Short
Cinta Datang Terlambat

Cinta Datang Terlambat

By:  Esra AylaCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel4goodnovel
9Chapters
10.7Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Saat aku sedang hamil enam bulan, adikku mengalami kecelakaan dan sangat membutuhkan transfusi darah. Setelah diperiksa, hanya golongan darahku yang cocok untuknya. Namun, diriku yang mengalami mual selama kehamilan sangat lelah, sehingga aku menolaknya. Akan tetapi, keluargaku memaksaku untuk pergi ke ruang transfusi darah. Aku tidak sanggup melawan, jadi hanya bisa meminta bantuan suamiku. Tanpa diduga, dia berpangku tangan. "Mumpung kondisimu baik-baik saja, jadi nggak masalah untuk mendonorkan darah. Hanna berbeda, dia punya masa depan yang cerah, jangan sampai menundanya." Setelah operasi, aku pingsan di ruang transfusi darah. Hal pertama yang aku lakukan setelah sadar adalah membuat janji untuk aborsi.

View More

Chapter 1

Bab 1

"Bu Elena, apa benar kamu ingin menggugurkan anak ini? Kamu juga tahu situasi Pak Jordan. Kalau menggugurkan anak ini, dia bakal sulit punya anak lagi. Begitu tindakan dimulai, anak ini tidak bisa diselamatkan!"

Dokter menatapku dengan tidak berani percaya dan mengeluarkan laporan pemeriksaan fisik Jordan Aprilio.

"Bu Elena, kali ini kamu berhasil mengandung anak Pak Jordan sudah merupakan keajaiban medis. Aku sarankan untuk..."

"Nggak perlu, lakukan saja."

Aku menyela dokter itu dengan tenang.

Kenapa aku harus mengambil risiko melahirkan anak yang tidak dipeduli sama siapa pun dan membiarkannya menderita di dunia ini?

Setelah membuat janji untuk aborsi, aku kembali ke vila Jordan.

Dia keluar dari dapur sambil membawa kotak bekal.

Melihat aku kembali dengan lemah, Jordan hanya memberiku beberapa instruksi tanpa berhenti sama sekali.

"Aku sisain sup ayam di panci buatmu, jangan lupa makan saat makan malam. Kamu baru saja mendonorkan banyak darah, harus menambah nutrisi."

Melihat Jordan hendak keluar rumah, aku bertanya,

"Lalu, kamu mau ke mana?"

Jordan segera mengerutkan kening dan sangat kesal.

"Tentu saja ke rumah sakit, terjadi hal seperti itu pada Hanna, harus ada yang merawatnya. Hanya kamu yang mengabaikannya begitu saja seolah-olah nggak ada hubungan denganmu!"

Sambil berkata, Jordan menatapku dengan pandangan meremehkan.

"Aku memintamu untuk mendonor darah, tapi kamu malah menolaknya. Entah kenapa kamu begitu kejam, kamu bahkan tidak mau menyelamatkan adikmu sendiri!"

Pada saat ini, sepertinya aku mendengar suara jantungku hancur berkeping-keping.

Aku menggertakkan gigi sambil menatap Jordan.

"Aku kejam? Lalu, demi siapa aku melakukan ini? Kalau bukan karena hamil, mana mungkin aku tidak mau donor darah!"

Ketika mendengar kata-kataku, Jordan berlari menghampiriku dan menatapku tajam.

"Kamu masih mengungkitkan anak? Aku hanya memintamu untuk mendonorkan darah, bukan mengorbankan nyawamu! Kau kira seberapa berharganya dirimu? Apakah anak akan hilang begitu kamu mendonorkan darah?"

Aku sungguh tak percaya kata-kata ini akan diucapkan dari mulut suamiku.

Aku menatapnya dengan tatapan kosong, lalu berbicara pelan seolah telah kehilangan segala tenaga.

"Lalu, apa kamu tahu kalau aku tidak pernah makan dengan baik selama enam bulan? Kalau nggak, mana mungkin aku pingsan di ruang transfusi darah?"

Secercah rasa bersalah melintas di mata Jordan.

Namun, segera rasa bersalah ini digantikan oleh kemarahan dan kebencian.

Jordan mengulurkan tangan dan memegang daguku erat-erat.

"Kamu selalu ada masalah selama kehamilan. Kalau bukan kamu bersikeras memintaku mengantarmu ke rumah sakit untuk memeriksa respons nutrisi bayi, bagaimana mungkin Hanna mengalami kecelakaan mobil!"

"Kau yang menyebabkan semua ini!"

Jordan mencubit daguku dengan kuat.

Lalu, aku sadar, ternyata dia menganggap semua ini salahku.

Menurutnya, aku berutang semuanya pada adikku.

Akulah istrinya Jordan, aku tengah mengandung anaknya.

Namun, dia memilih untuk berbelanja dengan Hanna daripada menemaniku ke rumah sakit untuk pemeriksaan.

Tiba-tiba aku tertawa terbahak-bahak.

Menurut Jordan, hal itu tampak seperti tantangan terhadap otoritasnya.

Dia menampar wajahku, rasa jijiknya padaku tampak jelas di wajahnya.

"Kau menyebabkan Hanna dirawat di rumah sakit, tapi malah tertawa. Elena Heis, tak kusangka kau begitu kejam, sungguh menjijikkan."

Selesai berkata, Jordan meninggalkan vila dengan marah.

Aku perlahan mengangkat kepalaku dan menyeka darah di sudut bibirku.

Tak masalah, Jordan akan segera tahu bagaimana rasanya patah hati.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
lia latifah
sudah selesai
2025-05-24 00:44:46
0
9 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status