Home / Romansa / Jatuh Cinta Pada Adik Musuh / 07. Makan Kuda Pakai Benteng

Share

07. Makan Kuda Pakai Benteng

Author: Flutterby
last update Last Updated: 2024-02-12 10:50:26

Sementara itu di tempat yang berbeda, Shaka sedang cengar-cengir menatap deretan angka di layar ponselnya. Dia menyentuh dada kirinya yang berdegup kencang.

Shaka berdeham sebentar sebelum menyentuh logo telepon berwarna hijau di layar. Pemuda itu menggigit bibirnya. Tangannya naik merapikan rambutnya.

Shaka tersenyum melihat panggilnya diangkat. Dia buru-buru menempelkan ponselnya ke telinga. "Hai." Shaka menyapa dengan suaranya yang paling lembut.

"..."

Wajah Shaka mengeras. Dia kemudian memutuskan panggilan secara sepihak. Nafasnya memburu. Kata-kata dari orang di balik telepon tadi masih terngiang-ngiang di telinganya.

"Arghhh... Gue harap lo cuma becanda, Kar." Shaka melempar ponselnya ke tengah ranjang Vernon.

Vernon, Bara, Ricko dan Devan yang sedang duduk di balkon kamar Vernon melongokkan kepala dari luar.

"Arghhh Sekaar." Shaka menjatuhkan bobot tubuhnya ke sofa dengan kasar. Dia menyugar rambutnya ke belakang kemudian memejamkan mata berusaha meredam emosi.

Empat sahabat Shaka saling berinteraksi lewat mata.

"Pak bos gak abis kesambet setan kamar mandi rumah lo pan?" Bara menundukkan kepala untuk berbisik-bisik di antara mereka. Pasalnya sebelumnya Shaka izin hendak ke kamar mandi. Vernon menggeleng polos.

"Tumben-tumbenan dia nyebut nama cewek sefrustrasi itu." Celetuk Bara ikut-ikutan.

"Biasa dia yang bikin cewek-cewek frustrasi." Ricko terkekeh pelan.

"Btw masih Sekar cecan bule itu, kan? Yang cantik banget? Dekel X Ipa 2, yang pendiem itu, yang udah ditabrak Shaka empat kali? Gue bisa pastiin cuma ada satu cewek yang namanya Sekar di Garuda." Vernon berbisik semakin pelan.

Duk

"Cewek aja cepet lo!" Bara menggeplak kepala Vernon. Tapi kemudian dia melanjutkan ucapannya. "Btw yang nolak jus mangga pak bos itu, kan? Yang kemaren diajak Bella ke kantin itu? Cantik banget orangnya. Pantes pak bos tergila-gila."

"Lo juga sama, Marjuki!" Vernon emosi dan balik menggeplak kepala Bara.

"Bokap gue, Budiman!" Bara yang tak terima kembali menggeplak kepala Vernon.

"Budiman bokap gue, ya. Gak sudi bokap gue ngangkat lo anaknya!"

Bara menatap sinis, dia menggeplak kepala Vernon sekali lagi. Suara mereka sudah tidak berbisik-bisik lagi. "Gue juga ogah sodaraan sama orang goblok kayak lo!"

Shaka memandang mereka dengan sebal. Dia yang sedang kesal, kenapa malah dua orang itu yang ribut.

"Btw Shak," panggil Ricko sambil melangkah menghampirinya. Dia menunjukkan layar ponselnya yang menampilkan pesan seseorang. "Mantan lo chat gue mulu dari kemaren. Dia nanyain lo tuh." Ricko terkekeh.

Shaka menatapnya sinis. "Bilang kalo gue minta dia pacaran sama lu."

Ricko balas menatap sinis. "Gak. Makasih."

***

Evelyn

Evelyn send a photo

Evelyn

Evelyn send a photo

Sekar mendesis saat membuka dua foto yang barusan berturut-turut dikirim orang itu. Dia meremas ponsel di tangannya.

"Cewek gila. Belum puas lo rebut semuanya dari gue selama ini!" Suara Sekar bergetar. Dia segera menghubungi nomor Evelyn.

