Lilian yang terus memandangi gadis kacamata itu kemudian dia pergi meninggalkannya karena bosan. Gadis berkacamata itu kemudian mengikutinya dan akhirnya mereka berdua bekerjasama untuk mencari dimana Eri bersembunyi. Sebelum dirinya pindah ke sekolah ini, Eri memang selalu menghilang di tengah-tengah jam sekolah. Orang-orang yang mendiskriminasinya tidak pernah merasa senang akan keberadaannya semenjak Eri di nyatakan mengalami depresi. Lilian yang mengetahui fakta itu dengan wajah terkejut mendadak diam. Gadis berkacamata itu bernama Diana. Dia sudah bisa menebak reaksi Lilian begitu mengetahui kebenarannya. Namun, semua itu tidak mengubah apa pun. Lilian tetap ingin berteman dengan Eri walau dia sudah mendengar kabar tidak menyenangkan tentangnya. Dengan senyuman cerah di wajahnya membuat Diana merasa terharu dan kemudian dia meminta maaf atas semua perbuatannya.
“Kau tidak perlu meminta maaf kepadaku. Minta maaf lah kepada Eri. Dia sangat menderita bukan diriku,” ucap Lilian kepada Diana dengan lemah lembut.
“Tapi, aku tidak punya muka untuk bertemu dengannya apalagi minta maaf.”
“Tidak. Kau punya kesempatan. Karena itu ayo kita cari anak itu. dan kemudian memarahinya karena membuatku harus menghabiskan waktu untuk mencarinya.”
“Iya.”
“Oh iya, tadi kau bilang aku tidak boleh pergi ke kelas, apa maksudnya itu?”
“Sebenarnya... mereka ingin balas dendam kepadamu karena sikapmu tadi. Mereka memasang beberapa ember berisi air kotot untuk mempermalukanmu. Rencanya sudah ku ketahui karena itulah lebih baik kau tetap di luar kelas.”
“Oh, ide seperti itu bukankah terlalu berbahaya? Bagaimana jika yang datang adalah orang lain. misalnya guru. Tentunya itu akan menjadi hadiah yang bagus bukan?”
“Kalau soal itu, aku tidak peduli. Karena mereka lah yang akan kena marahnya.”
“Kau benar Diana.”
“Oh iya Lilian.”
“Iya? Ada apa?”
“Sebenarnya aku tidak terlalu mengetahui tentang Eri. Anak itu selalu menutup diri bahkan dari kelas 1.”
“Hmm.... sulit juga ya. Bagaimana caranya berteman denganya? Ah ini membuatku pusing saja.”
“Dan lagi, apa yang membuatmu ingin berteman denganya?”
“Tentu saja karena anak itu menarik.”
“Apa?”
“Kau mungkin tidak akan menyadarinya, tapi aku sudah tau kalau dia pasti anak yang baik.”
“Begitu ya.”
Mereka berdua terus mencari Eri. Di suatu tempat tepatnya di sebuah ruangan musik. Di sana Eri sedang duduk di depan piano tanpa memainkannya. Dia hanya terdiam cukup lama di sana. Waktu terus berjalan hingga akhirnya sekolah sudah selesai dan semua orang bergegas untuk pulang. Eri kemudian beranjak dari sana dan pergi menuju ke kelas. Ketika dirinya memasuki kelas, semua orang sudah tidak ada di sana. Hanya tinggal dirinya. Eri kemudian mengambil tasnya dan pergi.
“Tunggu, jam pulang?” ucap Lilian
“Iya benar,” sahut Diana
“Ayo cepat kembali dan ambil tas.”
“Oke.”
Mereka berdua kemudian pergi ke kelas dan megambil tas milik mereka. Di sana, Lilian menyadari bahwa tas milik Eri sudah tidak ada di sana. Dengan kata lain dia sudah pulang. Melihat hal itu, Lilian pun menghembuskan nafas penyesalan karena selama beberapa jam dia mencarinya dan ternyata orang yang di carinya sudah pulang. Kali ini di dalam bus. Eri yang menaiki bus tersebut kemudian duduk di kursi tengah sambil menyender ke jendela bus. Tatapannya yang penuh dengan penderitaan membuatnya semakin suram. Tidak lama kemudian, dia sudah sampai di halte dan berjalan menuju ke rumahnya. Cuaca yang terlihat cerah tapi isi hatinya kelabu membuat Eri terus terdiam membisu.
