelah kepergian pria itu Darren kembali membayangkan mata wanita yang Darren sendiri belum tahu siapa nama wanita itu.

"Jika aku bertemu denganmu, apa aku akan berhenti muntah-muntah seperti saat ini?" tanyanya tanpa tahu siapa yang akan menjawab semua pertanyaan karena di ruangan itu tidak ada siapapun selain dirinya.

Darren terus mengingat dan mengingat bayangan wanita yang sering hadir di benaknya belakangan ini, padahal bisanya hanya dengan membayangkan sosok wanita saja sudah membuatnya mual. Tapi kali ini terasa berbeda, wanita itu seperti memiliki magis tersendiri bagi Darren.

***

Di suatu tempat yang lumayan jauh.

Uuna begitu tercengang melihat hasil garis dua yang ia lakukan pagi ini karena tubuhnya terasa sangat aneh, seperti mual di pagi hari dan lapar di tengah malam dengan porsi yang begitu besar. Uuna bukan gadis bodoh yang tidak tahu apapun, apalagi ia tahu dirinya telah menjalani inseminasi buatan yang mungkin saja benih itu tumbuh di rahimnya walaupun sempat dinyatakan gagal.

"Apa yang harus aku lakukan, jika masyarakat tahu aku hamil di luar nikah? pasti nama almarhum Ayah akan tercoreng. Apalagi ibu baru saja pergi. Aku harus bagaimana ...?" tanya Uuna lirih sambil terus menatap benda pipih bergaris dua itu.

"Aku harus segera ke kota dan menemui dokter Nadia, bagaimana nasib anak ini jika harus hidup denganku, sementara aku tidak memiliki pekerjaan," ujarnya sambil terus menatap nanar benda pipih bergaris dua.

Uuna segera melipat kecil dan menggunting pembungkus dari alat tes kehamilan dengan sangat hati-hati dan membuangnya ke dalam toilet lalu menyiramnya dengan banyak air. Uuna berharap kehamilannya tidak akan diketahui oleh warga sekitar sehingga dapat membuat nama kedua orangtuanya malu di alam sana. Setelah melakukan itu Uuna memutuskan untuk menemui bibinya.

Uuna langsung menuju dapur dan dia melihat Bibi Ai sedang memasak sesuatu, tapi Uuna yang sudah mencium bau goreng bawang yang sangat menyengat membuatnya urung untuk menemui bibinya. Uuna memilih untuk berlari kecil kembali ke kamarnya dan mengambil minyak batang putih lalu menggosoknya di hidung sebanyak mungkin.

"Aku tidak bisa terus seperti ini, Anakku akan kekurangan gizi kalau aku selalu menolak asupan di pagi hari. Aku juga harus ke klinik dan meminta resep Vitamin untuk ibu hamil." Uuna terus membalurkan minyak batang putih itu keseluruhan tubuhnya.

Uuna terus mondar-mandir di dalam kamarnya untuk memikirkan langkah selanjutnya yang harus ia ambil. Uuna dan bibinya tidak bisa pergi ke kota dalam waktu seminggu ini karena Una akan menunggu 40 hari mendiang almarhum ibunya, setelah itu baru ia akan kembali ke kota dan menemui dokter Nadia.

Namun, Uuna harus memikirkan bagaimana dua minggu ini dia bisa melalui hari-harinya dan menahan mual di perut agar tidak dicurigai oleh para tetangganya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status