"Jika kau ingin dapat lelaki sholeh, baik, kaya dan spek pangeran perbaiki dulu sikapmu, Nak. Dari sholatmu dan tingkah lakumu, baru kau bisa mendapatkan lelaki yang kau inginkan, kalau bahasa orang-orang zaman sekarang memantaskan diri."***"Aisyah... kenapa tak menjawabnya? kakiku sudah mulai gemetar." Kata Angga tertawa. Aisyah mengangguk. Tak terasa butir bening di matanya menetes, seperti anak kecil Aisyah tiba-tiba memeluk Angga dengan erat membuat Angga tersenyum meski kaget. Gadis itu sangat bahagia, setelah menyadari jika hatinya pun menginginkan Angga, lelaki yang sejak dulu dia kagumi. "Aku mencintaimu..." Bisik Angga membalas pelukan Aisyah.Aisyah terdiam sejenak, dia kehilangan kendali sampai memeluk atasannya dengan santai, Aisyah buru-buru melerai pelukan dan mengusap air mata yang tersisa, dengan canggung Aisyah berusaha tersenyum.Laki-laki dihadapannya saat ini adalah calon suami, yang dulu sangat ia kagumi. Siapa sangka jika semesta berpihak padanya.Malam sem
Malam ini, kau akan menjadi istri seorang pengusaha, Aisyah. kehidupan nya dan kehidupan kita sangat berbeda, jadi ibu harap kau bisa menjadi istri yang baik bagi pak Angga, menyiapkan bajunya, sarapannya, menyambutnya dengan senyuman. Jangan pernah kau tinggikan suaramu dari suami mu, nak."***Azalea hanya nyengir saja. Dalam diam Aisyah merenungi kata-kata Farha dan juga pamannya. Selama ini dia memang tak pernah mematok standar pasangannya, dia hanya fokus bekerja dan memperbaiki diri agar menjadi lebih baik, dan Allah mendatangkan pasangan yang begitu tampan mendekati sempurna. Aisyah tersenyum, dia sangat bahagia melihat semua keluarganya juga bahagia atas pernikahannya. "Ya Allah... Terimakasih kau mengirimkan Mas Angga dalam hidupku, kau memberiku kehabagiaan yang berlipat ganda." Aisyah pun pamit kembali ke kamar karena merasakan handphone nya bergetar, dia melihat layar dan Angga menelpon. Dia tersenyum tiba-tiba saja jantungnya berdebar. "Duh, ini hanya panggilan telepo
"Kamu seperti cahaya bulan, terang benderang diantara kegelapan. Ucapanmu seakan melodi rindu yang mengusik tidurku. Ah, aku seperti paedofil, menyukai anak ingusan."***Braaak...Seorang wanita menjatuhkan semua barang yang ada di tangannya dia tak sengaja menabrak seseorang, karena tergesa-gesa. "Maaf... maaf... saya tak sengaja, pak." Ucap Aisyah dengan menunduk."Harusnya kau harus hati-hati dan lihat jalan."DegSuara itu... Aisyah langsung mendongak menatap lelaki di hadapannya. ' Masyaallah... Ganteng banget nih cowok.' "Hei, Mba.. Sudah tatapannya? silahkan menyingkir." Ucap salah satu lelaki di sampingnya. "Ah, Maaf. Sekali lagi saya minta maaf." Aisyah menunduk dan menyingkir ke tepi, tapi ekor matanya masih mengikuti langkah dua lelaki itu. Saat bayangan keduanya menghilang, Aisyah langsung merapikan tasnya yang jatuh, serta kertas-kertas yang dia bawa. Hari ini dia mendapat panggilan untuk interview, sudah lama dia mencari info tentang Daffa Furniture, tentu saja di
'Aku harus optimis, insyaallah HRD tidak melihat dari penampilan, aku mampu, aku punya skill yang tak dimiliki orang lain."***'Bismillah, semoga saja HRD merekomendasikan diriku untuk menjadi staf disini.' Batin Aisyah. Dia pun kembali merapikan baju juga jilbabnya, sepanjang lorong dia mengingat-ingat suara lelaki yang dia tabrak. 'Aku pikir tadi itu, Pak Angga. Tapi, kok beda ya? dulu dia ganteng dan ramah. Tadi, galak bener, Wajahnya pun berbeda. Tapi mirip sih. Ah, bodo amat' Guman Aisyah. Gadis itu buru-buru menghilangkan pikirannya dari lelaki itu, dia ingin fokus. Tujuan utamanya adalah mencari kerja untuk membantu keuangan keluarganya.Aisyah menuju ruangan khusus untuk calon karyawan baru, disana sudah ada tiga orang wanita, yang juga akan interview, Aisyah melihatnya langsung ciut, penampilan mereka sangat cantik dan elegan. Jika dibandingkan dirinya yang hanya menggunakan kemeja putih dan sepatu flat. 'Aku harus optimis, insyaallah HRD tidak melihat dari penampilan, a
