Share

07. Makan Kuda Pakai Benteng

Sementara itu di tempat yang berbeda, Shaka sedang cengar-cengir menatap deretan angka di layar ponselnya.Dia berdeham sebentar sebelum menyentuh logo telepon berwarna hijau di layar.

Shaka tersenyum melihat panggilnya diangkat. Dia buru-buru menempelkan ponselnya ke telinga.

"Hai." Shaka menyapa dengan suaranya yang paling merdu.

"..."

Wajah Shaka mengeras kemudian segera memutuskan panggilan secara sepihak.

"Arghhh... Gue harap lo cuma becanda, Kar." Shaka melempar ponselnya ke tengah ranjang Vernon.

Vernon, Bara, Ricko dan Devan yang sedang duduk di balkon kamar Vernon melongokkan kepala dari luar.

"Arghhh Sekaar." Shaka frustrasi. Dia menyugar rambutnya ke belakang kemudian memejamkan mata.

Empat sahabat Shaka saling berinteraksi lewat mata.

"Pak bos gak abis kesambet setan kamar mandi rumah lo pan?" Bara menundukkan kepala untuk berbisik-bisik di antara mereka. Vernon menggeleng polos.

"Tumben-tumbenan dia nyebut nama cewek sefrustrasi itu." Celetuk Bara ikut-ikutan.

"Biasa dia yang bikin cewek-cewek frustrasi." Ricko terkekeh pelan.

"Btw masih Sekar cecan bule itu, kan? Yang cantik banget? Dekel X Ipa 2, yang pendiem itu, yang udah ditabrak Shaka empat kali? Gue bisa pastiin cuma ada satu cewek yang namanya Sekar di Garuda." Vernon berbisik semakin pelan.

Duk

"Cewek aja cepet lo!" Bara menggeplak kepala Vernon. Tapi kemudian dia melanjutkan ucapannya. "Btw yang kemaren diajak Bella ke kantin itu, kan? Yang cantik banget? Pantes pak bos tergila-gila."

"Lo juga sama, Marjuki!" Vernon emosi dan balik menggeplak kepala Bara.

"Bokap gue, Budiman!" Bara yang tak terima kembali menggeplak kepala Vernon.

"Budiman bokap gue, ya. Gak sudi bokap gue ngangkat lo anaknya!"

Bara menatap sinis, dia menggeplak kepala Vernon sekali lagi. Suara mereka sudah tidak berbisik-bisik lagi. "Gue juga ogah sodaraan sama orang goblok kayak lo!"

Shaka memandang mereka dengan sebal. Dia yang sedang kesal, kenapa malah dua orang itu yang ribut.

"Btw Shak," panggil Ricko sambil melangkah mendekat. Dia menunjukkan layar ponselnya yang menampilkan pesan seseorang. "Mantan lo chat gue mulu dari kemaren. Dia nanyain lo tuh." Ricko terkekeh.

Shaka menatapnya sinis. "Bilang kalo gue minta dia pacaran sama lu."

Ricko balas menatap sinis. "Gak. Makasih."

***

Evelyn

Evelyn send a photo

Evelyn

Evelyn send a photo

Sekar mendesis saat membuka dua foto yang barusan berturut-turut dikirim orang itu. Dia meremas ponsel di tangannya.

"Cewek gila. Belum puas lo rebut semuanya dari gue selama ini!" Suara Sekar bergetar. Dia segera menghubungi nomor Evelyn.

"Gimana, lo masih berani macem-macem setelah liat foto yang gue kirim?" Suara Evelyn terdengar di seberang sana.

Sekar mengepalkan tangannya. "Jangan pernah libatin orang lain lagi, Len."

"Itu tergantung gimana lo ambil sikap. Lo gak mau kan kalo besok tiba-tiba denger kabar Bella keserempet motor atau-"

"Jangan sekali-kali lo berani nyentuh Bella!" Sekar menggigit bibirnya. Bayangan Manda dan Rosi yang berdarah-darah tiba-tiba berkelebat di benaknya. Mata Sekar berembun. Tangannya gemetaran tanpa sadar.

