"Mereka tak memikirkan berkahnya hasil kerja keras, tapi mereka hanya memikirkan kesenangan duniawi saja, sehingga melakukan korupsi. Padahal, hasil yang sedikit bisa membawa kebahagiaan dari pada harta yang melimpah tapi dari hasil korupsi"***Aisyah muram karena dia bingung untuk membayar uang sekolah adik-adiknya apalagi Azalea akan ujian praktek tentu membutuhkan biaya yang banyak, selain itu Aisyah tak ingin terlalu dekat dengan Angga, dia harus menjaga hati.Serba salah memang, tapi hanya itu yang dapat Aisyah lakukan, agar dia tak kecewa dengan perasaannya, Aisyah takut jika rasanya bertepuk sebelah tangan.Aisyah membaringkan tubuhnya diatas kasur, sebelumnya dia sudah cuci kaki dan gosok gigi, kemudian tersenyum karena dia mau mengikuti perintah Angga.---Angga baru saja ingin menghempaskan tubuhnya di atas kasur, sudah beberapa malam ini dia tak bisa tidur, banyak sekali pikiran yang mengganjal di kepalanya. Perusahaan yang akan dia buka di Surabaya butuh pengawasan yang
"Aku tahu, mungkin aku pecundang karena tak bisa mengutarakan cinta ini, tapi hatiku tetap berlabuh padamu, wanita yang sudah menarik seluruh perhatianku, rasaku sudah tak dapat di takar dengan apapun, semakin hari dia semakin bertambah, seiring angin berhembus, kau... tetap merajai hatiku"***"Seperti kasus 271 Triliun itu ya, om?" Tanya Sebastian terkekeh. "Yups, hidupnya bergelimang harta, sayangnya sumber uangnya dari uang haram," Angga terdiam, dia pun mulai memikirkan beberapa orang yang masuk dalam kategori 'Buncit' meski dia geli sendiri dengan pikirannya, tapi ada benarnya juga. "Tak mungkin dia pelakunya," Lirih Angga yang di dengar Sebastian. "Siapa?" Angga menggeleng. Tapi Sebastian masih memperhatikan wajah Angga yang gusar."Kalau kau belum mau mengatakan juga tak apa, Bro. Kadang... orang yang kita anggap baik malah menusuk dari belakang." Ujar Sebastian. Reno pun memandang Angga dengan tajam, "Apa kau mencurigai seseorang?" Angga mengangguk. "Tapi, aku belum ya
"Aku akan meresmikan pertungan kita, dan bagiku kau adalah pasangan hidupku, sudah lama aku memintamu pada sang pemilik cinta, sampai pada akhirnya kau berada di hadapanku. Jadi, kali ini aku tak akan melepaskanmu dan tak akan membiarkanmu jauh dari depan mataku. Kau... Akan selalu ada di sampingmu, menjadi tunanganku, menjadi calon istriku, dan menjadi calon ibu dari anak-anakku." ***'Kenapa dia senyum-senyum sendiri? Apa dia sedang berbalas pesan dengan Naufal? ini tak bisa dibiarkan.' Batin Angga memanas.Tanpa mendengar cerita dari Sebastian, Angga langsung menutup Telpon Sebastian, lelaki itu menekan tombol interkom dan memanggil Aisyah."Aisyah, silahkan masuk, dan... Bawa coklat dingin ke ruangan saya." Titah Angga dingin. Mendengar namanya di panggil, Aisyah pun meletakkan ponsel di atas meja, dengan sigap Aisyah ke pantry di lantai tujuh, membuat coklat dingin kesukaan Angga.Angga menarik nafas panjang-panjang untuk menenangkan hatinya, tetap saja ada yang terbakar disana
"Maukah kau menjadikanku imammu? menjadi ibu dari anak-anakku, kita kan menjalani hidup berdua, bersama-sama mengarungi bahtera rumah tangga."***"Hmm... Maaf, Pak. Aku bisa jalan sendiri, tak perlu di gandeng." Kata Aisyah.Langkah Angga terhenti, dan memandang tangannya, benar saja sedari tadi Angga tak melepaskan tangan Aisyah."Maaf." Ucap Angga melepaskan genggamannya.Lelaki itu kembali jalan lalu tersenyum sedikit, sentuhan tangan tadi membuat jantung dan hatinya tak aman, ada getaran aneh yang selalu muncul saat Angga berada di sisi Aisyah.Begitu juga dengan Aisyah, gadis itu menunduk saat keduanya sudah berada di dalam lift. Dia tak berani mengangkat wajah, ada rona merah disana, yang mungkin saja terlambat datang.'Ya Tuhan... mimpi apa aku kemarin?' Batin Aisyah,Keduanya membisu di dalam lift, sampai akhirnya sampai di basement, Angga menuju parkir khusus CEO, lalu menekan kunci mobil dia membuka pintu untuk Aisyah, melihat hanya terdiam dia pun memberi kode dengan matan
