Berawal dari Sekar yang masuk ke sekolah musuh abangnya. Setiap hari dia harus selalu waspada sampai akhirnya musuh mengetahui keberadaannya. Keadaan semakin pelik karena mereka sudah saling jatuh cinta. "Kasih gue satu alasan logis kenapa lo selalu menghindari gue." "Gue gak butuh alasan kalau mau jauhin seseorang." "Dan gue gak punya alasan untuk berhenti mengejar seseorang." "Kenapa sih lo selalu ganggu gue!" "Gue gak ganggu. Gue lagi usaha jadi pacar lo."
View MoreSekar menjentikkan jarinya. "A! Yang tau gue suka makan kan cuma abang-abang Sekar. Tapi abang yang mana?" Sekar kembali mengernyitkan dahinya."Gio?" Sekar menyipitkan matanya. Dia berdecak. "Mau apa lagi. Nanti kalau ketahuan bang Kay, bang Kay ngambek lagi.""Tapi banyak makanannya." Sekar meneteskan air liur. "Ah, rejeki gak boleh ditolak."Sekar sudah memutuskan dia akan bertemu Gio sebentar. Urusan Kayden marah itu belakangan. Lagipula belum tentu juga dia akan ketahuan.°°°"Duduk, Kar. Gue udah pesenin semua kesukaan lo." Gio menarikkan kursi untuk Sekar. Mata Sekar berbinar melihat aneka fastfood yang sudah tersaji di atas meja."Kita makan dulu, ya." Ucap Sekar. Dia menggosokkan tangan dengan semangat.Gio terkekeh gemas melihat Sekar yang mulai makan dengan semangat. Dia menumpukan tangannya di dagu dan memandang gadis itu dalam hening."Aduh kenyang, banget." Sekar bersandar ke sandaran kursi setelah
Bara refleks mengelus dadanya begitu melihat kedatangan Ricko. Dia menghela nafas lega."Gue mau ngomong empat mata." Shaka mendahului Ricko menuju basecamp mereka.Bara dan lainnya menatap Ricko penasaran, tapi Ricko hanya menggelengkan kepalanya dan mengikuti Shaka."Ada hubungan apa lo sama mantan gue?" Tanya Shaka langsung begitu mereka tiba di sebuah ruangan lagi di basecamp itu."Mantan lo yang mana dulu. Mantan lo kan banyak." Ricko menyunggingkan senyumnya.Shaka menatap tajam Ricko. "Lo tau siapa yang gue maksud. Ada hubungan apa lo sama dia?"Ricko mengernyitkan dahi. Kenapa tiba-tiba."Gue liat dia pake hoodie lo. Hoodie itu cuma ada satu di dunia. Gue pesenin khusus buat hadiah ulang tahun lo."Shaka mengepalkan tangannya. Dia kembali teringat bayangan Sekar dengan hoodie milik Ricko tadi. Dia tidak suka melihat Sekar mengenakan pakaian laki-laki lain. Ricko menelan ludah. Ternyata yang dit
Ricko terkekeh melihat wajah kaget Sekar yang sangat menggemaskan. Sekar menatapnya sinis. "Ngapain lo di sini?""Bisa kita ngomong bentar?" Ricko menatap gadis di depannya. Sekar bisa melihat gurat khawatir di wajah cowok itu."Gue tunggu di depan lab kimia." Ricko langsung memutuskan. Sekar mencebik sebal. Ricko terkekeh melihat wajah masam Sekar kemudian dia mengulurkan sebuah hoodie. "Pake. Tadi gue nyari seragam buat lo di koperasi, tapi size lo lagi kosong."Sekar terdiam. Sebenarnya kemarin dia lah yang menghabiskan stok seragam itu karena sudah tau seragamnya akan sering berganti beberapa minggu ini. Sayangnya dia lupa memasukkan satu seragam cadangan ke dalam tas pagi ini.Sekar menerima hoodie itu dan masuk kembali ke toilet untuk mengenakannya. Ricko menawarinya. Tidak ada salahnya menerima. Toh dia tidak memaksa Ricko memberi bantuan.Sekar tidak melihat Ricko lagi begitu dia keluar. Dia kemudian segera men
"Makasih, bu Mili." Ucap Sekar kemudian menyelipkan dua lembar uang ratusan untuk membayar makanannya. Mili ingin mengembalikan satu lembar uang itu. "Kebanyakan, mbak. Satu ini juga masih ada kembalian.""Sisanya buat jajan Ahmad aja." Sekar menyelipkan uang itu kembali ke tangan Mili.Mili menatap Sekar rumit. "Sekar tau ibu diancam. Sekar gak marah kok sama ibu. Jangan ditolak uangnya." Sekar tersenyum pada Mili."Saya malu. Mbak sudah sering bantu saya, tapi saya gak bisa apa-apa buat bantu."Sekar cemberut, "Ibu kayak yang baru kenal Sekar. Sekar gak papa. Udah, ya. Sekar lapar." Sekar menepuk-nepuk perutnya.Mili terkekeh dan segera mundur dari meja Sekar.Sekar tersenyum miris menatap semangkok bakso di depannya. Sebenarnya bakso dengan sambal super banyak sepert inilah yang jadi favoritnya sejak dulu.Tapi semenjak mengenal Shaka, cowok itu sering memintanya untuk mengurangi makan makanan peda
