Jason juga kelihatan fokus. Dia berkata dengan datar, “Bukan hanya itu saja. Coba kamu lihat perubahan aset tetapnya juga tidak wajar.”Kemudian, Jason menjelaskan beberapa bagian janggal dari dalam laporan. Dia mengajari Kelly untuk menganalisis kecurangan Perusahaan Golden.Kelly mendengar dengan sangat serius. Setelah diingatkan oleh Jason, dia pun mengerti.Bukan hanya kali ini saja, sejak Kelly mulai bekerja di perusahaan, Jason seringkali mengajarinya. Bahkan saat mereka sedang makan siang bersama, Jason pun tetap menjelaskan semua pertanyaan Kelly dengan serius.Hati Kelly seketika berdegup kencang. Dia memalingkan wajahnya menatap wajah tampan si lelaki. Saat ini, dia baru menyadari betapa dekatnya jarak mereka berdua. Kelly spontan merasa gugup.Tatapan Jason tertuju pada daun telinga Kelly yang memerah. Dia pun berkata dengan datar, “Apa kamu ingat dengan semua yang aku katakan?”Kelly segera mengangguk. “Aku mengerti!”“Yang fokus! Aku hanya akan menjelaskan sekali saja!” Ja
Hati Sonia terasa penat. Dia menunduk, lalu berkata dengan datar, “Belajar sana! Kamu nggak usah ikut campur dalam masalah orang dewasa!”Tandy kembali menegaskan, “Kamu mesti menghargai pamanku. Kamu pasti akan menyesal kalau sampai dia direbut sama orang lain!”Sonia mendengus dingin. “Kamu bilang kamu nggak pilih kasih. Tapi sebenarnya kamu lebih berpihak sama Paman Reza-mu, ‘kan?”Tandy mengangkat-angkat alisnya. “Kata siapa? Aku mengatakan semua ini juga demi kamu. Apa kamu tidak merasakannya?”Terlintas ekspresi dingin di wajah Sonia. “Nggak, tuh!”“Haih!” Tandy menghela napas. “Sia-sia aku bersikap baik sama kamu!”Sonia tak kuasa menahan tawanya ketika melihat Tandy yang berlagak dewasa itu. “Ayo, mulai bimbelnya!”…Siang harinya, saat Kelly dan Yana sedang membaca buku cerita, tetiba ada panggilan masuk dari Sandora.Suara Sandora sangatlah lembut. “Kelly, apa kamu lagi istirahat sekarang?”“Iya, aku lagi temani Yana di rumah,” balas Kelly dengan tersenyum.Yana mengangkat ke
Awalnya, Kenzo juga marah ketika tahu Kelly melahirkan anak di luar nikah. Namun ketika bertemu dengan Yana sekarang, dia merasa dirinya bisa menerima anak yang imut ini.Kenzo menatap Yana dengan penuh gembira. Dia menoleh, lalu berbisik pada Kelly, “Sungguh mirip dengan kamu dulu.”Kelly tersenyum ringan. “Aku sendiri nggak menyadarinya.”Mereka berdua berbicara sembari memasuki kamar. Kenzo menggendong Yana ke ruang tamu, lalu berkata dengan tersenyum, “Ibu, coba lihat siapa yang datang?”Sandora melihat anak di dalam pelukannya. Dia seketika tersenyum lebar, lalu melangkahkan kakinya dengan cepat. “Yana, sini biar Nenek gendong!”Kelly memalingkan kepalanya. Kedua matanya spontan terbelalak lebar ketika melihat sosok lelaki di dalam ruang tamu.Derrick berdiri, lalu tersenyum lembut padanya. “Dia anakmu? Imut sekali!”Kelly malah merasa agak bingung. “Dok, kenapa kamu bisa ada di sini?”Sandora yang sedang menggendong Yana memberi isyarat mata kepada Kelly. Dia berkata dengan terse