"Gimana, lo masih berani macem-macem setelah liat foto yang gue kirim?" Suara Evelyn terdengar di seberang sana.

Sekar mengepalkan tangannya. "Jangan pernah libatin orang lain lagi, Len."

Terdengar kekehan dari seberang sana. "Itu tergantung gimana lo ambil sikap. Lo gak mau kan kalo besok tiba-tiba denger kabar Bella keserempet motor atau-"

"Jangan sekali-kali lo berani nyentuh Bella!" Sekar menggigit bibirnya. Bayangan Manda dan Rosi yang berdarah-darah tiba-tiba berkelebat di benaknya. Mata Sekar berembun. Tangannya gemetar tanpa sadar.

Evelyn terkekeh. "Kita buktikan omongan gue beneran kejadian atau cuma sekedar ancaman."

Evelyn kemudian memutuskan panggilan telepon mereka.

"Len... Ilene!" Sekar memanggil nama itu dengan frustrasi. Dia terduduk di rerumputan dengan nafas tersengal. Sekar mengusap air matanya dengan kasar. Matanya memandang ke gedung sekolah yang menjulang di depannya. Sekar yakin Evelyn tengah memperhatikannya entah lewat jendela yang mana.

***

Sekar duduk sendiri di bawah pohon ketapang yang terdapat di taman samping sekolah yang sepi. Matanya menatap kosong ke kejauhan. Helaan nafasnya terdengar berat. Perasaannya masih kacau. Dia tiba-tiba merindukan Kayden. Sekar tersenyum sangat tipis dan segera mengetikkan sesuatu di ponselnya.

Sekar Cans

Abwaaang😟😟

Bang Kay

Kenapa?

Sekar Cans

Laper ☹️☹️

Bang Kay

Mkn dong

Sekar Cans

Belum disuruh makan sama ayang 😕😕

Kayden terkekeh gemas saat membacanya. Dia menggeleng. "Gak biasanya nih perampok." Kayden lalu mengetikkan balasan untuk Sekar.

Bang Kay

Km jmblo, Kar

Sekar Cans

Ihh gak ngakuin Sekar. Gak like😑😑

Bang Kay

Yaudah, mau abng psnin mkn hmm.. bkso ok?

Sekar Cans

Sama siomay juga, ya. Kalo abang maksa nambah Telur gulung juga gak papa😘😘

Kayden menggeleng lucu. Bisa dia bayangkan betapa menggemaskannya Sekar di seberang sana saat minta makan. Apalagi kalau gratisan.

Bang Kay

Permpok kecil. Ydah abng psnin skrg. Km tnggu nnti di grbang.

Sekar Cans

Yeay... Sayang bang Kay banyak-banyak 😘😘

Sekar berlari kecil menuju gerbang sekolah. Mulutnya bersenandung pelan.

"Pagi bang Jarwo, pagi pak Sardi!" Sekar dengan senyum cerianya menghampiri dua satpam yang sedang berjaga di depan post mereka yang berada tepat di sebelah gerbang.

"Eh, ada neng Sekar. Duduk, neng." Jarwo mengambilkan sebuah kursi untuk Sekar duduk.

"Itu tuh kudanya nganggur, makan pakai benteng!" Sekar menarik kursi menghadap meja mereka.

Dengan cepat Jarwo menjalankan bidak caturnya sesuai arahan Sekar. "Haa... Panik kan lo!"

"Arghh neng Sekar nih... Kebiasaan." Pak Sadi menatap Sekar dengan jengkel. Sekar hanya tertawa melihatnya.

"Mau kopi, neng?" Jarwo menawarkan. Ada seteko kopi di meja samping mereka.

Sekar menggeleng. "Nanti aja. Masih pagi. Sekar lagi nunggu pesanan dari pacar Sekar." Sekar terkekeh. Kayden itu memang bisa dijadikan apa saja.

"Oiya, pak Muji kok gak keliatan?" Sekar celingukan. "Padahal Sekar lagi semangat-semangatnya bantu isi tts. Kalo pagi tuh otak Sekar masih pres, masih anak pintar."

