Share

Bab 3

Author: Aleyani
Dia berujar dengan nada menyelidik, "Anna, jangan salah paham. Aku cuma nggak sempat belikan hadiah ulang tahun untuk Nia. Aku akan belikan sesuatu yang lebih bagus untukmu nanti."

"Emm, aku mengerti. Mendaur ulang barang juga hal yang baik."

Lagi pula, aku akan segera menikah. Tidak ada gunanya juga aku menyimpan cincin itu.

Samuel menghela napas lega, lalu bertanya, "Aku sudah lihat surat pengunduran dirimu. Kenapa kamu tiba-tiba memutuskan untuk berhenti?"

Ternyata, dia sudah mengetahuinya dari awal, tetapi tidak sempat berbicara denganku. Aku menjawab, "Aku capek dan ingin istirahat."

Dia setuju tanpa ragu. "Bagus juga. Berhubung sudah berhenti kerja, kamu bisa tinggal di rumah untuk rawat kandunganmu. Aku akan hidupi kamu. Nanti, pulanglah untuk makan."

Aku tanpa sadar menyentuh perutku yang sudah kosong dan menjawab, "Oke."

Aku mengemasi barangku, lalu naik taksi untuk pulang ke rumah.

Samuel yang tidak pernah memasak sudah menyiapkan meja penuh makanan. Aku meliriknya dan menemukan semuanya adalah hidangan pedas. Aku punya penyakit asam lambung dan tidak dapat makan yang pedas-pedas. Ternyata makanan itu bukan dimasak untukku.

Samuel melihatku dan berujar, "Hari ini ulang tahun Nia. Dia nggak terbiasa makan makanan luar, makanya aku kepikiran untuk masak buatnya. Ayo makan bersama."

"Aku nggak bisa makan makanan-makanan itu. Kalian makan saja sendiri."

Aku berbalik dan hendak kembali ke kamar.

Sonia tiba-tiba berkata dengan sedih, "Kak Sam, apa Kak Anna nggak menyambutku? Kalau begitu, lebih baik aku pergi."

Raut wajah Samuel juga menjadi agak masam. "Anna, bisa nggak kamu berhenti merajuk? Aku sudah jelaskan ini ulang tahun Nia. Sekarang, aku yang masak sendiri dan mengajakmu makan. Kamu malah marah dan mau buat semua orang nggak senang?"

Aku menjawabnya dengan sangat serius, "Aku nggak merajuk, cuma punya penyakit asam lambung."

Aku terkena penyakit asam lambung karena menggantikannya minum alkohol saat bernegosiasi proyek dulu. Namun, dia tetap tidak puas dengan jawabanku.

Samuel mengambil sepotong kue dan berkata, "Kalau nggak bisa makan yang pedas, makan yang manis nggak masalah, 'kan!"

Sebelum aku sempat mengatakan apa-apa, Sonia mulai memprovokasi, "Aku cuma mau berbagi kebahagiaan ulang tahunku dengan Kakak. Aku nggak nyangka kamu malah nggak senang. Dengar-dengar, Keluarga Darmanto sudah menampungmu selama 15 tahun. Demi hal itu, aku harap kamu nggak mempersulit Kak Sam."

Aku mau tak mau merasa semua ini sangat konyol. Sepertinya, Samuel sudah terbiasa meremehkanku, jadi dia juga membiarkan orang-orang di sekitarnya menggunakan jasa itu untuk menekanku. Memang benar aku ditampung orang lain selama 15 tahun, tetapi aku sudah melunasi utangku padanya.

Baru saja aku hendak menolak, sesendok kue sudah dimasukkan ke mulutku dengan tidak sabar.

Samuel membuang sisa kue itu ke tempat sampah sambil merepet, "Cuma disuruh makan saja juga banyak tingkah!"

Aku mau tak mau menelan kue di dalam mulutku, tetapi tiba-tiba menyadari ada yang tidak beres. Ada selai mangga di dalamnya, sedangkan aku alergi mangga.

Namun, sudah terlambat. Wajahku memerah dan aku tidak bisa bernapas. Aku berjongkok di lantai sambil memegangi dadaku dan bernapas terengah-engah.

Melihat keadaanku, Samuel sedikit panik. "Anna, kamu kenapa ...."

Dia mencoba mengulurkan tangan untuk membantuku, tetapi Sonia berbicara dengan suara manja lagi, "Sam, to ... tolong aku! Aku tersedak gara-gara terlalu gugup melihat amarah Kak Anna."

Begitu mendengar ucapan Sonia, kepanikan di mata Samuel langsung lenyap, lalu digantikan oleh kekhawatiran dan sakit hati.