Sandora tersenyum. “Kamu juga jangan berbicara seperti ini. Setidaknya kamu juga mahasiswi tamatan universitas terkenal. Kamu anaknya juga cantik. Kalau tidak, kamu kira Pak Derrick akan sebodoh itu?”“Jangan teruskan lagi! Aku dan Pak Derrick nggak memungkinkan.” Sikap Kelly sangat tegas. “Setelah melahirkan Yana, aku sudah memutuskan untuk nggak menikah dan melahirkan lagi. Aku juga nggak bakal cariin ayah tiri buat Yana!”Kening Sandora spontan berkerut ketika melihat sikap keras kepala putrinya. “Temperamenmu sungguh mirip dengan ayahmu! Memangnya aku mengatakan semua ini demi siapa? Bukannya demi kebaikanmu juga? Apa kamu tahu betapa susahnya membesarkan seorang anak?”“Iya, aku tahu. Aku sudah menghadapinya selama dua tahun. Aku pun nggak takut lagi!”“Sekarang kamu masih muda. Jalan hidupmu masih panjang!”“Jangan katakan lagi. Aku nggak akan berubah pikiran!” Raut wajah Kelly sangatlah tegas. Dia mencuci apel, lalu meletakkannya ke atas piring buah-buahan. Dia membawanya keluar
Baru saja Sandora menyelesaikan omongannya, terdengar suara bel dari luar sana.Kelly menggendong Yana. Kenzo pergi membuka pintu. Sementara itu, Sandora pun pergi ke ruang tamu untuk menyuguhkan buah-buahan.Sepertinya Yana bisa merasakan ibunya yang sedang sakit hati itu. Dia mengusap wajah ibunya. “Ibu, apa Nenek dan Paman sudah menyakitimu?”Kelly berusaha memendam rasa sakit di hatinya. Dia pun tersenyum. “Bukan, hari ini kita kedatangan tamu. Jadi, mereka pergi menjamu.”“Emm!” Yana memeluk, lalu menepuk-nepuk pundaknya. “Ibu jangan sedih. Ibu masih ada Yana!”Kelly sungguh terharu hampir saja meneteskan air mata. Dia segera menarik napas dalam-dalam berlagak tidak terjadi apa-apa.Saat ini terdengar suara ramai dari luar sana. Wilona datang bersama dengan adik laki-laki, orang tua, bibi, dan juga adik sepupunya juga. Sandora pun menjamu mereka dengan ramah.Semua orang berjalan ke dalam ruang tamu. Sandora memperkenalkan Kelly kepada mereka. “Ini anakku, namanya Kelly. Yang ini
Saat mereka berdua sedang berbicara, Sandora berjalan kemari. Dia berkata dengan tersenyum, “Aku bawa Yana untuk bermain sebentar. Kalian berdua ngobrol dulu!”Kelly tahu apa maksud tersirat ibunya. Dia merasa semakin canggung lagi.“Tidak apa-apa. Aku bisa main bersama Yana!” balas Derrick dengan segera.“Tidak usah! Kalian anak muda ngobrol masalah kalian saja!” Sandora langsung menatap Yana. “Nenek bawa kamu main di kamar Nenek, ya?”Yana melirik Kelly sekilas, lalu mengikuti Sandora ke kamarnya.Berhubung anggota keluarga Wilona masih belum pulang, Sandora tidak mungkin terus tinggal di kamar. Jadi, baru saja Sandora membawa Yana bermain ke kamar, dia pun mengeluarkan ponsel Kelly untuk dimainkan Yana. “Yana, kamu nonton kartun dulu, ya. Nenek pergi temani tamu dulu. Kamu yang patuh. Jangan pergi cari Ibu. Ibumu lagi ngobrol sama Paman Derrick.”“Apa yang lagi mereka obrolkan?” tanya Yana dengan penasaran.“Mereka lagi … kencan buta. Apa kamu ngerti?” ucap Sandora dengan tersenyum.
