Share

04. Gadis Bule

"Ngagetin aja abang nih!" Sekar memukul bahu John. Jantungnya hampir copot tadi.

"Lo mau ngerahasiain apa dari Kayden? Lo kalo ketahuan pasti dikelitikin sampe nangis." John mengacungkan telunjuknya. Matanya melotot menakuti.

"Sekar mau rahasiain kalo kemaren bang Jono pecahin cangkir kesayangan bang Kay diem-diem."

"Eh k-kapan? Jangan nuduh sembarangan kalo gak ada bukti."

"Tengah malam kemaren, jam 02:45 abang ngapain ngendap-ngendap bawa kresek hitam lewat pintu belakang?"

Mata John melotot.

"Sekar sudah amanin barang buktinya." Sekar berbisik pelan. "Tadinya mau Sekar rahasiain sama Sean, tapi yaudah kalo bang Jono mau semuanya dibongkar. Huh~" Sekar mengibaskan rambutnya sebelum menggandeng Sean masuk.

"Beneran pecah cangkirnya?" Sean menoleh ke samping. Sekar mengangguk dan melirik Jhon di belakang mereka. "Padahal itu kan cangkir yang bang Kay bawa dari rumahnya. Peninggalan bunda."

John mengejar langkah Sekar dan Sean.

"Adek abang yang paling cantik, tetap kita rahasiain aja ya."

"Huh." Sekar melipat tangannya. "Tadi kata abang gak boleh rahasiain apa-apa dari bang Kay."

"Ehehe~" John menggaruk tengkuknya. "Terkadang tidak semua hal harus kita ungkap ke permukaan. Apalagi masalah ini sedikit sensitif untuk Kayden. Penting untuk kita menjaga perasaannya."

Sean mengernyitkan alisnya.

"Tapi kata pak ustadznya Sekar kita gak boleh bohong. Sekar mau telpon bang-"

"Kar, Kar." John menahan tangan Sekar yang ingin merogoh sakunya. "Plis, Sekar mau apa? Nanti abang beliin."

Sekar menatap John dengan menyipitkan mata.

John menganggukkan kepala. "Beneran. Sekar mau apa? Telur gulung? Abang beliin ya?"

"Telur gulung, tapi Sekar maunya sepuluh ribu. Ektra pedas."

John tersenyum lega. "Abang beliin dua puluh ribu. Tapi janji jangan bilang Kayden, ya?"

Sekar mengangguk dan tersenyum sangat lebar. "Gak akan. Rahasia bang Jono aman di tangan Sekar."

***

Shaka bersandar pada tiang di belakangnya. Murid-murid yang melewatinya menatap penasaran. Beberapa gadis tersenyum centil padanya. Shaka tidak peduli. Dia hanya fokus pada pintu perpustakaan di seberang sana, menunggu seseorang keluar. Sudut bibirnya terangkat begitu target yang ditunggu akhirnya memunculkan diri.

Dengan langkah pasti Shaka mendekatinya.

Bruk

Tubuh Sekar terdorong ke belakang. Beruntung dia bisa segera menyeimbangkan diri sehingga tidak terjatuh ke lantai koridor yang kotor.

Sekar lalu menoleh melihat siapa pelaku yang menabraknya. Sudut mata Sekar berkedut melihat orang di depannya. 'Kenapa dia lagi?'

"Lo beneran nguntit gue, ya?" Mata Shaka melotot lebay. Jari telunjuknya menunjuk-nunjuk ke depan wajah gadis itu. "Iya, kan?Gak mungkin lo mau bilang kalo lo lagi-lagi gak sengaja nabrak gue untuk kelima kalinya!" Todong Shaka lagi.

Sekar memutar mata kesal. Mulutnya gatal ingin menggigit telunjuk tidak sopan itu, tapi tiba-tiba petuah Kayden setiap pagi terlintas begitu saja di kepalanya 'Jauhi Shaka... Jauhi Shaka....'

Sekar sudah akan meninggalkan Shaka tapi sebelum Sekar bisa mengayunkan langkahnya, Shaka sudah merentangkan tangannya menghalangi gadis itu.

"Lo udah nabrak gue. Lima kali. Gak semudah itu lo bisa kabur." Shaka menunjukkan lima jarinya. Matanya kembali melotot lebay.