Dia memukul-mukul bekas cincin di jari itu. Air matanya lagi-lagi menetes. "Gue benci. Gue benci." Mau tidak mau wajah Shaka muncul lagi di benaknya."Bang Kay~ Sekar mau pindah aja." Sekar mengusap kasar air matanya.°°°Sekar menatap gedung sekolahnya dengan helaan nafas berat. Dia memasuki area parkir khusus sepeda motor. Matanya langsung tertuju pada motor besar berwarna merah milik Shaka. Tangan Sekar refleks ingin mengarahkan motornya untuk parkir di samping motor Shaka."Astaghfirullah," Sekar menggelengkan kepala dan segera mencari tempat lain."Sekar."Sekar berbalik dan tatapannya bertemu dengan Bella. "Kar~" panggil Bella lagi. Suaranya bergetar. Dia meraih tangan Sekar tapi Sekar segera menepisnya.Sekar tak sengaja melihat seseorang bersembunyi di balik tembok. Sekar kemudian mundur menjauhi Bella. "Mau apa lagi? Belum puas lo sama kakak lo bohongin gue!"Bella ingin meraih tangan Sekar lagi tapi Sekar berjalan mundur."Kar, gue gak maksud mau bohongin lo. Gu-"Sekar meng
Kayden menyentil kening Sekar dengan sebal. Dia merampas ponsel Sekar dan segera menghapus foto yang baru dikirim Shaka itu."Abang jang-" Sekar melotot melihat gambar surga itu sudah hilang tanpa jejak. "Bang Kay jahat!""Heh bocil belum boleh liat foto gak senonoh." Kayden menepuk kepala Sekar gemas."Apanya yang gak senonoh, orang foto normal, kok." Sekar mengerucutkan bibirnya."Apanya yang normal. Air liur lo tuh udah mau netes."Sekar refleks mengusap sudut bibir membuat Kayden melotot kesal. "Sekaarrr."***Shaka menarik tangan Sekar ke tengah lapangan. Langkah kaki Shaka yang panjang membuat Sekar terseok-seok mengikutinya. Dia sedang membaca novel di perpustakaan saat tiba-tiba saja Shaka menghampirinya. Para murid yang penasaran mengikuti Shaka dan Sekar hingga ke tengah lapangan. Shaka mendorong Sekar ke tengah lapangan. Sebelum Sekar sempat menanyakan ada apa, Shaka melemparkan beberapa lembar foto
"Iya. Abang seneng deh. Bunda sekarang udah gak histeris lagi tiap liat abang. Kemaren juga bunda gak nolak pas abang mau salim.""Kita harus sering-sering jengukin bunda ya, bang. Sekar yakin bunda bakal sembuh dan bisa kumpul sama bang Kay lagi suatu hari nanti." Sekar tersenyum tulus."Gue selalu meyakini itu, Kar. Thanks, ya. Gue gatau gimana kalo gak ada lo." Kayden mengusap puncak kepala gadis itu.Jika bukan karena Sekar, tidak mungkin dia bisa berdekatan dengan bunda seperti sekarang. Sekar lah yang dengan sabar selalu membantu bunda untuk mengingat Kayden lagi. Sekar selalu membahas Kayden tiap bertemu Farah hingga Farah terbiasa mendengar namanya. "Bunda abang juga bunda Sekar. Sekar juga kepengen banget bunda sembuh. Tapi bang, Sekar takut....""Takut bunda sadar kalo lo bukan Putri?"Sekar mengangguk. Memang itu yang ditakutkannya selama ini. Dia takut bunda akan membencinya karena mengaku-ngaku sebagai anak bungsu m
"Namanya Kay, jadi bang Kay." Sekar nyengir menunjukkan barisan giginya yang rapi. Shaka terkekeh, "abang kamu pasti sayang banget sama kamu. Kamu sampai diizinin manggil begitu.""Itu panggilan aku buat abang dari kecil." Sekar mengangguk. "Sebenarnya aku udah berenti panggil Bang Kay semenjak smp karena baru sadar panggilannya gak sopan. Tapi kata bang Kay gak papa. Abang suka. Katanya itu panggilan sayang dari aku.""Terus panggilan sayang buat aku apa?" Shaka mengerlingkan matanya. Sekar tersipu dan segera membuang muka.Shaka terkekeh gemas. "Terus gimana, abang kamu gak hukum kamu, kan?" tanya Shaka lagi.Sekar menggeleng. Kayden memang tidak memarahinya, tapi Kayden jadi lebih pendiam kemarin. Kayden juga jadi lebih sering menanyainya sedang ada di mana."Kapan kamu ngenalin aku sama abang kamu?" tanya Shaka. Dia menggoyang goyangkan tangan Sekar yang sedang digenggamnya. "Nanti aja, ya. Aku belum bisa kalau sek
"Eh?" Sekar tersadar dari lamunannya. Dia langsung kaget melihat wajah Shaka sudah ada di depannya. Jarak mereka begitu dekat. Sekar juga baru sadar dia sedang duduk bersisian dengan Shaka."Ck." Shaka mendengus sebal melihat Sekar yang seperti tidak merasa bersalah sama sekali.Sekar menatap Shaka semakin bingung. Perkataan apa yang dimaksud Shaka. Jangan-jangan dia mengatakan sesuatu yang buruk saat melamun tadi. Atau jangan-jangan Shaka sudah tau bahwa dia sudah menebak rencana jahat Shaka. Sekar meneguk ludahnya kasar. Apa dia kabur sekarang saja.Shaka menatap Sekar dengan sebal. Dia sekali lagi menghembuskan nafas dengan kasar."G-gue punya salah apa lagi?" Sekar memberanikan diri bertanya. Setidaknya kalau Shaka ingin membun-uhnya, dia harus tau kesalahannya dengan jelas terlebih dahulu. Shaka menatap horor Sekar.Sekar yang melihat respon Shaka seperti itu membuatnya semakin bingung. Sumpah Sekar lebih memilih langsung d
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.