Evelyn terkekeh. "Kita buktikan omongan gue beneran kejadian atau cuma sekedar ancaman."

Evelyn kemudian memutuskan panggilan telepon mereka.

"Len... Ilene!" Sekar memanggil nama itu dengan frustrasi. Dia terduduk di rerumputan dengan nafas tersengal. Sekar mengusap air matanya dengan kasar. Matanya memandang ke gedung sekolah yang menjulang di depannya. Sekar yakin Evelyn tengah memperhatikannya entah lewat jendela yang mana.

***

Sekar duduk sendiri di bawah pohon ketapang yang terdapat di taman samping sekolah yang sepi. Matanya menatap kosong ke kejauhan. Helaan nafasnya terdengar berat. Perasaannya masih kacau. Dia tiba-tiba merindukan Kayden. Sekar tersenyum sangat tipis dan segera mengetikkan sesuatu di ponselnya.

Sekar Cans

Abwaaang😟😟

Bang Kay

Kenapa?

Sekar Cans

Laper ☹️☹️

Bang Kay

Mkn dong

Sekar Cans

Belum disuruh makan sama ayang 😕😕

Kayden terkekeh gemas saat membacanya. Dia menggeleng. "Gak biasanya nih perampok." Kayden lalu mengetikkan balasan untuk Sekar.

Bang Kay

Km jmblo, Kar

Sekar Cans

Ihh gak ngakuin Sekar. Gak like😑😑

Bang Kay

Yaudah, mau abang pesenin makan hmm.. bakso oke?

Sekar Cans

Sama siomay juga, ya. Kalo abang maksa nambah Telur gulung juga gak papa😘😘

Kayden menggeleng lucu. Bisa dia bayangkan betapa menggemaskannya Sekar di seberang sana saat minta makan. Apalagi kalau gratisan.

Bang Kay

Perampok kecil. Yaudah abang pesenin sekarang. Kamu tunggu nanti di gerbang.

Sekar Cans

Yeay... Sayang bang Kay banyak-banyak 😘😘

Sekar berlari kecil menuju gerbang sekolah. Mulutnya bersenandung pelan.

"Pagi bang Jarwo, pagi pak Sardi!" Sekar dengan senyum cerianya menghampiri dua satpam yang sedang berjaga di depan post mereka yang berada tepat di sebelah gerbang.

"Eh, ada neng Sekar. Duduk, neng." Jarwo mengambilkan sebuah kursi untuk Sekar duduk.

"Itu tuh kudanya nganggur, makan pakai benteng!" Sekar menarik kursi menghadap meja mereka.

Dengan cepat Jarwo menjalankan bidak caturnya sesuai arahan Sekar. "Haa... Panik kan lo!"

"Arghh neng Sekar nih... Kebiasaan." Pak Sadi menatap Sekar dengan jengkel. Sekar hanya tertawa melihatnya.

"Mau kopi, neng?" Jarwo menawarkan. Ada seteko kopi di meja samping mereka.

Sekar menggeleng. "Nanti aja. Masih pagi. Sekar lagi nunggu pesanan dari pacar Sekar." Sekar terkekeh. Kayden itu memang bisa dijadikan apa saja.

"Oiya, pak Muji kok gak keliatan?" Sekar celingukan. "Padahal Sekar lagi semangat-semangatnya bantu isi tts. Kalo pagi tuh otak Sekar masih pres, masih anak pintar."

Sadi terkekeh, "badannya meriang habis jaga tadi subuh." Sadi kemudian menundukkan tubuhnya, "katanya tengah malam dia liat cewek baju putih di tengah jalan."

Dia menunjuk jalan di depan sebuah poto kopian di depan SMA mereka. Minggu lalu terjadi kecelakaan maut yang memakan korban seorang gadis muda di sana.

"Oh!" Sekar menganggukkan kepala. Dia juga sempat mendengar berita itu kemarin.

"Eh, neng gak takut?" Tanya Sadi. Padahal dia sudah bercerita dengan penuh penghayatan agar kesan horornya lebih terasa, tapi sepertinya Sekar biasa saja setelah mendengarnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status