Malam harinya di kediaman Eri. Dia memasuki kamar mandi dan hendak mandi. Keesokan harinya di sekolah di hebohkan dengan rumor bahwa Eri sudah sering bolos dan dia pantas mendapatkan diskors. Berita itu terus menyebar dari mulut ke mulut. Semua anak sudah mendengarnya tidak terkecuali dengan Lilian dan juga Diana. Mereka berdua tidak percaya dengan hal itu dan kemudian mereka berdua mendatangi guru untuk meminta konfirmasi atas semua berita yang tersebar hari ini. Guru pun mengatakan yang sebenarnya. Dan mereka berdua akhirnya bisa menerima kenyataanya walau masih menunjukan wajah terkejut.
“Apa? kenapa? Tapi dia mengalami kesakitan,” ucap Lilian
“Itu tidak akan semudah itu di maklumi. Semua murid harus mendapatkan hak yang sama dan tidak pengecualian.”
“Apa? Anda tidak mengerti apa yang sedang dia rasakan. Kenapa semudah itu?”
“Memangnya kau bisa merasakan penderitaannya?”
“Eh? Itu...”
“Sudahlah, lagi pula itu kesalahannya. Kenapa tidak bercerita kepada guru konseling dan malah tidak pernah datang ketika di panggil oleh beliau.”
“Tidak mungkin.”
“Benar yang di katakan guru. Dia memang tidak pernah mendengarkan siapa pun dan terus seperti itu. karenanya banyak yang tidak mengetahui kondisinya. Sebelum seseorang mengatakan kemungkinan,” sahut Diana
“Kenapa? Kenapa tidak ada yang membela korban? Kalian semua ternyata sama saja,” ucap Lilian sambil pergi meninggalkan ruang guru.
Diana juga kemudian menyusul Lilian. Dan dia langsung menemukannya di atap sekolah sambil menatap langit seorang diri. Diana kemudian mendekatinya dan mencoba untuk berbicara. Begitu Diana datang menghampirinya, Lilian masih terdiam sambil melihat langit.
“Aku mengerti dengan rasa empatimu yang begitu besar. Tapi, kau juga harus melihatnya dari sudut pandang yang berbeda,” ucap Diana
“Aku sudah tahu.”
“Apa?”
“Aku tahu aku salah. Terlalu ikut campur dengan urusan orang lain. terlebih lagi aku hanya anak baru yang tidak tahu banyak mengenai dia. Sekarang kau tidak perlu menceramahiku aku sudah merenungkannya.”
“Senang mendengarnya.”
“Oh iya, apa kau tahu di mana rumahnya? Aku ingin tahu.”
“Ah itu, aku tahu. Bagaimana jika sehabis pulang sekolah datang menemuinya?”
“Ide bagus. Sekarang dia tidak masuk sekolah ya.”
“Aku juga harus minta maaf kepadanya.”
Beberapa jam kemudian, sepulang sekolah mereka berdua pergi ke rumahnya Eri. Mereka berdua sekarang sudah sampai di depan pintu rumahnya Eri. Ketika Diana menekan bel rumahnya dan masih belum ada jawaban. Meski mencoba beberapa kali lagi juga hasilnya sama saja. Saat itulah tetangganya yang merupakan seorang pak tua melihat mereka berdua yang frustasi karena tidak kunjung ada jawaban meski sudah beberapa kali menekan bel.
“Dari tadi ku rasa anak itu ada di dalam rumah. Jika tidak, biasanya sepatunya tidak akan ada di depan pintu,” ucap pak tua itu kepada mereka berdua.
“Maaf pak, dia juga tidak menjawab panggilan telepon dari kami.”
Karena terlanjur curiga dengan apa yang sebenarnya terjadi. Akhirnya pak tua itu mendobrak pintunya dan begitu mereka masuk ke dalam, ruangan yang terlihat gelap. Diana langsung menyalakan lampunya dan mereka memanggil Eri tapi tidak kunjung ada jawaban. Sampai akhirnya mereka mendengar suara shower di kamar mandi. Mereka berdua langsung ke tempat asal suara itu dan ternyata di sana pemandangan yang mengerikan nampak begitu jelas.