"Rupanya orang terdekat bisa menjadi pisau belati di belakang, dia orang kepercayaan tapi dia juga yang menikam Angga dari belakang. sungguh di luar dugaan."***Aisyah melirik Angga yang begitu santai menikmati es krimnya, dia menyunggingkan senyum. Betapa dirinya beruntung dicintai oleh lelaki seperti Angga, Aisyah bertanya-tanya apa dia juga akan mencintainya? Aisyah merasa ini terlalu cepat dan membuatnya ragu. Namun, Aisyah dapat meresakan binar kebahagiaan dari wajah atasannya itu. 'Jika wajah bapak seperti ini terus, siapa yang tak meleleh melihatnya?' Batin Aisyah.Aisyah terdiam membeku, saat tiba-tiba Angga menoleh dan mendekatkan wajahnya, kedua mata Aisyah mengerjap, membuat Angga menarik senyuman, gadis di hadapannya saat ini sangat menggemaskan."Sudah waktunya pulang, apa kamu masih mau disini?" Tanya Angga dingin.Nada bicara nya tak selembut tadi, Angga kembali ke setelan awal dan membuat Aisyah mencebik. "Dasar kulkas sepuluh pintu!." Umpat Aisyah.Namun, Aisyah b
" jika datang kepada mu seorang laki-laki yang baik agamanya, nasabnya maka diterima, jangan menolak Rizki. Bukankah cinta juga akan datang seiring perjalanan waktu? Layaknya pasangan yang melakukan ta'aruf.''***Angga menghela nafas panjang, kemudian menghirup udara malam."Aku tahu, mungkin ini menurutmu main-main, Aisyah. tapi sungguh cintaku tak pernah main-main. Aku mencintaimu dari dulu, dari dirimu berseragam abu-abu hingga saat ini. kau terlihat manis dan menggemaskan." Guman Angga. Lelaki itu tersenyum. Membayangkan wajah Aisyah yang manis. Pada Akhirnya, Angga kalah dengan rencana awalnya, dia ingin lebih cepat berada disisi Aisyah, sampai nekad mengajaknya bertunangan. ---Pagi menyingsing, tubuh Aisyah terasa berat untuk bangun dari tempat tidurnya, tadi malam dia merasakan mimpi yang aneh sampai membuatnya terbangun tengah malam dan sulit untuk tidur lagi. Setelah shalat subuh Aisyah baru bisa memejamkan mata lagi. Ketukan pintu berulang-ulang membuatnya terpaksa ban
"Ikhlas, satu kata yang sangat mudah di ucapkan, rupanya sangat sulit untuk diterapkan, Oh hati... ikhlas dan lapangkan dadamu, mungkin jodohmu masih di bangku SMA." ***"Jangan panggil ibu, panggil saja kakak, sepertinya kita tak terlalu jauh umurnya, " Kekeh Layla. Baju sudah di coba, membuat Aisyah tersipu memakainya, gaunnya memang tak terlalu ketat, tapi menurut Aisyah gaun itu terlalu mewah untuknya."Aku seperti Cinderella yang mendapatkan pangeran, sudah gagah, tampan, dan... baik." Lirih Aisyah.Layla tersenyum memandang Aisyah, dia pun memotret dan mengirimkannya ke Ara. ---Di Kamar apartemen, Mita masih di dalam dekapan Daren, Wanita muda itu menikmati romansa yang tak ada bosannya, Mita mengerjap ketika merasakan perutnya mulai lapar, wajar saja mereka bermain sampai berulang-ulang, tak terhitung berapa kali Daren menginginkan kesenangan itu.Mita beranjak Dan berjalan ke toilet dia membawa pakaiannya lalu di masukkan ke kotak khusus baju kotor, setelah membersihkan di
"Untuk Aisyah, calon istriku... calon ibu dari anak-anak ku, percaya lah setiap detak rahsa yang ada, cinta dan rinduku selalu bertambah untukmu."***Naufal tersenyum, memandang pantulan dirinya di cermin, dia terlihat tampan dengan kemeja batik, tak lupa Angga memakai kaca mata hitam. Dia menghubungi teman-teman satu divisi dan berencana berangkat bersama mereka.Di Hotel orang sudah mulai berdatangan, memang tak terlalu ramai, Angga hanya ingin mengenalkan pada kolega dan juga para karyawan Daffa furniture saja, apalagi saat tahu jika banyak karyawan lelaki yang melirik Aisyah. Angga sudah siap dengan setelan jas hitam, di kamar pribadinya Angga menyunggingkan senyum saat Sebastian memberi kabar bahwa Aisyah sudah tiba di lobi, dia pun memperbaiki rambutnya yang sebenarnya sudah rapi. Angga tersenyum di depan cermin, " Aisyah...Aku akan membuatmu benar-benar jatuh cinta padaku."---Di Aula yang sudah di set sedemikan rupa, Aisyah memandang takjub ruangan itu, Farha sang ibu juga