Sekar menipiskan bibirnya. Dia menoleh ke samping. "Kalo gitu gue minta maaf. Udah, kan!"

Bibir Shaka tersungging. Dia menekuk sedikit lututnya agar bisa melihat wajah gadis itu yang tingginya hanya mencapai pundaknya. "Kalau ngomong tuh liat lawan bicaranya. Jangan liat ke lain. Gak sopan."

Sekar berdecak dalam hati. 'Dasar banyak aturan' "Yaudah, gue minta maaf. Gue beneran gak sengaja nabrak lo tadi. Udah, kan?"

Tak lupa Sekar juga menunjukkan senyum sangat lebar di wajahnya. Sengaja agar Shaka tidak memiliki celah untuk mengoreksinya sekali lagi tentang cara meminta maaf yang baik dan benar.

"Yang tulus kalau minta maaf tuh. Itu senyum lo keliatan banget kepaksanya."

'Shaka sialan!' Sekar merutuk dalam hati. "Udah deh gak usah lebay. Toh gak luka juga, kan!"

Shaka terkekeh. Matanya menatap lekat gadis itu yang sedang cemberut di depannya. Alis hitam gadis itu melengkung indah melindungi sepasang matanya yang beriris biru terang. Keindahan matanya membuat Shaka semakin tenggelam jatuh ke dalam pesona gadis itu.

Sekar mendelik sebal melihat cowok itu terkekeh. 'Dasar gak jelas.'

"Udah punya pacar?" Shaka bertanya dengan suaranya yang lembut.

Sekar mendengus, "Gak ada urusannya sama lo."

Shaka tersenyum, jika seorang gadis menjawab seperti itu kemungkinan besar dia masih jomblo. Shaka berselebrasi dalam hati.

Shaka kemudian menyodorkan ponselnya, "catat nomor lo!"

"Gue gak-"

""Lo gak akan bisa pergi sebelum lo catat nomor lo!" Shaka memaksakan ponselnya ke tangan Sekar.

Sekar mendelikkan mata sebal. Dia lalu mengetikkan dua belas angka di sana. Sekar tersenyum. Untung dia masih ingat jejeran angka yang tak sengaja dilihatnya tadi pagi.

Sekar mengembalikan ponsel itu dan langsung meninggalkan Shaka tanpa mengucapkan apa-apa lagi. Matanya mengawasi sekitar takut orang itu melihatnya sedang bersama Shaka.

Di belakangnya, terlihat Shaka senyum-senyum melihat layar ponselnya yang masih menampilkan nomor yang baru saja dimasukkan Sekar. Dia mengecupnya berkali-kali.

***

"Hai. Gue boleh duduk di sini?" Seorang siswi menghampiri Sekar. Sekar menoleh ke sekitar dan melihat masih banyak bangku taman yang kosong, kenapa gadis itu malah ingin duduk dengannya.

"Buk-"

"Gue Arabella dari kelas X Ipa 1. Lo Sekar Arum kan? Gue udah merhatiin lo dari kita pertama masuk sekolah. Kelas kita sebelahan tau!"

Gadis itu, Arabella, langsung mendudukkan dirinya di sebelah Sekar. Dia mengulurkan tangannya dan menatap lekat gadis bule di depannya. Arabella berdecak kagum. "Ternyata kalo diliat dari jarak sedekat ini kecantikan lo jadi lebih lebih, ya. Ck!"

Sekar memijit pelipisnya.

Arabella meringis melihat Sekar yang memijat kening. Apa suaranya telah membuat Sekar sakit kepala?

"Sorry... Gue berisik, ya? Tapi lo tenang aja. Gue jinak, kok." Arabella terkekeh menyadari kata-katanya yang absurd. Jinak, seperti hewan peliharaan saja.

"Maaf. Tapi gue lebih suka sendiri." Sekar membuang muka. Dia mengepalkan tangannya diam-diam.

"Kalo yang lo takutin itu kak Evelyn, lo tenang aja. Dia gak bakal berani ngusik gue!" Arabella menepuk dada bangga.

Sekar langsung terbatuk-batuk. Dia menatap kaget Arabella.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status