“Emm!” Yana mengiakan dengan patuhnya. Dia mengambil ponsel, lalu berlari pergi.Tinggi badan Yana masih belum mencapai satu meter. Dia menjinjit ujung kakinya untuk membuka pintu. Setelah mencoba beberapa kali, dia baru berhasil membukanya. Kemudian, dia mengamati seisi ruang tamu, segera berlari ke sisi Kelly.Saat ini Kelly sedang menuangkan air kepada Derrick. Dia menunduk, lalu menyadari Yana. “Kamu mau ke mana?”Yana mengangkat ponsel. “Ibu, Paman mencarimu!”Kelly melihat tampilan ponselnya dan dia pun terbengong. Air panas meluap dari gelas, hampir saja melukai tangannya.Derrick segera mendekat untuk mengambil teko. Dia bertanya dengan panik, “Gimana? Apa kamu terkena air panas?”“Aku baik-baik saja!” ucap Kelly.Jason yang berada di ujung telepon mendengar percakapan “mesra” kedua orang. Dia langsung menjerit dengan murka, “Kelly!”Orang-orang di sekitar langsung terdiam, spontan melirik ponsel di tangan Yana.Kelly sungguh tersipu malu. Dia segera mengambil ponselnya, lalu m
Kelly juga mulai marah. Dia berkata dengan mengerutkan keningnya, “Ngapain aku bohongi kamu? Lagi pula, ini masalah pribadiku, nggak ada hubungannya dengan masalah pekerjaan. Kenapa kamu marah-marah sama aku?”Jason sungguh emosi hingga kehabisan kata-kata. Dia menarik napas dalam-dalam. Nada bicaranya terdengar dingin dan juga ketus. “Kamu segera ke perusahaan!”Kelly membalas, “Hari ini hari Sabtu!”“Aku suruh kamu lembur! Tidak boleh?” tanya Jason dengan marah.Kelly terdiam sejenak. “Oke, kamu itu bos, tentu saja aku harus mendengar omonganmu. Aku segera ke sana!”“Bawa Yana sekalian!” Nada bicara Jason masih kedengaran ketus.“Kenapa mesti bawa Yana?” Kelly sungguh tidak mengerti.“Tidak kenapa-napa! Jangan tanya alasan apa pun!” Seusai berbicara, Jason langsung mengakhiri panggilan, tidak memberi Kelly kesempatan untuk menolak.Kelly melihat panggilan sudah diputuskan. Hatinya terasa sangat penat. Awalnya Kelly merasa kesal lantaran Sandora tiba-tiba menjodohkannya dengan Derrick
Tiba-tiba Morgan bertanya, “Kenapa kamu tidak pacaran?”Theresia tertegun oleh pertanyaan Morgan. Dia mengangkat kepalanya dengan perlahan, lalu berkata, “Seleraku jadi tinggi gara-gara kamu. Aku takut orang lain nggak sanggup.”Morgan terdiam.Ternyata Theresia sudah berbeda dengan yang dulu. Dia berubah menjadi lebih pemberani. Setiap ucapannya membuat Morgan tidak bisa berkata-kata. Hanya saja, dia tetap berbicara dengan begitu serius dan lugu, membuat Morgan tidak tega untuk mengomelinya.Usai berbicara, Theresia pun tersenyum. Dia tidak berbicara lagi, melainkan menunduk untuk menyantap makanannya dengan tenang.Selesai makan, Theresia menyeduh secangkir teh untuk Morgan, kemudian menyeduh secangkir kopi untuk dirinya sendiri.Meski aroma kopi dan teh bercampur aduk, aromanya tetap terasa nyaman.Theresia duduk di atas pangkuan Morgan, lalu melingkari lehernya. “Aku nggak ingin ngapa-ngapain hari ini, cuma ingin temani kamu saja, ya?”Terdengar nada manja dalam suaranya, seperti s
Reza mengusap wajah Sonia. “Semoga saja yang dia harapkan itu anggota keluarga, bukan uang. Semoga juga dia bisa memahami maksud kalian, bisa mempertahankan pemikiran awal, tidak terbuai dengan kekayaan.”Sonia menggigit bibirnya dengan perlahan. “Semoga saja dia nggak seperti itu. Hanya saja, aku juga bakal lebih hati-hati.”“Kalau begitu, kita amati selama beberapa saat dulu. Seandainya Hallie memang pantas untuk disukai Tuan Aska, masalah cucu kandung atau bukan juga bukan masalah. Seandainya dia tidak pantas, beri dia sedikit uang sebagai tebusan saja.”Sonia mengangguk. “Semuanya tergantung dengan nasibnya sendiri.”Mereka berdua selesai mengobrol masalah Hallie. Reza memeluk Sonia. “Pergi mandi dulu, lalu sarapan. Aku sudah telepon Bi Rati. Dia lagi masak yang enak-enak buat kamu.”Sonia memeluk Reza. “Aku juga merindukan Bibo!”Reza tersenyum tipis. “Sepertinya kamu tidak pernah merindukanku.”“Apa aku nggak pernah mengatakannya? Seingatku, aku sering mengatakannya berkali-kali!
