Share

Bab 4

Gio sekang saat ini sudah berada di kediamannya yang sebelumnya berada di sebuah tempat makan karena hujan. Dirinya sudah berada di sofa sambil menonton acara televisi. Di sana, dirinya hanya terdiam menyaksikan acara. Kali ini jam sudah menujukan pukul 8 malam. Selama dirinya berada di rumah memang yang terlintas adalah kebosanan. Setelah selesai menonton televisi dia memutuskan untuk membuka obrolan di forum internet. Di sana banyak sekali orang yang tergabung di forum diskusinya. Gio dengan semangat melihat pemabahasan yang sedang panas di dalam forum itu dan ternyata kebanyakan hanya berisi pengelaman kerja. Tidak hanya itu saja, Gio juga kemudian di kejutkan dengan sebuah berita di internet yang tertulis seorang gadis bunuh diri setelah dia habis liburan di pantai. Di dalam artikel tersebut memuat berita itu beberapa jam yang lalu. Setelah di perhatikan ternyata wanita itu memang melakukan tindakan tersebut karena memiliki tekanan yang luar biasa dalam hidupnya.

“Ini... kasihan sekali,” gumam Gio

5 jam sebelumnya di sebuah rumah kediaman seorang gadis yang bernama Eri Noel. Di sana terlihat sepi seperti tidak ada penghuninya. Bahkan tetangganya jarang sekali melihat orang di rumah tersebut. Ketika saat itu masih pagi, Eri yang berada di dalam rumahnya sedang bersiap untuk pergi ke sekolah. Di sana dia memakai sepatu sebelum akhirnya meninggalkan rumah. Selama ini, dia hanya tinggal seorang diri karena orang tuanya sudah lama meninggalkannya dan dia di besarkan di panti asuhan. Sebelumya dia tingga di panti. Karena ada seorang wanita yang kemudian mengadopsinya begitu Eri berusia 10 tahun. Wanita itu merupakan seorang ibu tunggal yang kehilangan anaknya semasa dalam kandungan. Meski dirinya tidak memiliki suami karena memang tidak pernah menikah. Wanita yang bernama Zera itu melakukan tanam sperma dengan membeli sperma milik orang lain. Dia melakukan hal itu karena mengalami trauma mendalam mengenai pria. Karenanya dia lebih memilih mengambil cara yang seperti itu untuk mendapatkan keturunan. Setelah dia selesai melakukan hal itu, dia kemudian mengandung seorang bayi perempuan yang sudah dia beri nama walau masih di dalam kandungan. Bayi itu bernama Scarlet. Tapi, sayangnya wanita itu harus kehilangan harapannya karena bayinya meninggal di dalam kandungan sehingga dia harus menjalani operasi untuk mengangkat bayi tersebut. Operasinya memang berjalan dengan lancar.

“Maaf. Ini sudah terlambat,” ucap dokter kepada Zera

Zera hanya bisa menangis setelah mengetahui kenyataannya dan akhirnya dirinya mampu menerima keadaan tersebut dengan lapang dada. Hingga pada suatu ketika, Zera datang ke sebuah panti asuhan yang terletak di pinggiran kota. Di sana dia melihat banyak anak-anak yang masih kecil. Merasa tertarik, akhirnya Zera memutuskan untuk mengadopsi salah satu dari mereka. Anak yang di adopsi olehnya bernama Eri Noel. Seorang gadis kecil yang masih berusia 10 tahun saat itu. dengan di liputi kebahagiaan, mereka berdua tinggal di rumah yang berada di distrik 54. Perjalanan hidup mereka terbilang cukup baik. sebelum akhirnya Zera meninggalkannya tanpa kabar sama sekali. Saat itu, Eri sudah berusia 16 tahun. Dia harus tinggal seorang diri di rumah tersebut. Karena dirinya merasa khawatir dan mencoba untuk mencari tahu keberadaan Zera. Namun, kenyataannya nihil. Pihak kepolisian juga tidak dapat menemukan dirinya. Dan mereka hanya mengambil kesimpulan bahwa dia memang telah meninggalkannya.