Di dalam kamar mandi yang ada di rumahnya Eri, di sana rupanya terlihat dirinya sedang berada di bak mandi dengan darah yang bercucuran di sana sini. Semuanya begitu mengerikan hingga membuat mereka yang melihatnya langsung terkejut setengah mati. Selama ini mereka mencari keberadaannya dan ternyata tidak di temukan. Namun, kali ini mereka menemukan sesuatu yang merngerikan dan saat itu juga langsung memanggil polisi. Tidak lama setelahnya, polisi sudah datang ke lokasi dan ternyata mereka langsung melakukan penyelidikan. Selama penyelidikan berlangsung, semua orang yang ada di lokasi tersebut di minta untuk pergi. Korban kemudian di bawa untuk di lakukan otopsi. Dari apa yang di sampaikan oleh saksi, mereka menemukannya sudah dalam kondisi yang mengerikan dan itu membuat mereka tidak bisa mengatakan apa-apa karena masih panik akan kejadian yang menimpa Eri. “Mustahil. Kenapa ini bisa terjadi,” ucap Diana dengan gemetar “Ini, tidak. Mereka yang seharusnya menerima ba
Setelah berita kematian murid sekolah menengah yang bernama Eri Noel itu menjadi perbicangan publik membuat reputasi sekolah itu pun hancur dan sekarang mereka semua yang terlibat diskriminasinya terus di jatuhi hukuman walau mereka masih anak di bawah umur. Beberapa orang menilai itu adalah hal yang wajar. Karena mereka melakukan tindakan kejahatan yang menyebabkan orang lain meninggal dunia. Selama kabar ini terus menyebar kini pihak kepolisian mulai membersihkan area tempat bunuh diri dan seorang wanita tua yang merupakan pemilik kawasan rumah itu langsung menjualnya namun kepada orang luar yang tidak mengetahui apa yang telah terjadi di sana. Saat ini keadaan sudah lumayan membaik dan membuat Lilian dengan Diana merasa lega. Mereka berdua kemudian setelah menjadi saksi banyak sekali wartawan yang mendatangi mereka. Tidak hanya itu saja, beberapa orang juga menilai bahwa mereka memang anak baik yang seharusnya menjadi contoh bagi mereka. Tidak lama setelahnya, berita tersebut men
Saat ini, di kediaman keluarganya Diana. Di sana terlihat banyak keluarganya yang terdiri dari empat orang anggota keluarga tersebut kemudian mereka terlihat khawatir dengan anak perempuan mereka yang beberapa jam yang lalu pergi dari rumahnya dan tidak tahu kemana. Mereka yang semakin cemas kemudian melaporkannya kepada polisi. Di saat itu pula, mereka mulai melakukan pencarian mengenai keberadaan anak tersebut. Semua orang di keluarganya tersebut sangat panik dan tidak sedikit dari mereka merasa tenang. Kali ini tim polisi melakukan pencarian kesana kemari namun juga tidak menemukan hasil. Sampai pada akhirnya, keluarga mereka memutuskan agar polisi terus mencari keberadaan anak itu. Di berbagai sudut kota sudah di telusuri dan ternyata tidak ada. Anak itu tidak lain adalah anak yang beberapa waktu itu terkenal karena melaporkan kematian temannya yang bunuh diri beberapa hari yang lalu. Saat ini, hujan yang masih turun dengan deras membuat polisi kesulitan ketika melakukan p
Gio yang berada di dalam mimpi tersebut yang di penuhi dengan ketakuatan dalam dirinya membuatnya tidak bisa bergerak walau dirinya sangat menginginkan hal tersebut. Semua badannya seakan membeku dan dia mencoba untuk berteriak namun sia-sia. Tidak lama setelahnya dirinya kemudian berhasil menggerakan tubuhnya dan kemudian berlari menuju ke arah cahaya yang ada di belakangnya itu. dia terus berlari ke arahnya tapi ternyata tidak pernah sampai. Hingga pada akhirnya dia melihat sebuah jembatan yang ada di pijakannya dan kemudian runtuh. Dia mencoba untuk menyelamatkan dirinya dengan berpegangan kepada besi jembatan itu tapi sayangnya itu tidak berguna dan kemudian dia terjatuh ke bawah sambil berteriak. Tidak lama kemudian dia tersadar dari mimpinya dan sekarang sudah pagi. Gio baru sadar bahwa dirinya selama semalaman hanya tidur di sofa dan mengalami mimpi buruk. Melihat jam sudah menunjukan pukul 7 pagi, dia kemudian membuka gorden ruang tengahnya itu dan bergegas untuk mandi lalu
