Share

Bab 6 Positif (Kecelakaan Nadia)

Di sebuah rumah sakit Dokter Nadia berlari kencang ke arah mobilnya terparkir dengan map yang ia pegang. Nadia tidak memperdulikan banyak pasang mata yang melihat karena wajah cantiknya yang terlihat begitu bersinar di tengah kepanikan. 

Didalam map itu menunjukkan hasi leb yang positif atas nama Darren Hayes. Selebihnya tidak ada informasi apapun lagi karena itu memang sudah sesuai dengan perjanjian yang mereka sepakati sebelumnya.

Pagi ini Nadia mendapatkan informasi mengenai kegagalan inseminasi yang ia lakukan terhadap Uuna. Ternyata sampel darah milik Uuna Mikhayla tertukar dengan pasien lainnya yang juga tengah menjalankan tes darah untuk kehamilannya.

Saat Nadia mengetahui ternyata Uuna positif hamil, dia begitu bahagia dengan apa yang dibaca dan dia dengar langsung dari hasil lab yang tertukar beberapa minggu lalu. Sangking senangnya, Nadia bergegas menuju kediaman Ibrahim Hayes untuk mengatakan langsung kabar gembira ini tanpa memberitahu Uuna terlebih dahulu.

Dengan laju yang sangat kencang Nadia mengendarai mobilnya seorang diri. Perasaannya benar-benar membuncah karena kerja kerasnya tidak sia-sia. 

"Aku harus segera tiba di kediaman Ibrahim Hayes. Mereka pasti senang mendengar kabar ini." 

Dengan tangan yang sedikit gemetar karena bahagia, Nadia memusatkan konsentrasinya pada kemudi.

Namun, tak lama dari itu dering ponsel memutus konsentrasinya. Dering ponsel itu terus memanggilnya meminta perhatian agar segera diijabah. 

Tanpa melepas kemudinya Nadia merogoh ponsel di dalam tas, tapi karena tidak juga mendapatkan benda pipih itu Nadia sedikit mengalihkan pandangannya. Namun, tanpa diduga ada sebuah truk besar yang menghantam badan mobilnya saat berusaha menyalip mobilnya.

"Ahhhh…!

Nadia kehilangan konsentrasi karena mencari ponsel, dia tidak bisa menguasai kendaraannya, alhasil mobilnya menghantam bahu jalan dengan sangat keras sehingga mengakibatkan mobilnya terbalik dan mengeluarkan asap yang mengepul tinggi dan membuat wara yang melihatnya panik sehingga tidak berani untuk mendekat sampai petugas medis yang mereka hubungi datang.

Mobil ambulans terdengar begitu memekakkan telinga diiringi dengan mobil pemadam kebakaran. Siang itu mendadak jalanan begitu macet diakibatkan kecelakaan yang dialami oleh Nadia yang disebabkan oleh truk padi yang mengalami rem blong sehingga truk tidak dapat dikendalikan dikarenakan membawa beban berlebihan 

**

Di tempat lain Darren begitu tidak sabar menatap informasi mengenai gadis itu. Dia selalu menatap layar ponselnya dengan perasaan cemas. Siang ini Darren tidak bisa fokus pada berkas yang harus ia kerjakan. Ditambah lagi dengan jadwalnya yang sangat padat, mengharuskan ia untuk masuk ke kantor, padahal pikirannya selalu tertuju pada sosok gadis yang membuatnya semakin penasaran setiap detiknya.

"Aarrgghh...! Bagaimana bisa seorang wanita kini mengganggu konsentrasiku? Dan berkas-berkas ini semakin membuatku gila," erang Darren di tengah aktivitasnya.

Hari ini begitu sibuk untuk Darren untungnya rasa mual yang dialaminya bisa ia atasi dengan baik ketika ia membayangkan wajah gadis itu yang terus menariknya ke dasar paling dalam.

"Aku harus segera menemukannya, bagaimanapun caranya aku tidak peduli!"