“Sudah hampir pukul sembilan!”Sonia mengerutkan keningnya dengan kesal. “Tadinya aku berencana bangun pagian untuk pergi ke rumah. Tandy sudah hampir ujian akhir semester. Aku ingin memeriksa bagian mana yang ketinggalan, biar bisa beri bimbingan belajar buat dia.”Sonia menengadah kepalanya menatap Reza, lalu berkata dengan tersenyum, “Aku ini bukan guru bimbel yang bertanggung jawab. Untung saja Kak Diana nggak marah.”Reza mencubit pipi Sonia. “Kamu itu guru bimbel yang direkrut dengan susah payah. Meski dia marah, dia juga bisa memendamnya saja.”“Kamu malah berani ngomong lagi! Dia melakukannya juga demi kamu!” dengus Sonia dengan ringan.“Kalau begitu, demi balas budi kepada Kak Diana, aku pergi ajari Tandy saja?”Sonia kepikiran dengan gambaran paman dan keponakan yang sedang mengajar dan belajar itu. Tiba-tiba dia tertawa.Reza menggendong Sonia. “Hari ini kita tidak pulang. Kamu sudah sibuk gara-gara masalah Hallie. Hari ini kita tidak usah melakukan apa-apa, kita kembali ke
“Jangan kemari. Kalau tidak, kalian bukan hanya tidak bisa dirawat di rumah sakit saja, kalian bahkan tidak bisa tinggal di Kota Jembara lagi!” Nada bicara Reza terdengar datar. “Aku sudah cukup memberi kalian muka dengan membiarkan kalian tinggal di Kota Jembara. Seharusnya kamu mengerti!”“Aku mengerti! Aku mengerti!” Hendri berkata, “Aku tahu apa yang sudah aku lakukan. Aku mengerti kalau kamu berbelas kasihan kepada kami!”“Kalau kamu mengerti, mohon jauhi Sonia. Jangan ganggu dia lagi!”“Tuan Reza!” Hendri berkata dengan buru-buru, “Waktu itu aku mengantar Sonia untuk melakukan pernikahan bisnis dengan Keluarga Herdian. Sekarang hubungan kalian sebaik ini. Aku tergolong telah berbuat baik. Bisakah dilihat dari masalah itu, kamu membantuku sekali lagi?”Kening Reza berkerut. Dia berkata dengan suara dingin, “Kenapa Sonia bisa punya ayah sepertimu!”Hendri sungguh merasa malu. “Aku tidak menjadi seorang ayah yang baik. Aku sungguh bersalah pada Sonia. Aku berharap kelak aku memiliki
“Meskipun jelek, aku tetap menyukainya!” Reza memeluk Sonia ke dalam pelukannya. “Aku tahu masalah hari ini di luar dugaan, tapi kalau kejadian ini terulang lagi, aku berharap kamu tidak maju ke depan lagi!”Bagaimana kalau barang itu adalah bom? Siapa tahu ….Sonia memiringkan kepalanya bersandar di pundak Reza. “Waktu itu, aku nggak berpikir terlalu banyak. Cella menargetkanku. Nggak mungkin aku melibatkan Hallie.”“Cella memang bodoh. Padahal dia tahu alasan Keluarga Tamara bisa menjadi seperti sekarang, dia masih saja berani untuk tidak melepaskanmu!” Tatapan Reza kelihatan dingin. “Dia itu takut aku akan melupakannya. Bagus juga dia bisa datang, aku tidak akan melepaskannya lagi!”Sonia tidak menganggap masalah Cella. “Cukup usir dia dari Kota Jembara saja. Jangan kotori tanganmu demi dia.”“Aku akan mengatasinya!” Reza mengecup wajahnya. “Tidurlah!”Sonia berbaring di atas ranjang. Reza juga ikut berbaring di sisinya. Dia meniup punggung tangan Sonia sembari merangkul Sonia ke da
