Share

Chef - 3

Author: LucioLucas
last update Last Updated: 2024-08-23 15:00:04

Renata kembali ke dapur dan langsung saja memakai apronnya dengan cepat. Lalu kembali bekerja sebagai mestinya. Dia tidak ingin di hari pertama bekerja, sudah membuat masalah. Jadi, saat Imelda mengajaknya mengobrol, Renata tidak mendengarkannya.

"Re..." panggil Imelda sedikit berteriak, padahal jarak mereka cukup dekat. "Re ish...gue mau nanya."

"Apaan?" Renata menolehkan kepalanya sekilas, lalu kembali memfokuskan diri pada masakan yang sedang dibuatnya.

"Lo tau resep adonan poffertjes?"

"Tahu. Nih..." Renata menyodorkan catatan kecil yang biasa digunakannya.

"Eh, tadi Pak Arjuna bil-"

Pertanyaan Imelda terhenti ketika melihat Arjuna sudah memasuki dapur. Suasana dapur pun kembali berubah menyeramkan.

Arjuna berjalan-jalan melewati beberapa orang yang bekerja. Kadang juga mencicipi masakan yang sedang dibuat oleh para Juru masak.

"Kurang garam," ucapnya setelah mencicipi masakan dari salah satu juru masak pria.

"Ini," Arjuna kini berada di samping Imelda, yang sedang meracik bahan untuk membuat adonan poffertjes. "Ini putih telurnya kocok pisah."

Meskipun begitu, nada suara Arjuna tidak berubah. Tetap saja dingin seperti es, dan hal itulah yang membuatnya disegani oleh para pekerja yang lainnya. Kemudian, Arjuna terus saja memantau kinerja pekerja yang lainnya, hingga dia berjalan mendekati Renata. Tentu saja, Renata sedikit panik.

Saat Arjuna berjalan mendekati Renata, tanpa sengaja dia menyenggol siku kanan wanita itu, sehingga terdengar suara ringisan kesakitan dari mulut Renata.

"Renata," panggil Imelda terkejut, lalu cepat menghampiri wanita itu. "Tangan lo nggak apa-apa, kan? Duh... ini kan minyak panas."

Arjuna yang melihat itu langsung saja bereaksi, dengan cepat meraih tangan Renata dan membawanya menuju pancuran air mengalir di wastafel. Telihat sekali kalau wajahnya terksesan panik. Mungkin, Arjuna merasa bersalah karena telah tak sengaja menyenggol siku Renata.

"Pak.." panggil Renata hati-hati. Sumpah demi apapun, saat tangannya disentuh dan digenggam oleh Arjuna, jantungnya berdebar sangat kencang. Rasa sakitnya pun tiba-tiba saja hilang. Bahkan tubuhnya juga menegang kaku.

"Diam," perintah Arjuna yang masih bernadakan sedingin es.

"Pak, ini nggak apa-apa." Renata bersikeras ingin melepaskan genggaman itu. Tetapi, Arjuna menahannya semakin kuat.

"Saya minta maaf. Saya nggak sengaja," ucapnya kemudian, sembari mematikan pancuran air. "Masih panas?" lanjutnya.

Renata bisa menangkap kekhawatiran pria itu. Bahkan raut wajahnya juga menggambarkan rasa bersalahnya.

"Udah mendingan, kok, Pak," balas Renata seraya menarik tangannya. "Nanti di rumah saya olesi salep."

Arjuna bergeming. Pria itu tak membalas ucapan Renata dan hanya menatap wanita itu penuh arti. Pada detik selanjutnya, lengkungan senyum di bibirnya akhirnya terbit. Dan itu nyarismembuat Renata kehabisan napas karena senyuman Arjuna... benar-benar manis.

Gila! Bisa-bisa Renata melemas seketika. Hal yang dikatakan oleh semua orang tentang pria itu, justru membuat Renata semakin penasaran dengan sosok Arjuna.

Arjuna yang terlihat lebih tampan dan seksi saat tersenyum. Arjuna yang terlihat begitu manis saat peduli kepadanya. Dan Arjuna yang selalu membuat jantung Renata berdebar kencang.

☆☆☆☆☆

Sial! Mampus! Itu umpatan yang dikeluarkan Renata pagi ini. Bagaimana tidak? Saat ia melirik jam dinding di kamarnya, waktu sudah menunjukan pukul 08.30 pagi. Sudah dipastikan, dia akan telat masuk kerja, setidaknya setengah jam.

Tak tinggal diam, Renata langsung saja bangkit dari tidurnya dan menyambar handuk yang tergantung di belakang pintu kamar, lalu buru-buru masuk ke kamar mandi dan membersihkan badan secepat kilat. Karena sudah tidak ada waktu lagi untuknya bersantai-santai.

