 LOGIN
LOGIN



Rose berucap, “Lumayan, dia kompeten dan juga pintar. Aku juga semakin cocok sama dia.”“Waktu itu, dia bersamamu pergi menemui Stephen?” tanya Sonia.Rose mengiakan, lalu menceritakan kembali masalah Stephen dan Luciana memintanya untuk membuat desain cincin. Kening Rose berkerut ketika berkata, “Sekarang aku nggak mengerti siapa yang ambil foto itu. Kenapa Stephen nggak bersedia buat angkat telepon?”Stephen tidak memiliki alasan untuk berbuat seperti ini. Jika masalah itu terbongkar, Luciana pasti akan merasa sangat marah. Bisa jadi, pernikahannya akan batal. Dia tidak mungkin mencelakai dirinya sendiri.Sonia berpikir sejenak, lalu menelepon Frida, “Tolong bantu aku untuk masuk ke CCTV kafe seberang studio, carikan rekaman CCTV hari Kamis, ya.”Sonia mengatakan jamnya.Frida pun menyetujuinya dengan cepat. Dia mengatakan bahwa dia akan segera menyelidikinya.“Apa belakangan ini kamu sudah menyinggung seseorang?” tanya Sonia.Rose berpikir sejenak. “Kalau soal menyinggung, sepertiny
Bahkan reporter juga merasa antusias. “King!”“Apa benar kamu itu Nona King?”Sonia mengangguk sedikit kepalanya, lalu melihat Luciana. “Menurutmu, kira-kira kekasihmu akan suap Rose berapa?”Luciana tiba-tiba merasa gugup ketika dihadapkan dengan tatapan dingin Sonia. Dia bahkan tidak berani untuk berbicara terlalu kuat, melainkan bergumam, “Seharusnya 400-600 juta!”Luciana juga tidak bodoh. Jika diberi terlalu banyak, bukannya lebih baik uang itu untuk membeli berlian? Luciana sangat memahami Stephen. Dia adalah seorang pebisnis yang mana paling pintar dalam perhitungan!“Kalau begitu, berapa biaya desain cincin Rose?” tanya Sonia.Luciana mengetahui soal itu. Dia menjawab dengan sangat cepat, “Lima ratus juta!”“Kalau Rose mengambil 400 juta dari kekasihmu, lalu sengaja mendesain cincin yang jelek buat kamu, besar kemungkinan kamu akan merasa marah dan nggak akan bekerja sama dengan Rose. Jadi, Rose juga bisa mendapatkan uang dari jasanya. Kenapa dia nggak mengambil uang secara ter
“Dia nggak pernah mencariku!” Luciana memelototinya, menatap Rose dengan emosi. “Apa lagi persekongkolan kalian? Saat pertemuan waktu itu, kamu ingin menggoda kekasihku di hadapanku. Jangan kira aku nggak menyadarinya!”Raut wajah Rose menjadi pucat. Dia membuang foto ke atas meja, lalu berkata dengan dingin, “Ngomong itu mesti pakai bukti. Kamu jangan sembarangan menuduh orang. Aku bisa gugat kamu!”“Ini buktinya!” Luciana menunjuk foto di atas meja. Dia tidak berniat untuk mengalah sama sekali.Rose menarik napas dalam-dalam, lalu berkata dengan menahan amarahnya, “Mengenai masalah aku menerima uang Tuan Stephen atau nggak, Tuan Stephen yang paling jelas. Kamu telepon dia saja. Semuanya juga akan jelas!”“Meskipun kamu nggak ingatkan, aku juga akan telepon dia. Biar kita lihat bagaimana kebohonganmu terbongkar!” Luciana melirik Rose dengan tatapan sinis, lalu mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Stephen.Suara dering tidak berhenti berbunyi. Hanya saja, tidak ada yang mengangkat
Orang di dalam foto adalah Rose dan Stephen. Mereka sedang berada di kafe seberang studio. Stephen mendorong selembar kartu untuknya.Pemilihan sudut pandang pengambilan foto sangat bagus. Kelihatannya mereka berdua sedang melakukan negosiasi saja. Ada juga selembar foto di mana Stephen meninggalkan tempat dengan tersenyum lebar dan melambaikan tangannya ke sisi Rose, seolah-olah tujuannya sudah tercapai saja.Rose mengeluarkan ponsel untuk menghubungi Stephen. Namun setelah dihubungi sebanyak dua kali, panggilan tetap tidak diangkat.Tiba-tiba Rose menerima sebuah panggilan masuk. Panggilan itu berasal dari asistennya, Shinta.Rose merasa syok dan langsung mengangkatnya. “Kak Rose, celaka. Di internet ada kabar kamu menerima suap dari klien. Sekarang Nona Luciana juga datang ke studio. Dia bahkan datang bersama reporter, katanya ingin mengekspos wajah aslimu. Sekarang aku lagi jelaskan sama dia, tapi dia nggak mau dengar!”Rose berucap, “Aku akan segera ke sana. Kamu tenangkan dia du
Rose masih saja menggeleng. “Aku benar-benar nggak pengen ke sana!”Devin menatapnya. “Apa gara-gara aku?”Rose tidak berbicara.Devin bertanya, “Apa kamu sudah terima bunga pemberianku hari ini?”Kening Rose berkerut. “Aku sudah kasih orang lain. Lain kali kamu jangan kasih lagi!”Terlihat rasa kecewa di dalam tatapan Devin. Dia menunduk dengan muram. “Setelah aku pikir-pikir, aku tidak pernah kasih kamu bunga, makanya aku paham kenapa kamu bisa meninggalkanku.”Rose berkata dengan nada datar, “Aku nggak pernah perhitungan soal itu.”“Aku tahu.” Tatapan Devin kelihatan muram ketika menatap Rose. “Aku tahu kamu itu gadis yang baik. Aku yang tidak melakukan hal yang seharusnya dilakukan seorang kekasih.”Serpihan bunga willow beterbangan dan jatuh di helaian rambut dekat telinga Rose. Devin tanpa sadar mengulurkan tangan untuk menyingkirkannya.Rose sedikit tertegun, lalu segera mundur selangkah.Devin menurunkan tangannya dengan canggung. “Ester sudah mengundurkan diri!”Rose berucap,
Sarima berkata dengan tidak peduli, “Tidak apa-apa, menantuku akan membawa kembali istrinya kepadaku!”Rose merasa gusar hingga ingin mengakhiri panggilan. Dia menggigit bibirnya, lalu berkata dengan suara rendah, “Ibu, apa kamu nggak merasa perkembangan hubunganku dengan Juju terlalu cepat?”Sarima menyesap teh, lalu berkata dengan lembut, “Rose, apa kamu merasa bahagia sekarang?”Rose mengangguk tanpa ragu.“Gimana kalau dibandingkan saat bersama Devin?”Rose berpikir sejenak, lalu mengangguk. “Bukannya bagus!” Sarima tersenyum tipis. “Kalau kamu bahagia, itu berarti kamu suka sama Juno. Perasaan cinta itu datangnya seperti badai. Kamu tidak akan diberi waktu untuk berpikir sama sekali. Lagi pula, Juno sudah menunggu sangat lama. Mungkin semua ini tergolong cepat bagi kamu, tapi semuanya sudah tergolong sangat lama baginya!”Rose pun tertawa, lalu berbaring di atas sofa. Hatinya sungguh berbunga-bunga.Sarima melanjutkan, “Kamu memang anak seni, tapi jangan berpikir kebanyakan, tida