** 

Sementara di kediaman Ibrahim Hayes, Marissa terlihat begitu gelisah setelah mendengar kabar Nadia akan segera kemari.

"Kenapa Nadia begitu lama? bukankah ini sudah lebih dari satu jam berlalu setelah ia menghubungiku?" tanyanya cemas dan sedikit penasaran dengan berita yang akan disampaikan oleh Nadia.

"Apa sebenarnya yang ingin dia sampaikan?" Merissa terus menatap jam di pergelangan tangannya dengan perasaan cemas.

Beberapa jam yang lalu Marissa di hubungi oleh Nadia dan mengabarkan akan ke Mansionnya untuk memberitahukan kabar yang sangat penting mengenai Darren dan hasil inseminasi yang waktu itu mendapatkan hasil negatif.

"Apa terjadi sesuatu pada gadis itu, ini sudah sangat lama. lagipula ini bukan jam kantor di mana akan sangat macet!" Marissa terus mondar-mandir di depan televisi di dalam kamarnya yang begitu luas.

Namun, tak lama dari itu ponsel Marissa bergetar tanda sebuah notifikasi pesan masuk. Dengan malas Marisa membuka grup rumah sakit yang begitu banyak pesan seperti tidak biasanya.

Masih dengan malas Marisa membaca isi pesan grup itu dan detik berikutnya ia begitu terhenyak. Tamu yang di tunggunya ternyata mengalami kecelakaan.

"Ya ampun, itu sebabnya ia tidak juga datang!" Marisa bergegas keluar dan menyambar tasnya. Tujuannya tidak lain tidak bukan adalah rumah sakit dimana Nadia mendapatkan tindakan.

**

Dua Minggu sudah berlalu bahkan acara 40 hari ibunya Uuna telah selesai diselenggarakan. Kini Uuna dan bibinya tengah mengepak barang mereka untuk dibawa ke kota.

Uuna sudah menceritakan segalanya mengenai keadaan dirinya yang kini tengah mengandung benih seseorang yang ia sendiri tidak tahu siapa pemiliknya. Uuna menceritakan sedetail mungkin alasan yang diambil di balik itu semua. 

Bibi Ai hanya bisa mendukung apapun keputusan keponakannya dan akan mengikuti kemanapun Uuna pergi karena sudah tidak ada lagi kerabat yang ia miliki di desa itu.

"Bibi, tidak apa-apa 'kan jika kita hidup sederhana dan seadanya di sana. Setelah Uuna menemui dokter Nadia dan mengatakan Uuna hamil, kita baru bisa menyusun kembali kehidupan kita disana. Tapi Bibi tidak usah khawatir, Bi Ai bisa bekerja di toko roti milik sahabat Uuna." jelas Uuna di sela ia memasukkan beberapa potong pakaian kedalam koper.

"Uuna, apa kamu tidak ingin merawat bayimu sendiri, Nak? Ibumu sudah pergi ... Kamu bisa mencurahkan seluruh kasih sayang padanya ...," ucap Bibi menatap Uuna lekat.

"Walaupun ingin ... bayi ini bukan milikku, Bi ...," jawab Uuna lirih.

"Baiklah, Bibi akan mendukung apapun keputusanmu, Uuna. Hanya kamu teman hidup bibi," Bibi menyerah. Sepertinya Uuna belum bisa menyayangi bayi dalam kandungannya atau bisa jadi mungkin karena bayi itu belum begitu tumbuh di rahimnya, mungkin.

Keesokan harinya Uuna hanya bisa menatap pilu rumah kedua orang tuanya. Kenangan di rumah itu begitu banyak, kenangan itu sangat indah bagi Uuna. Apalagi ketika almarhum ayahnya masih ada, Uuna benar-benar dimanja oleh ayahnya tapi kini mau tidak mau Uuna harus pergi dari desa demi melahirkan bayi dalam kandungannya.

"Doakan Uuna ayah, ibu. Uuna pamit," ujarnya sambil terus menatap rumah tua yang sudah membesarkannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status