Sadi terkekeh, "badannya meriang habis jaga tadi subuh." Sadi kemudian menundukkan tubuhnya, "katanya tengah malam dia liat cewek baju putih di tengah jalan."

Dia menunjuk jalan di depan sebuah poto kopian di depan SMA mereka. Minggu lalu terjadi kecelakaan maut yang memakan korban seorang gadis muda di sana.

"Oh!" Sekar menganggukkan kepala. Dia juga sempat mendengar berita itu kemarin.

"Eh, neng gak takut?" Tanya Sadi. Padahal dia sudah bercerita dengan penuh penghayatan agar kesan horornya lebih terasa, tapi sepertinya Sekar biasa saja setelah mendengarnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jatuh Cinta Pada Adik Musuh    177. Tamat

    Dimas terkekeh dan menyingkirkan telunjuk Dewo yang menunjuk ke arahnya. "Jangan bilang kau juga tidak tau bahwa Sekar ke Paris dua bulan yang lalu." Mata Dewo berkilat kaget sekilas. Setelahnya dia berusaha terlihat normal. Tapi Dimas menyadari reaksi awalnya. Pria itu tersenyum sinis. Dia membuka galeri di ponselnya dengan menunjukkan rekaman singkat seorang gadis yang nampak mengerucutkan bibirnya. "Ayah Dimas." Ucap gadis dalam video. Mata Kayden dan Gio berkilat mendengar suara itu. Dan mereka bisa membayangkan wajah masam Sekar yang melakukannya di bawah paksaan orang lain. Dimas menjauhkan ponselnya saat tangan Dewo ingin menjangkaunya. Dewo naik pitam melihatnya. "Kau tidak bisa memaksa anak gadis orang lain untuk memanggilmu ayah." "Kenapa tidak bisa! Lagipula dia terlihat senang-senang saja, tidak ada ketegangan. Asal kau tau saat itu dia sedang meminta ditraktir makan di restoran favoritnya, padahal sepanjang jalan dia sudah memalakku untuk membayar semua street food

  • Jatuh Cinta Pada Adik Musuh    176. Pura-pura Tuli

    "Kar~" Suara Kayden parau. Dia langsung memeluk Sekar erat-erat. Gio ikut memeluk kedua orang itu. "Lo harus secepatnya ingat gue, Kar. Gue sama Gio nunggu lo. Kita selalu nunggu lo." Kayden menepuk-nepuk pucuk kepala Sekar. Dia tidak peduli lagi meski pandangannya sudah kabur karena air mata. Gio ikut mengusap bahu Sekar. "Lo harus sehat-sehat di sana. Harus pinter jaga diri. Gak ada gue sama Kayden lagi yang bisa jagain lo." Gio mengusap air matanya. Sekar menatap dua orang itu yang sama sama menangis. Hati Sekar campur aduk. Matanya ikut panas dan akhirnya menjatuhkan bulir-bulir bening. "Cepat pulang. Abang-abang lo nunggu di sini." Kayden mengusap air mata di wajah Sekar dengan hati-hati. Dia lalu mengecup kening gadis itu. Juga dua kelopak matanya. "Gue selalu nunggu lo di sini. Baik-baik di sana, ya~" pintanya. Sekar mengangguk tanpa sadar. Hatiny

  • Jatuh Cinta Pada Adik Musuh    175. Ayah Dimas

    "Karena abang pencopet." Sekar menampakkan raut kagetnya. Petra mengusap lagi air matanya. "Karena bang Pepet udah mencopet hati Sekar." Petra berusaha tersenyum. Sekar ikut tersenyum. "Bang Pepet lucu." Petra menganggukkan kepalanya. Tangisnya semakin hebat. "Kalo aku kamu ingat? Pokoknya harus ingat." Sean maju. Belum apa-apa matanya sudah berembun. "Bang Sean, kan?" Sekar tersenyum. "Gak pakai abang. Kamu biasanya manggil aku Sean aja. Gak ada abangnya." Sean mengusap air matanya. Sekar mengernyit. "Bang Sean kan seumuran bang Kayden? Kenapa Sekar gak panggil abang kayak yang lain?" Sekar menoleh pada Kayden yang dari tadi hanya diam. Mata pemuda itu paling sembab. "Bang Kayden," panggil Sekar karena Kayden hanya diam saja. "Kita semua bahkan gatau k