Dia segera menggendong Sonia dan menatapku dengan kesal. "Annalise! Ini semua salahmu! Gara-gara kamu merajuk terus, Nia jadi tersedak. Kalau terjadi apa-apa padanya, apa kamu bisa tanggung jawab!"

Seusai memarahiku, Samuel pun menggendong Sonia dan segera keluar.

Sebelum pergi, aku melihat raut wajah Sonia yang penuh kemenangan dan seolah-olah sedang berkata, 'Lihat saja, waktu disuruh pilih salah satu di antara kita, dia pasti memilihku.'

Dalam seketika, suasana di rumah menjadi hening. Aku merasa kesakitan hingga hampir tidak dapat bernapas lagi. Aku dengan panik meraih ponselku dan menelepon ambulans.

Ketika membuka mata lagi, Samuel sedang duduk di samping ranjang pasienku. Melihatku sudah sadar, dia meremas tanganku erat-erat. "Anna ...."

Seorang perawat yang datang untuk memeriksaku menyela kata-katanya. Setelahnya, dia baru bertanya dengan cemas, "Anak kita baik-baik saja, 'kan?"
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Janji yang Dikhianati, Cinta yang Terluka   Bab 8

    Pikiranku melayang pada semua kenanganku bersama Samuel selama bertahun-tahun. Ada yang indah, ada yang menyakitkan. Saat memikirkannya, air mataku tanpa sadar menetes. Bagaimanapun juga, semua kenangan selama 15 tahun ini berkaitan dengannya.Namun, tekadku untuk melepaskannya juga sudah bulat. Aku ingin meninggalkan diriku yang dulu. Setelah hari ini, aku akan memulai hidup baru. Anggap saja Annalise yang dulunya begitu terobsesi dengan Samuel sudah mati.Melihatku menangis, penata rias itu tidak berhenti menghiburku.Setelah tersadar, aku menyeka air mataku dengan lembut, lalu berkata sambil tersenyum, "Nggak apa-apa. Aku baik-baik saja. Aku cuma merasa hari ini terlalu nggak nyata."Kakakku berjalan masuk dan kebetulan menyaksikan hal ini. Akan tetapi, dia tidak berusaha membujukku karena dia juga telah melihat wajah asli Samuel. Jika aku tetap bersama Samuel, kelak aku pasti akan sangat menderita.Dia hanya tersenyum dan memuji, "Anna-ku sangat cantik." Setelah riasanku selesai,

  • Janji yang Dikhianati, Cinta yang Terluka   Bab 7

    Kakakku mengubah amarahnya menjadi motivasi. Dia memilihkan belasan gaun pengantin untuk kucoba.Pada saat ini, Bibi meneleponku dengan panggilan video. "Anna, kamu nggak pamitan sama Sam sebelum pergi? Dia baru saja datang mencariku seperti orang gila dan tanyakan keberadaanmu. Begitu melihat keadaannya, aku langsung tahu kamu belum kasih tahu dia. Jadi, aku juga nggak berani ungkit soal pernikahanmu.""Anna, baru kali ini aku melihat Sam sepanik itu ...."Aku tidak menyangka Samuel akan mencari Bibi untuk mencari tahu tentangku. Namun, aku menyahut dengan tenang, "Bibi, apa yang terjadi padanya bukan lagi urusanku."Melihat aku yang terlihat tenang, Bibi dapat menebak bahwa aku mungkin memang tidak peduli lagi. Kemudian, dia hanya menghela napas dan tersenyum. "Benar, kalian sudah nggak punya hubungan lagi. Yang penting Anna-ku bahagia."Bibi sepertinya menyadari aku sedang mengenakan gaun pengantin. Matanya pun seketika berbinar. "Coba kulihat seperti apa tampang Anna-ku waktu paka

  • Janji yang Dikhianati, Cinta yang Terluka   Bab 6

    Aku masuk ke toilet bandara, lalu mengeluarkan peralatan kosmetik untuk menambal riasanku supaya bisa menyembunyikan rasa lelahku. Setelah merapikan diri, aku pun berjalan keluar dari bandara.Begitu melihatku, kakakku langsung berlari ke arahku dengan gembira dan memelukku erat-erat. Aku mencium aroma yang familier dan tiba-tiba merasa agak sedih.Ketika orang tuaku kecelakaan, kakakku masih kuliah dan tidak bisa membesarkanku. Jadi, aku mau tak mau harus tinggal di rumah Keluarga Darmanto. Kemudian, setelah lulus dan mendapatkan pekerjaan tetap, kakakku ingin mengajakku tinggal bersamanya.Namun, pada saat itu, aku sudah jatuh cinta pada Samuel. Aku tahu jika aku pergi, aku mungkin tidak akan pernah bertemu dengannya lagi. Demi Samuel, aku menolak tawaran kakakku.Setelah dipikir-pikir sekarang, aku menyadari betapa bodohnya aku saat itu. Kenapa aku harus meninggalkan keluarga yang begitu mencintaiku demi seseorang yang menyakitiku begitu dalam?Aku memegang wajah kakakku dan mencium

