Share

Bab 2

Author: Aleyani
Jantungku berdebar kencang. Entah seberapa banyak yang sudah Samuel dengar.

Berhubung sudah memutuskan untuk benar-benar pergi, meskipun hanya demi jasanya yang menampungku selama 15 tahun, aku mungkin harus memberitahunya.

Aku mematikan layar ponsel dan berkata dengan ekspresi serius, "Aku dan ...."

Sebelum aku sempat menyelesaikan ucapanku, ponselnya berdering. Dia pun bergegas pergi ke ruang tamu untuk menjawabnya.

Ucapanku yang terpotong juga tidak perlu dilanjutkan lagi.

Setelah menjawab telepon, Samuel meraih jasnya dan berjalan keluar.

Aku mengeluarkan ponselku untuk membeli tiket pesawat, lalu mengirim pesan kepada Bibi tentang pernikahan itu sekaligus berpamitan. Alhasil, Bibi malah langsung datang menemuiku. Begitu melihatku, dia memelukku erat-erat.

"Anna, kenapa kalian nggak kasih tahu aku sampai tiga hari sebelum pernikahan? Sam juga sama saja."

Pekerjaan Bibi membuatnya tidak bisa merawatku di rumahnya, tetapi dia selalu mengundangku ke rumahnya setiap akhir pekan. Aku paling dekat dengannya di seluruh Keluarga Darmanto.

Di mata Bibi, Samuel dan aku adalah teman masa kecil yang sangat dekat dan ditakdirkan untuk bersama.

Aku tersenyum dan menggeleng, "Bukan begitu, Bibi. Yang akan kunikahi bukan dia."

Mata Bibi terbelalak. Dia bertanya dengan tidak percaya, "Ada apa ini?"

"Aku sudah capek dan ingin ganti lingkungan baru," jawabku dengan santai.

Bibi tidak bertanya lebih lanjut, tetapi langsung masuk ke rumah untuk membantuku mengemasi pakaian. Dia berkata, "Datanglah ke rumahku malam ini. Aku akan buatkan mie kuah kesukaanmu."

Aku tersenyum dan menyetujuinya.

Baru saja kami keluar dari lift dengan membawa barang-barangku, kami malah bertemu dengan Samuel dan Sonia yang kembali.

Sonia menyipitkan matanya dan merangkul leher Samuel, lalu mencium pipinya. "Sam, kepalaku sakit. Kamu bisa tinggal bersamaku malam ini?"

Mata Samuel dipenuhi sakit hati. "Iya, iya. Kamu nggak perlu takut. Aku akan membuatkanmu sup pereda mabuk dan tinggal bersamamu malam ini."

Tampang lembutnya itu sama persis seperti bagaimana dia memperlakukanku dulu.

Ketika Samuel baru memulai bisnisnya, lambungnya lemah dan dia tidak bisa minum alkohol. Jadi, aku yang menggantikannya minum dan menegosiasikan proyek.

Setiap kali aku mabuk, dia akan menghiburku seperti ini. Dia juga begitu sakit hati hingga hampir menangis, juga berada di sisiku sepanjang malam untuk merawatku. Hanya saja, orang yang dipedulikannya sekarang sudah berubah menjadi Sonia.

Setelah bermesraan seolah-olah dunia hanya milik berdua, Samuel akhirnya menyadari kehadiranku. Aku berencana untuk mengabaikannya, tetapi dia menghentikanku.

"Kebetulan kamu ada di sini. Hari ini, kamu tinggal di luar saja dulu. Nia mabuk karena minum-minum bareng temannya. Aku khawatir dia merasa nggak senang kalau melihatmu."

Saat aku hendak mengiakannya, Bibi yang muncul dari belakang segera membalas, "Tanpa perlu kamu usir, Anna memang akan tinggal di rumahku malam ini!"