Sejak saat itu, Eri mengalami perubahan mental. Dia menjadi anak yang mengidap depresi berat karena faktor itu. teman-temannya yang berada satu kelas dengan dirinya tidak ada satu pun yang menjadi temannya. Eri semakin lama semakin menderita. Dia tidak lagi seceria biasanya. Hingga 2 tahun berlalu. Dan sekarang Eri sudah kelas 3 sekolah menengah atas. Guru konseling sering memanggilnya untuk melakukan konseling. Tapi dia tidak pernah datang ke ruangan guru itu. Hari ini, Eri berada di sebuah tempat tinggi di gedung sekolahnya. Dia hanya memandangi langit dari tadi dengan tatapan kosong. Seorang gadis yang ternyata murid pindahan, mencoba mendekatinya karena dia melihat Eri yang selalu sendirian dan tidak memiliki teman. Dia datang menghampirinya.

“Eri. Kau sedang apa di situ?” ucap Lilian yang merupakan murid pindahan.

“Kenapa kau kemari? Kau tidak seharusnya datang kepadaku.”

“Kau ini bicara apa. tentu saja karena kita teman. Ini aku membawa beberapa cemilan. Kau mau?” ucap Lilian sambil memberikan cemilan

“Bawa saja itu. aku tidak mau.”

“Eh? Padahal ini sudah susah payah ku beli.”

Melihat Lilian yang terus bersamanya itu, membuat Eri pergi dari sana. Lilian yang melihat Eri meninggalkannya di sana sendirian kemudian dia juga mengikutinya pergi. Setiap hari terus saja seperti itu. Lilian terus datang kepadanya walau di usir. Dan lagi dia mengikuti sampai ke rumahnya. Sikap Lilian yang aneh itu membuat beberapa teman yang lain mendatanginya dan menyuruhnya untuk menghentikan semua tingkahnya itu.

“Hey, anak baru. Hentikan semua itu dan bersikaplah seperti kami,” ucap salah seorang gadis berambut coklat lurus dengan tatapan tajam.

“Apa yang baru saja kau katakan? Memangnya tindakanmu yang merundungnya itu bisa di bilang baik? yang benar saja. Seharusnya kalian yang hentikan semua itu dan bersikaplah seperti manusia,” ucap Lilian dengan tegas kepada mereka. Semua orang yang ada di kelas memandanginya dengan tatapan menyebalkan. Hingga akhirnya Lilian pergi dari kelas dan mencari Eri.

“Hah? Gadis sialan itu. berani sekali!” gumam gadis berambut coklat lurus itu

Suasana kelas yang tadinya menegangkan berubah seperti biasanya. Lilian yang masih mencari keberadaan Eri tidak kunjung di temukan. Dia terus bertanya kepada setiap anak yang berpapasan dengan dirinya. Tidak lama kemudian dia memasuki sebuah ruangan yang berada dekat dengan ruang seni rupa. Awalnya dia tidak menyadari sesuatu sampai dia datang ke sana dan tidak menemukan apa-apa.

“Eri?”

“Kemana anak itu. kenapa dia terus menghindariku,” gumam Lilian sambil meninggalkan ruangan tersebut.

Jam sudah menunjukan pukul 2 siang. Pertanda pelajaran berikutnya akan di mulai. Lilian yang masih berada di luar kelas dan mencari Eri. Rupanya dia belum menyerah dan terus menerus mencarinya. Selama dia terus mencari, beberapa anak yang tadi mengucilkan Eri membuat rencana balas dendam kepada Lilian. Ketika Lilian hendak pergi kembali ke kelas, seorang anak perempuan kutu buku menyuruhnya untuk tidak kembali ke kelas dan terus mencari Eri.

“Sebaiknya kau teruskan pencarian anak itu. jangan coba-coba pergi ke kelas,” ucap anak kutu buku itu kepada Lilian dengan serius.

“Hmm.... memangnya siapa yang akan pergi ke kelas? Aku hanya penasaran di mana Eri. Dan lagi apa yang kau lakukan di sini?” ucap Lilian kepada anak berkacamata kutu buku itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status