  • Janji yang Dikhianati, Cinta yang Terluka   Bab 5

    Aku mengeluarkannya dan melihat itu adalah panggilan dari Samuel. Berhubung deringnya sangat mengganggu, aku langsung menonaktifkan ponselku, lalu memakai penutup mata dan berbaring di tempat duduk.Aku tidur dengan nyenyak dan bermimpi indah.Di dalam mimpiku, Sonia tidak pernah muncul dari awal hingga akhir. Samuel dan aku berakhir bersama persis seperti yang dibayangkan semua orang dan kami juga menikah. Setelah menikah, kami dikaruniai anak kembar laki-laki dan perempuan. Dia sangat memanjakanku, memperlakukanku seperti tuan putri, dan sering menemaniku ke pantai. Kami sekeluarga benar-benar bahagia.Ketika terbangun, aku menyadari diriku menangis karena mimpi itu begitu indah. Efek sampingnya lumayan kuat. Aku pun menatap kosong ke langit biru dan awan putih di luar.Tenggorokanku sangat sakit karena menahan tangis. Emosi yang telah lama kutahan pun meluap saat ini juga. Aku sepertinya tidak terlalu buruk. Kenapa dia memperlakukanku seperti ini?Aku membenamkan kepala di lengan

  • Janji yang Dikhianati, Cinta yang Terluka   Bab 4

    Aku menggeleng dan menjawab pelan, "Nggak apa-apa."Aku akan segera pergi, Jadi, Samuel tidak perlu tahu.Samuel merasa lega dan berkata dengan rasa bersalah, "Anna, maaf. A ... aku benar-benar nggak tahu kamu alergi mangga."'Kamu tahu. Dulu, kamu ingat jelas semua selera dan kesukaanku. Hanya saja, kamu sudah melupakannya sekarang.'Aku memejamkan mata dan tidak ingin bicara.Dia tinggal di rumah sakit untuk beberapa saat sebelum pergi karena panggilan dari Sonia.Aku menyelesaikan infusku dan diperbolehkan untuk pulang. Berhubung ini sudah hari terakhir, aku pun mulai mengemasi semua barangku.Saat membuka lemari, aku melihat isinya yang dipenuhi pakaian bayi yang kusiapkan dengan gembira. Sayangnya, pakaian-pakaian itu tidak lagi dibutuhkan.Jadi, aku mengemas semuanya, termasuk beberapa pakaianku sendiri dan hadiah-hadiah ulang tahun dari Samuel setiap tahun. Dulu, aku sangat menghargai semuanya. Sekarang, aku membuang semuanya ke tempat sampah di lantai bawah tanpa ragu.Samuel k

  • Janji yang Dikhianati, Cinta yang Terluka   Bab 3

    Dia berujar dengan nada menyelidik, "Anna, jangan salah paham. Aku cuma nggak sempat belikan hadiah ulang tahun untuk Nia. Aku akan belikan sesuatu yang lebih bagus untukmu nanti.""Emm, aku mengerti. Mendaur ulang barang juga hal yang baik."Lagi pula, aku akan segera menikah. Tidak ada gunanya juga aku menyimpan cincin itu.Samuel menghela napas lega, lalu bertanya, "Aku sudah lihat surat pengunduran dirimu. Kenapa kamu tiba-tiba memutuskan untuk berhenti?"Ternyata, dia sudah mengetahuinya dari awal, tetapi tidak sempat berbicara denganku. Aku menjawab, "Aku capek dan ingin istirahat."Dia setuju tanpa ragu. "Bagus juga. Berhubung sudah berhenti kerja, kamu bisa tinggal di rumah untuk rawat kandunganmu. Aku akan hidupi kamu. Nanti, pulanglah untuk makan."Aku tanpa sadar menyentuh perutku yang sudah kosong dan menjawab, "Oke."Aku mengemasi barangku, lalu naik taksi untuk pulang ke rumah.Samuel yang tidak pernah memasak sudah menyiapkan meja penuh makanan. Aku meliriknya dan menemu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status