  • Jatuh Cinta Pada Adik Musuh    174. Bintang PD

    "Besok saya ingin membawa Sekar pulang berobat di Paris." "Om?" Shaka membeku. Dia takut salah mendengar sebelumnya. "Shaka gak salah denger, kan, om? Om gak mungkin mau bawa Sekar ke Paris, kan?" Keheningan di seberang sana sudah menjawab pertanyaan Shaka. Pemuda itu tanpa sadar mundur selangkah. Dia memegangi tembok di sebelahnya. "Om, Shaka yakin Sekar masih bisa disembuhkan di Indonesia. Shaka akan cari rumah sakit yang lebih baik lagi. Dokter yang lebih hebat lagi. Sekar tidak harus dibawa ke Paris, om. Lagipula Sekar baru siuman, om." Louis menghela nafas berat. "Shaka, dengarkan saya. Saya melakukan ini demi kebaikan Sekar. Saya tau pengobatan di Indonesia juga baik. Banyak rumah sakit maju dan dokter yang ahli di bidangnya. Tapi ini sudah dua minggu sejak Sekar siuman. Kesehatannya tidak memiliki banyak kemajuan." Shaka terdiam. Dia ingin menyangkal kata-kata Louis tapi tidak ada suara yang terucap. Dia juga terbayang saat Sekar merintih kesakitan merasakan semua luka

  • Jatuh Cinta Pada Adik Musuh    173. Membawa Sekar Pulang

    "Kagak ada nanti. Gue gak izinin lo nemuin Sekar sampai kapan pun!" Kayden memotong ucapan John. Kakinya kembali hendak menerjang ke depan. "Kay! Kay!" John berdiri di depan Kayden untuk menghalangi. Dia memegangi bahu Kayden dan memaksa pemuda itu untuk memasuki ruang rawat Sekar bersamanya. Gio memandang pintu ruang rawat Sekar yang sudah tertutup dari dalam. Pemuda itu lalu berjalan mendekati Bagas. Matanya menatap dari pucuk kepala hingga ujung kaki Bagas. Sudah berapa tahun mereka tidak bertemu. Jika bukan karena suara Bagas yang tidak berubah, Gio tidak akan mengenali wajah di balik cambang tebal itu. "Lo sebaiknya pulang, bang. Kayden gak akan ngizinin lo liat Sekar buat sekarang. Cowok itu keras kepala." "Gue tau semua ini terjadi karena gue. Gue nyesel, Yo." "Lo ninggalin banyak masalah buat kita semua di Indo, bang." Gio tersenyum miris. "Gue dan yang lain gak pernah berenti nyari lo selama ini, tapi semuanya sia-sia. Lo gak bisa ditemuin di manapun. Lo emang niat ba

  • Jatuh Cinta Pada Adik Musuh    172. Bagas

    Oda mengangguk. "Saya juga tidak berniat melepaskan bajin-gan itu begitu saja dan menyerahkannya ke polisi. Masalahnya Shaka sudah menyerang tempat persembunyian mereka sendirian dan hampir membakar seluruh bagian rumah itu dan telah menarik perhatian warga sekitar. Orang-orangku juga mengatakan Daniel beserta anak buahnya sudah tidak terlihat di sana. Mereka pasti sudah kabur duluan saat mengetahui Sekar tertabrak. Sekarang polisi sudah terlanjur tau." "Masalah itu biar nanti Kayden yang ke kantor polisi. Kita pasti bisa nemuin Daniel, bang. Sean sama yang lain udah turun nyari mereka. Beberapa geng motor lain yang deket sama Fonza juga ikut turun tangan." "Gue juga udah nyuruh Jovi sama anak-anak buat ikut nyari keberadaan Daniel, Kay." Gio yang sedari awal diam juga ikut bersuara. Kayden memperhatikan wajah Gio yang sembab dan mengangguk. "Thanks." Katanya pelan. "Tapi saya sangsi keberadaan orang itu mudah ditemukan.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status