Juno menyipitkan sedikit matanya. Nada bicaranya terdengar dingin. “Benar apa katanya. Persyaratan untuk bergabung ke studio cukup tinggi. Kamu juga bukan profesional. Dia tidak bisa mengajarimu!”Wajah Hallie langsung memerah. Dia pun segera menjelaskan, “Aku tahu aku bukan profesional. Aku sudah bilang sama Kak Rose, aku bisa jadi seorang asisten, tapi Kak Rose malah bilang aku juga nggak bisa jadi asisten.”Raut wajah Juno kelihatan tidak berekspresi. “Kamu memang tidak bisa jadi seorang asisten! Kamu juga tidak usah mengomel di hadapan Pak Aska. Semua aturan ini ditetapkan sama aku. Kamu tidak usah salahkan Rose. Lain kali kalau ada masalah seperti ini, kamu bisa langsung cari aku!”Hallie yang disindir oleh Juno pun kelihatan canggung. Dia tidak berani menunjukkan ekspresi apa pun, melainkan hanya menunjukkan ekspresi penat. “Aku nggak lagi ngomel ….”“Untuk apa kamu ngomong semua ini di hadapan Pak Guru, biar Pak Guru membantumu untuk minta bantuan atau ingin Pak Guru merasa Rose
Setibanya di rumah Aska, Rose menuruni mobil tanpa menunggu Juno. Dia langsung berjalan ke dalam rumah. Pembantu pun mengambilkan sandal ganti untuk Rose, lalu berkata dengan tersenyum, “Nona sudah pulang. Tadi pagi, Tuan Aska baru saja mengomel karena kalian tidak pulang untuk mengunjunginya.”Rose memaksakan dirinya untuk tersenyum, lalu mendengus ringan. “Aku merindukannya, makanya aku langsung ke sini begitu pulang kerja.”Rose mengganti sepatunya sembari mengamati dalam ruangan. “Di mana Pak Guru?”“Tuan lagi ada tamu di ruang baca. Nona Hallie lagi nonton di ruang tamu,” balas pembantu dengan tersenyum.Rose berjalan ke dalam ruangan. Dia melihat Hallie sedang duduk di sofa sembari menonton. Sepertinya dia sedang melihat variety show. Terdengar suara yang sangat bising. Hallie juga sedang tertawa dengan gembiranya. Hanya saja, ketika melihat Rose, senyuman di wajahnya langsung menjadi kaku.Rose juga tidak menghiraukannya, melainkan langsung berjalan ke lantai atas.Bola mata Hal
Rose kepikiran suatu hal lagi. “Oh, ya, sebelumnya sewaktu di Kota Kibau, aku beli syal buat Pak Guru. Waktu itu, aku lupa bawa saat ke rumah Pak Guru. Kamu antar aku ke rumah dulu buat ambil syal itu.”Sebelumnya Rose duluan kembali ke Kota Jembara demi menghindari Juno. Lantaran tidak fokus, dia pun lupa membawa syal ketika mengunjungi Aska bersama Sonia.“Oke!” Juno mengendarai mobil untuk mengantar Rose ke apartemennya dulu.Setibanya di tempat tinggal Rose, saat Rose masih belum menuruni mobil, dia melihat mobil Devin yang sedang berhenti di luar gedung. Rose merasa agak syok. Tadinya dia mengira setelah perbincangan di kafe, Devin tidak akan mencarinya lagi. Dia sungguh tidak menyangka Rose akan muncul di bawah rumahnya. Untuk apa Devin mencarinya?Juno tidak mengenali mobil Devin, tapi dia dapat menebak apa yang terjadi dari ekspresi Rose. Raut wajahnya menjadi datar. “Turun!”Mereka berdua sama-sama menuruni mobil. Juno pun menggandeng tangan Rose untuk naik ke lantai atas.Set
Semua orang bubar larut malam. Berhubung semuanya telah minum alkohol, mereka pun pulang tanpa mengendarai mobil.Roger bersikeras ingin mengantar Theresia pulang. Orang lain juga ikut bersorak. Theresia tidak mungkin mempermalukannya di hadapan orang banyak, jadi dia pun tidak mengatakan apa-apa.Saat duduk di baris belakang mobil, Roger memberikan sebotol yogurt kepada Theresia. “Rasa markisa yang kamu suka.”Theresia melirik sekilas, lalu bertanya dengan tersenyum, “Kapan belinya?”“Tadi saat tunggu mobil, kebetulan ada toko yogurt di seberang saja. Aku lihat kamu minum cukup banyak tadi. Aku takut perutmu akan merasa nggak nyaman, makanya aku sengaja suruh penjualnya tambah oatmeal dan buah kering kesukaanmu. Coba kamu cicipi.” Wajah pria itu kelihatan lembut di bawah pancaran cahaya gelap.Theresia mengambilnya. “Terima kasih!”“Kamu tidak usah bersikap sungkan sama aku!” Roger tertawa. Dia selalu menjaga jarak lantaran takut keberadaannya akan membuat Theresia merasa risi. Hanya
Theresia tertegun sejenak dan tidak berbicara.Michelle mengambil sepiring biskuit kemari. “Bos suka makan ini. Nah, semuanya untukmu!”Yang lain juga datang mendekat. Mereka membawa Theresia untuk pergi minum alkohol, makan, dan juga memesan beberapa lagu untuk menghangatkan suasana malam terakhir Hari Raya.Di bawah sorakan orang-orang, Roger pun menyanyikan sebuah lagu “Hari Bahagia". Saat bernyanyi sampai setengah, dia spontan melirik Theresia. Namun, tatapan Theresia sedang tertuju pada sisi layar, entah apa yang sedang dia pikirkan.Orang lain sedang beronar dan juga tertawa. Dia malah duduk di sana, tapi seolah-olah suara tawa semua orang juga tidak bisa mendekatinya.Roger tidak tahu sebenarnya dia menyukai Theresia atau merasa iba terhadap Theresia, hatinya terasa sedikit perih dan luluh. Perasaannya pun ikut larut ke dalam lagu, membuat nyanyiannya semakin penuh emosi.Begitu Roger selesai bernyanyi, semua orang serentak bertepuk tangan dan bersorak.Roger memalingkan kepalan
Larissa sudah memesan ruangan VIP di Nine Street Mansion. Mereka semua mengendarai mobil ke sana. Berhubung sedang Hari Raya, seluruh Kota Jembara diterangi oleh lampu kelap-kelip. Lampu warna-warni kelihatan indah. Suasana pun terasa sangat meriah. Suasana itu bisa dirasakan meskipun hanya sedang duduk di dalam mobil.Saat Theresia menatap lampu di luar sana, dia tiba-tiba kepikiran orang itu. Merindukannya telah menjadi kebiasaan yang melekat di dalam dirinya.Apa dia sedang merayakannya di sana? Sepertinya tidak, selama ini dia tidak memedulikan festival seperti ini. Apa dia … akan merindukan Theresia?Theresia menurunkan kelopak matanya sembari tersenyum menyindir. Dia pasti tidak akan melakukannya. Masalah percintaan bukanlah apa-apa baginya.Masa selama Hari Raya sudah merupakan batas maksimal yang bisa dia berikan. Theresia mengangkat kepalanya untuk melihat ke luar jendela. Dia memandang ke sisi langit gelap, lalu melihat ke tempat yang lebih jauh lagi. Dia berharap semoga dib