Kalau bukan gara-gara semalam, Renata mungkin tidak akan terlambat bangun pagi ini. Bayangkan saja, dia selesai kerja pada pukul 22.00, tetapi karena hujan deras yang tak berhenti-henti, akhirnya dia harus pulang pukul 00.00. Tengah malam! Dan itu pun pulang sendiri, dengan menaiki ojek online. Belum lagi ojek yang yang ditumpanginya mogok di tengah jalan. Jujur, itumembuat Renata ingin menangis karena kesal. Sudah lelah, pulang larut, motor mogok, kehujanan dan keesokannya harus masuk pagi.

Sebenarnya, semalam banyak rekan kerjanya yang menawari Renata untuk pulang bersama. Hanya saja, Renata terlalu malu untuk menerimanya karena dia merupakan pekerja baru.

"Lo bareng gue aja Re. Bakal lama nih hujannya." tawar Imelda malam itu, yang kemudian ditolak oleh Renata. "Gue dijemput pake mobil sama pacar gue."

Tentu saja Renata menolaknya, dia tidak mau menjadi kambing congek di antara Imelda dan pacarnya. "Nggak usah, deh, Del, bentar lagi juga reda. Gue udah pesen ojek online soalnya."

"Kenapa lo nggak pesan yang pake mobil?"

Nah itu dia, kenapa Renata tidak pesan yang pakai mobil? Karena uang Renata malam itu pas-pasan. Jadi, untuk tarif sebuah mobil sangatlah kurang. Pokoknya malam itu adalah malam ter-apes yang pernah dia rasakan.

"Nggak deh, udah tanggung," balas Renata dengan berbagai macam alasan. Kalau dia bilang uangnya tidak cukup, sudah pasti Imelda akan terus memaksanya. Dia tidak ingin hal itu terjadi.

Menyerah, Imelda pun berpamitan kepada Renata karena jemputannya sudah tiba. Sekarang tinggalah Renata seorang diri, berdiri di belakang gerbang hotel, sambil menatap jalanan yang masih saja dijatuhi oleh air hujan. Sesekali, Renata juga melirik jam tangan yang melingkar pada pergelangan tangan kirinya.

"Ah sial, udah jam sebelas malam," rutuknya pada diri sendiri.

"Belum pulang?"

Suara yang terdengar datar dan dingin itu berhasil mengejutkan Renata dan membuatnya seketika menoleh ke arah suara tersebut.

Astaga! Demi apapun yang ada di dunia ini, apa yang dilihat Renata itu benar-benar nyaris membuatnya melemas saat itu juga.

Jantungnya kembali berdebar keras dan dia merasa sesak. Hawa panas pun mulai menjalar di seluruh tubuh Renata dan tanpa sadar dia sudah menggigit bibir bawahnya sembari menelusuri penampilan sosok yang baru saja menyapanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jatuh Cinta Pada Chef Duda   Chef - 53

    Renata menatap dirinya sendiri pada pantulan cermin yang ada di ruang ganti. Tubuhnya sudah terbalut oleh busana pernikahan hasil rancangan Anne. Masih dengan veil yang belum menutupi wajahnya, Renata terus saja menatap dirinya sendiri. Renata tidak percaya, bahwa sebentar lagi, dia akan menjadi istri dari seorang Arjuna Tunggajaya Nuraga. Dan tentu saja, namanya akan berubah menjadi Renata Deanita Tunggajaya Nuraga. Panjang sekali memang, tetapi Renata menyukainya.Tok...tok..tokSuara ketukan dan decitan pintu membuat Renata menoleh ke belakang. Dilihatnya Imelda yang sudah tampak cantik dengan balutan dress tosca panjang dan rambut yang tergerai indah. Sahabatnya itu akan menjadi penggiring mempelai wanita."Yang sebentar lagi bakalan jadi Nyonya Nuraga, lagi deg-degan ya?" ucap Imelda seraya melangkahkan kaki mendekati Renata, lalu memegang kedua bahu Renata.Renata tersenyum samar, berusaha menutupi rasa gugupnya, tetapi gagal."Lo nggak usah

  • Jatuh Cinta Pada Chef Duda   Chef - 52

    "Dua bulan yang lalu, aku nyaris buat kamu sengsara. Aku telah menyakiti kamu saat itu. Aku nggak tau harus bagaimana, mendengar kamu menangis membuat hatiku sakit. Aku bodoh, ya? Udah membuat kamu menangis.""Sayang..." Renata mengusap pipi Arjuna sekilas. "Nggak usah menyalahkan diri sendiri. Aku bahagia karena kamu kembali padaku. Kamu ada di sini sekarang, itu yang terpenting. Jadi, kita nggak perlu bahas masalah itu lagi, oke?"Arjuna mengangguk."Bae, aku janji nggak-""Udah," potong Renata cepat. "Aku udah nggak percaya sama janji kamu. Dulu kamu janji nggak akan ninggalin aku, tapi buktinya kamu hampir pergi selamanya. Kamu juga janji nggak akan buat aku nangis, tapi nyatanya kamu selalu buat aku nangis."Re,""Aku nggak percaya janji kamu lagi. Tapi, aku percaya kalau kamu akan selalu berusaha ada dan selalu menjagaku dengan cinta yang kamu berikan.""Jadi," Renata menarik tangannya yang sedang digenggam oleh Arjuna. Kemudian