"Oh Bulan, kenapa pesonanya begitu kuat, sampai aku terus memikirkannya. Ini tidak boleh berlanjut, aku harus menghapus bayang-bayang lelaki itu dari pikiranku. Tujuanku adalah mencari kerja, bukan mencari suami. Lagi pula, aku dan dia seperti langit dan bumi, Jomplang euy."***Sebastian dan Angga memperhatikan CV Hanum."Bagaimana denganmu, Om.""Ok, tak masalah. Tapi... om masih condong ke Aisyah." Jawab Om Reno. Lelaki paruh baya itu menaruh curiga pada Angga, karena sejak tadi Angga tak berhenti menatap foto Aisyah."Dia tak cocok di bagian keuangan, om. Aku tak setuju.""Lalu, Aisyah bagusnya kita letak dimana?""Dia akan aku..."Ketiga orang itu menunggu jawaban Angga yang menggantung. Dengan penasaran, Sebastian menghidupkan kamera, dia ingin memberi laporan pada Ara."Dia jadi sekretarisku saja,""Ha ha ha..." Tawa Sebastian langsung pecah.Om Reno dan Mita hanya terbengong. "Kau sudah memiliki Sebastian, Angga." Ujar Om Reno."Hmm... Aku butuh satu lagi, apalagi saat ini ak
Lelaki itu duduk di kursi kebesarannya, melirik pembatas kaca yang ditutup tirai, sudah bisa dia tebak jika Aisyah sudah ada di ruangan itu. Angga tersenyum, dia sudah bisa membayangkan jika setiap hari bisa memandang gadis itu.'Ah... Rasanya cintaku bakal mentok di lantai tujuh.'***"Siapa sih, ganggu orang tidur saja," Umpat Aisyah kesal.Sejenak Aisyah terdiam membaca pesan tersebut. Dia mengulangi lagi kata-kata di benda pipihnya itu."Selamat Anda diterima di perusahaan Daffa Furniture, silahkan datang ke kantor jam tujuh tiga puluh." Aisyah kembali terdiam, kedua sudut bibirnya membentuk lengkungan dan..."Aaa... Alhamdulillah ya Allah, makasih. Akhirnya..."Pagi harinya, Aisyah sudah siap dengan setelan blous berwarna peach di padu jilbab hitam, dia sengaja memakai sedikit make up agar tak terlihat pucat, Aisyah memang jarang memoles wajahnya, hari ini dia hanya ingin memberi kesan terbaik di hari pertama kerja, dia ingin membuktikan jika Daffa Furniture tidak salah sudah men
"Kalau cinta, Hargai dan biarkan bertumbuh. Sebab cinta bukan tentang memiliki akan tetapi tentang menghargai." *** "Kenapa melongo begitu? Kan sudah biasa aku menunggumu terlebih dahulu. Lagian tumben, terlambat sampai jam sembilan." Kata Reno dengan sedikit marah. "Hmm... Biasa, Om. Tadi malam begadang." Ucap Angga santai. Lelaki itu duduk di kursi kebesarannya, melirik pembatas kaca yang ditutup tirai, sudah bisa dia tebak jika Aisyah sudah ada di ruangan itu. Angga tersenyum, dia sudah membayangkan jika setiap hari bisa memandang gadis itu. 'Ah... Rasanya cintaku bakal mentok di lantai tujuh.' Batin Angga. Sebastian dan Om Reno saling lirik melihat Angga yang senyum-senyum sendiri tak seperti biasanya. "Kau sehat, Nak?" Angga terkesiap, tak seperti biasanya Reno memanggilnya dengan 'Nak', jika kata itu keluar maka ada sesuatu yang mengganjal di hatinya, atau Reno mengetahui sesuatu yang sedang dia sembunyikan. "Hmm... Alhamdulillah aku sehat, Om." "Kalau sudah cinta bila
'Ish, dia seperti dispenser, sebentar cool sebentar panas, memang labil deh, sepertinya bosku punya kepribadian ganda, kandang ramah, kadang jutek.'---"Apa sih yang dia baca, serius amat, belum juga di kasih tugas udah pusing." Lirih Angga. Lelaki itu pun menoleh pada asisten pribadinya."Apa kau sudah memberi tugas pada Aisyah?"Tanya Angga.Sebastian menggeleng, "Aku ini tak sepertimu, bos. Tak akan aku siksa karyawan baru, aku sudah memberi tahu Mita, jika hari ini Aisyah hanya mempelajari pekerjaanmu, keperluanmu, makan siangmu dan..." Angga memicing tajam, "Dan apa?""Dan memberi tahunya jika kau itu bos galak dan keji." Kekeh Sebastian."Dasar gila." Umpat Angga.Kali ini dia mengalihkankan pandangannya, dia tak ingin terlalu lama memandang Aisyah, demi keamanan hatinya yang mulai tak wajar.DI meja kerjanya Aisyah terus mempelajari jadwal-jadwal rapat dan pertemuan Angga dengan perusahaan lain, kemudian dia tulis di buku kecil pribadinya, dia tulis dengan lengkap, jadwal mak