Samuel tidak menyangka Bibi juga ada di sini. Dia segera melepaskan lengan Sonia yang merangkulnya, lalu memapahnya. Dia menyapa Bibi dengan terkejut, lalu menjelaskan dengan rasa bersalah, "Temanku mabuk, aku nggak bisa meninggalkannya sendirian di luar. Aku khawatir Anna nggak bisa tidur nyenyak malam ini, makanya ...."

Ekspresi Bibi seketika menjadi muram. Dia mendorong mereka dan menarikku keluar. Baru ketika kami sampai di rumahnya, dia memelukku dengan sedih. Kemudian, tanpa berkata apa-apa, dia membuatkanku semangkuk mie kuah.

Hatiku terasa hangat saat memakannya. Akhirnya, aku juga bisa tidur nyenyak setelah sekian lama.

Siapa sangka, Sonia malah mengirimiku foto di tengah malam. Dia mengenakan gaun tidurku, sedangkan Samuel tertidur lelap di pelukannya. Setelahnya, dia juga mengirimkan beberapa pesan.

[ Kak Anna, Sam ketiduran waktu merawatku. Kamu nggak keberatan, 'kan? ]

[ Kalau kamu keberatan, aku bisa langsung membangunkannya. ]

Aku tidak ingin menanggapinya, tetapi Sonia tidak berhenti mengirim pesan. Jadi, aku akhirnya membalas.

[ Nggak usah. Biarkan saja dia lanjut tidur. ]

Setelah mengirim pesan itu, aku langsung mengaktifkan mode hening.

Keesokan paginya, aku pergi ke perusahaan untuk menyerahkan surat pengunduran diri. Setelah pagi yang sibuk dan baru saja aku menyelesaikan serah terima semua pekerjaanku, aku hendak pergi ke pantri untuk minum. Namun, aku malah menyadari semua orang sedang membicarakan tentang gosip kemarin di grup obrolan.

[ Kalian semua sudah lihat postingan itu? Bu Sonia itu benar-benar cinta sejati Pak Samuel! ]

[ Pak Samuel sudah nggak lajang lagi. Aku khawatir orang itu akan patah hati. ]

[ Dia itu cuma seorang yatim yang tinggal di rumah orang lain. Pak Samuel menerimanya sebagai adik karena baik hati. Mana mungkin dia bisa dibandingkan dengan Bu Sonia yang merupakan cinta pertama Pak Samuel? ]

Ketika jariku terbakar air panas yang mengalir keluar, aku baru buru-buru mematikan keran.

Samuel dan aku telah bersama selama sepuluh tahun dan berpacaran selama lima tahun. Akan tetapi, orang luar hanya mengenalku sebagai orang kasihan yang ditampung Samuel dan diam-diam menyukainya. Itu karena Samuel mengatakan tidak ingin memamerkan kemesraan.

Sekarang, Sonia baru saja kembali. Namun, Samuel malah melakukan segala sesuatu dengan sangat mencolok, seolah-olah sangat ingin mempublikasikan hubungan mereka.

Perbedaan antara mencintai dan tidak mencintai sangatlah jelas.

Aku membuka akun media sosialku dan melihat postingan ulang tahun Sonia.

[ Dengar-dengar, cincin ini sangat sulit didapatkan dan melambangkan cinta abadi. Syukurlah aku memilikimu tahun ini! ]

Foto itu menunjukkan Samuel berlutut dengan satu kaki dan menyematkan cincin itu di jari Sonia. Cincin itu adalah cincin kawin yang kudesain dan kubuat secara khusus selama enam bulan.

Samuel juga memosting ulang postingan itu dan kolom komentarnya dibanjiri ucapan selamat. Aku pun dengan santainya menekan tombol suka.