Aska memelototinya. “Saat siang tadi, kamu bilang kamu bisa mengambil keputusan!”Jemmy berkata dengan lantang, “Kamu malah percaya sama omonganku agar kamu menemaniku main catur?”Aska terdiam membisu.Jemmy tersenyum. “Jujur saja, kamu juga tahu sendiri temperamen Morgan. Apa kamu tidak takut Hallie akan menderita nantinya?”“Tidak takut. Aku merasa tenang bisa menikahkannya dengan keluargamu!” balas Aska.“Kamu baru saja menemukan Jeje. Sekarang kamu malah buru-buru ingin menikahkannya. Sebenarnya apa yang sedang kamu pikirkan?” Jemmy tersenyum dingin.Aska segera berkata, “Aku hanya ingin menetapkannya saja. Tentu saja aku tidak buru-buru dalam soal pernikahan.”“Tenang saja, cucuku itu masih belum punya pacar! Biarkan Julia pulang dulu, tes DNA lebih penting!” balas Jemmy.Saat mengungkit soal Julia, Aska pun tidak berbicara lagi.Di sisi tangga, Hallie yang sudah mengganti pakaian baru dan hendak menuruni tangga kedengaran perbincangan mereka berdua. Dia menggigit bibirnya dan ke
Setelah tiba di bawah gedung apartemen, Theresia mengambil tasnya dan menuruni mobil. “Mengenai isi perbincangan hari ini, aku akan suruh anggotaku untuk memasukkannya ke dalam kontrak. Saat hari Senin nanti, aku akan kirimkan kontrak perpanjangan untuk kami. Setelah kamu baca dengan saksama, kamu baru kirim kembali kepadaku.”“Baik!” Roger tersenyum lembut.Roger ikut menuruni mobil. Dia melihat wanita yang sedang berpamitan dengannya, lalu spontan berkata, “There, kita sudah kenal selama ini. Seharusnya kamu mengerti perasaanku kepadamu, bisa tidak kamu beri aku satu kesempatan?”Roger mengeluarkan sebuah cincin berlian dari dalam sakunya. “Cincin ini sudah lama bersamaku, tapi aku nggak punya keberanian untuk mengutarakan perasaanku. There, hari ini mungkin aku sedikit gegabah, tapi aku pasti bukan impulsif!”Cuaca hari ini sangat dingin. Lampu jalan memancarkan cahaya dingin, memancar ke atas berlian. Bahkan, berlian itu juga terasa sedikit dingin.Theresia berkata dengan suara lem
Morgan mengangguk. “Kalau begitu, kita pulang dulu!”Sonia berpesan, “Jangan beri tahu Kakek!”“Aku mengerti!” balas Morgan, lalu membalikkan tubuhnya pergi mengendarai mobilnya. Hallie berpamitan dengan Sonia, Theresia, dan yang lain, kemudian memasuki bangku samping pengemudi.Saat Theresia melihat mobil berjalan pergi, dia mengalihkan pandangannya, lalu bertanya pada Sonia, “Apa tanganmu sakit?”“Nggak sakit lagi. Hanya luka kecil saja. Kamu juga cepat pulang sana!” Sonia tersenyum tipis.Theresia berkata dengan khawatir, “Cella memang gila. Meski dia telah dibawa ke kantor polisi, dia juga nggak akan ditahan terlalu lama. Kamu sendiri mesti lebih hati-hati. Orang seperti itu biasanya akan melakukan hal tanpa memperkirakan akibatnya.”“Aku akan melakukannya!” balas Sonia.“Kalau begitu, aku pergi dulu!” Theresia melambaikan tangannya kepada Sonia. Dia memalingkan kepalanya melihat Roger. “Ayo, kita pergi.”Reza baru kembali dari menelepon. Dia berkata pada Sonia, “Kita ke rumah saki
Sonia segera membalikkan tubuhnya. Dia menyadari di bawah cahaya gelap, sesosok bayangan tubuh menerjang ke sisinya dengan memegang dua botol asam sulfat di tangannya. Satu di kiri dan satu di kanan. Kemudian, dia melemparkannya satu per satu ke sisi Sonia dan yang lain.“Sayang!” Reza segera berlari menarik Sonia ke dalam pelukannya. Dia menggunakan mantelnya untuk membungkus Sonia.Pada saat bersamaan, tubuh besar Morgan juga berdiri di depannya. Ketika melihat Sonia ditarik pergi oleh Reza, dia langsung menarik tangan Theresia, memutarkan tubuhnya melindungi Theresia di dalam pelukannya.Pada akhirnya, hanya tersisa Hallie sendiri. Dia melihat dengan mata kepalanya sendiri botol asam sulfat di depan wajahnya.“Hallie!” Sonia mendorong Reza, langsung melompat untuk menendang botol asam sulfat, kemudian jatuh menindih di atas tubuh Hallie.Botol asam sulfat yang satu lagi melayang bergesekan dengan kepala mereka berdua, lalu menghantam ke atas mobil Reza. “Bamm!” Terdengar suara ledak