Beberapa polisi saat ini sedang menyelidiki sebuah kasus yang melibatkan seorang murid sekolah menengah atas yang di duga menghilang tanpa sebab. Mereka kini semakin mencarinya ke berbagai tempat dan semua usaha yang di lakukannya itu ternyata masih belum menemukan titik terang. Sementara itu, keluarganya saat ini sedang mati-matian mencari keberadaannya bahkan ada yang sampai merepotkan beberapa pihak. Di hari ini. Suasana di sekolahnya tampak begitu tenang tidak seperti biasanya yang terlihat sangat ramai dan orang-orang seakan terdiam dengan sunyi. Beberapa dari teman-temannya Lilian yang saat ini sedang berada di kelas, mereka seolah terlihat tidak pernah mendengar berita yang mengerikan beberapa hari terkahir ini. Suasana kelas yang terbilang aneh itu membuatnya seketika merasa tidak nyaman dan langsung pergi dari sana menuju ke toilet. Ketika dirinya sudah sampai dalam toilet perempuan, rupanya Lilian tidak pernah merasakan situasi yang tanpak sangat tidak masuk akal ini. Bahk
Mereka berdua kemudian beranjak dari tempat duduknya dan segera menuju ke kantin yang seperti di katakannya sebelumnya. Dalam perjalanannya ke kantin, di lorong sekolah ternyata ada beberapa anak yang membicarakan mengenai Diana yang menghilang. Mereka yang berbicara di sana seolah mengatakan sesuatu yang hampir mirip dengan apa yang di katakan oleh dirinya dan juga Sola. Begitu mendengar ucapan mereka yang terbilang cukup nyaring, membuat Lilian berhenti sejenak dan itu membuat Sola yang sedang bersama dengannya itu merasa heran. Tidak lama kemudian, Sola bertanya kepadanya. “Kau baik-baik saja? Ada apa denganmu?” ucap Sola kepada Lilian yang tiba-tiba saja termenung. “Aku merasa sesuatu telah terjadi.” “Ha? Apa maksudmu?’ “Aku masih tidak yakin akan hal ini, tapi mendengar semuanya aku merasa sesuatu pasti telah terjadi. Aku yakin itu.” “Oke. Aku mengerti apa yang kau bicarakan. Jadi, sebaiknya kita segera pergi ke kantin.” Mereka be
Setelah mereka berdebat panjang, akhirnya perjalanan pun di mulai dan ternyata benar saja. Hujan deras ini memang menghambat dan bahkan petir juga menyambar di langit. Tapi mereka berdua terus pergi menggunakan mobilnya ke tempat yang mereka tuju. Dalam perjalanan yang berbahaya itu, rupanya sesuatu terjadi. Tiba-tiba saja mobil yang mereka tumpangi itu jatuh dari tebing yang tidak terlalu tinggi sehingga membuat mereka tidak sadarkan diri. Setelah beberapa lama pencarian, mereka akhirnya di temukan oleh tim pencari dari pihak berwajib dan langsung membawa keduanya ke rumah sakit. Ketika ambulan sudah sampai, rupanya salah satu dari mereka meninggal dunia dan orang itu tidak lain adalah pria yang merupakan kekasih wanita tersebut. Pria itu dinyatakan meninggal dunia karena mengalami kerusakan yang cukup parah di tubuhnya sehingga dokter sudah tidak bisa lagi menyelamatkan nyawanya. Setelah mereka melakukan perawatan, wanita tersebut kemudian dia sadar dan setelah mengetahui fakta it
“Terimakasih dokter, saya jadi tertolong,” ucapnya dengan penuh hormat “Lain kali kau harus siapkan lebih banyak obat penenang dan suntikan seperti yang tadi ku lakukan.” “Baik dok.” ‘Merepotkan saja,’ batin Gio Tidak lama setelahnya, dia langsung pergi ke ruangannya dan hendak menyelesaikan pekerjaannya lagi. Gio yang kemudian duduk dan langsung mengerjakan pekerjaannya itu, rupanya dia baru saja teringat bahwa malam ini dia ada janji dengan seseorang. Gio melihat jam yang masih menunjukan pukul 3 sore dan kemudian menghela nafasnya karena masih lama untuk pulang. Setelah selesai dengan pekerjaannya itu, tiba-tiba saja dia langsung bergegas untuk pulang karena sudah sangat lelah. Di perjalanannya untuk puilang, rupanya dia berpapasan dengan teman masa kuliahnya yang sekarang ini bekerja sebagai penyiar berita. Mereka berdua kemudian bertemu dan sekarang sudah berada di sebuah cafe autentict dan terlihat mengobrol. “Sudah lama sekali ya. Gio,”