Namun, Samuel langsung menelepon.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Janji yang Dikhianati, Cinta yang Terluka   Bab 8

    Pikiranku melayang pada semua kenanganku bersama Samuel selama bertahun-tahun. Ada yang indah, ada yang menyakitkan. Saat memikirkannya, air mataku tanpa sadar menetes. Bagaimanapun juga, semua kenangan selama 15 tahun ini berkaitan dengannya.Namun, tekadku untuk melepaskannya juga sudah bulat. Aku ingin meninggalkan diriku yang dulu. Setelah hari ini, aku akan memulai hidup baru. Anggap saja Annalise yang dulunya begitu terobsesi dengan Samuel sudah mati.Melihatku menangis, penata rias itu tidak berhenti menghiburku.Setelah tersadar, aku menyeka air mataku dengan lembut, lalu berkata sambil tersenyum, "Nggak apa-apa. Aku baik-baik saja. Aku cuma merasa hari ini terlalu nggak nyata."Kakakku berjalan masuk dan kebetulan menyaksikan hal ini. Akan tetapi, dia tidak berusaha membujukku karena dia juga telah melihat wajah asli Samuel. Jika aku tetap bersama Samuel, kelak aku pasti akan sangat menderita.Dia hanya tersenyum dan memuji, "Anna-ku sangat cantik." Setelah riasanku selesai,

  • Janji yang Dikhianati, Cinta yang Terluka   Bab 7

    Kakakku mengubah amarahnya menjadi motivasi. Dia memilihkan belasan gaun pengantin untuk kucoba.Pada saat ini, Bibi meneleponku dengan panggilan video. "Anna, kamu nggak pamitan sama Sam sebelum pergi? Dia baru saja datang mencariku seperti orang gila dan tanyakan keberadaanmu. Begitu melihat keadaannya, aku langsung tahu kamu belum kasih tahu dia. Jadi, aku juga nggak berani ungkit soal pernikahanmu.""Anna, baru kali ini aku melihat Sam sepanik itu ...."Aku tidak menyangka Samuel akan mencari Bibi untuk mencari tahu tentangku. Namun, aku menyahut dengan tenang, "Bibi, apa yang terjadi padanya bukan lagi urusanku."Melihat aku yang terlihat tenang, Bibi dapat menebak bahwa aku mungkin memang tidak peduli lagi. Kemudian, dia hanya menghela napas dan tersenyum. "Benar, kalian sudah nggak punya hubungan lagi. Yang penting Anna-ku bahagia."Bibi sepertinya menyadari aku sedang mengenakan gaun pengantin. Matanya pun seketika berbinar. "Coba kulihat seperti apa tampang Anna-ku waktu paka

  • Janji yang Dikhianati, Cinta yang Terluka   Bab 6

    Aku masuk ke toilet bandara, lalu mengeluarkan peralatan kosmetik untuk menambal riasanku supaya bisa menyembunyikan rasa lelahku. Setelah merapikan diri, aku pun berjalan keluar dari bandara.Begitu melihatku, kakakku langsung berlari ke arahku dengan gembira dan memelukku erat-erat. Aku mencium aroma yang familier dan tiba-tiba merasa agak sedih.Ketika orang tuaku kecelakaan, kakakku masih kuliah dan tidak bisa membesarkanku. Jadi, aku mau tak mau harus tinggal di rumah Keluarga Darmanto. Kemudian, setelah lulus dan mendapatkan pekerjaan tetap, kakakku ingin mengajakku tinggal bersamanya.Namun, pada saat itu, aku sudah jatuh cinta pada Samuel. Aku tahu jika aku pergi, aku mungkin tidak akan pernah bertemu dengannya lagi. Demi Samuel, aku menolak tawaran kakakku.Setelah dipikir-pikir sekarang, aku menyadari betapa bodohnya aku saat itu. Kenapa aku harus meninggalkan keluarga yang begitu mencintaiku demi seseorang yang menyakitiku begitu dalam?Aku memegang wajah kakakku dan mencium