  • Jatuh Cinta Pada Chef Duda   Chef - 51

    Sayang, bangun. Saya mohon sama kamu, tolong bangun..Suara itu sudah tak asing lagi, sangat familiar. Suara yang selama ini selalu membuatnya nmerasa tenang dan bahagia.Kamu bilang akan merasa bersalah jika saya nangis. Arjuna, saya lagi nangis sekarang, jadi kamu buka, ya, mata kamu.Dia mencoba untuk membuka mata, tapi apalah daya, dia tak sanggup. Dadanya terasa semakin sesak saat mendengar wanita itu menangis. Dia juga ingin menangis, tetapi tak bisa. Tubuhnya selalu saja menolak jika dia ingin berusaha. Kegelapan semakin dalam menyelimuti dirinya. Seakan-akan berada di dasar Samudra yang paling dalam dan sulit untuk mencapai ke atas. Berusaha berenang tetapi tak bisa. Tak ada yang bisa dia lakukan selain berdiam.Dia terus saja mendengar Renata menangisi dirinya. Dia ingin sekali nembuka mata dan mengatakan pada Renata bahwa dia merasa bersalah. Tangisan Renata membuat hatinya menjerit sakit. Renata hanya ingin dia bangun, tapi ke

  • Jatuh Cinta Pada Chef Duda   Chef - 50

    Setelah menemui Anne, selanjutnya Renata bertemu Ivan wedding organizer yang akan mengurusi pernikahannya nanti. Saat Renata memasuki kantor pria itu, dilihatnya Ivan sedang memegang secangkir kopi dari kedai kopi ternama di Indonesia."Hai..." sapa Ivan sembari mengulurkan tangan kanannya."Hai juga, Van." Renata menerima jabatan tangan Ivan sambil tersenyum hangat.Pria itu langsung mempersilahkan Renata duduk. Bahkan, dia sudah memesankan Renata coffee latte, kopi favoritnya."Jadi, gimana, Ren?" tanya Renata seraya mengambil cangkir dan menyesap cofee latte-nya."Semuanya udah beres. Undangan sudah, alat dan bahan dekorasi pun udah, kateringnya juga sudah siap.""Untuk pelunasan sisa biaya, kira-kira kapan?" tanya Renata."Seminggu sebelum hari pernikahan," balas Ivan yang diikuti dengan anggukan kepala Renata. "Eh, kok sendiri ke sininya? Mana calonnya?""Sibuk kerja, dia masuk siang. Jadi, nggak bisa temenin saya ke sini.

  • Jatuh Cinta Pada Chef Duda   Chef - 49

    Tuhan, kenapa kau bawa dia pergi sebelum aku benar-benar bahagia?Kenapa kau jauhkan dia saat aku ingin selalu dekat dengannya?Kenapa kau buat dia menjadi pria berengsek yang ingkar pada janjinya?Apa salah aku, Tuhan?Hingga kau membuatku seperti ini.Dia,Hanya dia satu-satunya yang membuatku bahagia.Setiap kata dan tindakan kecil yang dilakukannya selalu membuatku bahagia.Senyum, tawa, dan tangisnya sudah menjadi temanku selama ini.Tuhan,Jika aku boleh minta, tolong kembalikan dia.Atau,Jika kau tak bisa nengembalikannya...Tolong sampaikan padanya bahwa aku rindu...Dari Renata yang selalu merindukan pria bernama Arjuna.☆☆☆☆☆Dua bulan kemudian...Renata baru saja meletakkan sebuket bunga di atas salah satukuburan di pemak

  • Jatuh Cinta Pada Chef Duda   Chef - 48

    Tiga hari berikutnya kondisi Arjuna masih sama. Masih koma, sepertinya pria itu masih menolak untuk bangun. Renata yang sudah rapi dengan chef jacket-nya berdiri di samping ranjang Arjuna. Tidak ada pilihan, dia harus kembali bekerja untuk menggantikan posisi Arjuna. Namun, Renata tak pernah absen menemani Arjuna sebelum dan sepulang kerja."Sayang.." Renata mengusap puncak kepala Arjuna. "Saya kerja dulu, ya? Kamu jangan kayak kemarin."Renata berjalan keluar dan mendapati Ayah Arjuna sudah siap menggantikannya. Setelah berpamitan, dengan berat hati, Renata terpaksa pergi ke hotel. Jujur saja, semuanya terasa salah tanpa kehadiran Arjuna, tapi bekerja akan membantu Renata tetap waras. Dia juga tidak ingin lagi terpuruk menangis, itu tidak akan membantu dirinya sendiri dan juga Arjuna."Selamat pagi," sapa Renata yang dibalas dengan sapaan serta senyuman oleh karyawan lain.Imelda juga merasa senang karena Renata berusaha keras untuk bersikap nor

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status