  • Janji yang Dikhianati, Cinta yang Terluka   Bab 5

    Aku mengeluarkannya dan melihat itu adalah panggilan dari Samuel. Berhubung deringnya sangat mengganggu, aku langsung menonaktifkan ponselku, lalu memakai penutup mata dan berbaring di tempat duduk.Aku tidur dengan nyenyak dan bermimpi indah.Di dalam mimpiku, Sonia tidak pernah muncul dari awal hingga akhir. Samuel dan aku berakhir bersama persis seperti yang dibayangkan semua orang dan kami juga menikah. Setelah menikah, kami dikaruniai anak kembar laki-laki dan perempuan. Dia sangat memanjakanku, memperlakukanku seperti tuan putri, dan sering menemaniku ke pantai. Kami sekeluarga benar-benar bahagia.Ketika terbangun, aku menyadari diriku menangis karena mimpi itu begitu indah. Efek sampingnya lumayan kuat. Aku pun menatap kosong ke langit biru dan awan putih di luar.Tenggorokanku sangat sakit karena menahan tangis. Emosi yang telah lama kutahan pun meluap saat ini juga. Aku sepertinya tidak terlalu buruk. Kenapa dia memperlakukanku seperti ini?Aku membenamkan kepala di lengan

  • Janji yang Dikhianati, Cinta yang Terluka   Bab 4

    Aku menggeleng dan menjawab pelan, "Nggak apa-apa."Aku akan segera pergi, Jadi, Samuel tidak perlu tahu.Samuel merasa lega dan berkata dengan rasa bersalah, "Anna, maaf. A ... aku benar-benar nggak tahu kamu alergi mangga."'Kamu tahu. Dulu, kamu ingat jelas semua selera dan kesukaanku. Hanya saja, kamu sudah melupakannya sekarang.'Aku memejamkan mata dan tidak ingin bicara.Dia tinggal di rumah sakit untuk beberapa saat sebelum pergi karena panggilan dari Sonia.Aku menyelesaikan infusku dan diperbolehkan untuk pulang. Berhubung ini sudah hari terakhir, aku pun mulai mengemasi semua barangku.Saat membuka lemari, aku melihat isinya yang dipenuhi pakaian bayi yang kusiapkan dengan gembira. Sayangnya, pakaian-pakaian itu tidak lagi dibutuhkan.Jadi, aku mengemas semuanya, termasuk beberapa pakaianku sendiri dan hadiah-hadiah ulang tahun dari Samuel setiap tahun. Dulu, aku sangat menghargai semuanya. Sekarang, aku membuang semuanya ke tempat sampah di lantai bawah tanpa ragu.Samuel k

  • Janji yang Dikhianati, Cinta yang Terluka   Bab 3

    Dia berujar dengan nada menyelidik, "Anna, jangan salah paham. Aku cuma nggak sempat belikan hadiah ulang tahun untuk Nia. Aku akan belikan sesuatu yang lebih bagus untukmu nanti.""Emm, aku mengerti. Mendaur ulang barang juga hal yang baik."Lagi pula, aku akan segera menikah. Tidak ada gunanya juga aku menyimpan cincin itu.Samuel menghela napas lega, lalu bertanya, "Aku sudah lihat surat pengunduran dirimu. Kenapa kamu tiba-tiba memutuskan untuk berhenti?"Ternyata, dia sudah mengetahuinya dari awal, tetapi tidak sempat berbicara denganku. Aku menjawab, "Aku capek dan ingin istirahat."Dia setuju tanpa ragu. "Bagus juga. Berhubung sudah berhenti kerja, kamu bisa tinggal di rumah untuk rawat kandunganmu. Aku akan hidupi kamu. Nanti, pulanglah untuk makan."Aku tanpa sadar menyentuh perutku yang sudah kosong dan menjawab, "Oke."Aku mengemasi barangku, lalu naik taksi untuk pulang ke rumah.Samuel yang tidak pernah memasak sudah menyiapkan meja penuh makanan. Aku meliriknya dan menemu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status