Wajah Louis seketika memucat. Dia tidak mengerti kenapa Jason bisa semarah ini, tapi dia segera tersenyum dan berkata, “Iya, aku sudah minum kebanyakan, sudah mabuk. Kak Jason jangan masukkan ke hati, ya!”Saat ini Sera yang ditelepon Jessy sudah masuk ke dalam ruangan. Dia pun bertanya dengan penuh hati-hati, “Apa yang sudah terjadi?”Selesai Sera berbicara, tatapannya tak sengaja tertuju pada diri Jason. “Pak Jason, kamu lagi di sini, ya!”“Emm, Pak Louis traktiran, makanya aku bisa ada di sini,” ucap Jason.Sera menoleh ke sisi Louis. “Sonia adalah karyawan baru. Kalau dia sudah menyinggung Pak Louis, jangan masukkan ke hati, ya.”Ketika mengetahui Jason begitu melindungi Sonia, mana mungkin Louis berani mempermasalahkan masalah ini lagi. Dia pun terpaksa berkata, “Nggak masalah!”Mengenai tamu-tamu lainnya, setelah melihat Louis tidak berani mempermasalahkan masalah ini, mereka juga tidak berani bersuara lagi.Jason menatap Sonia, lalu berkata, “Keluar!”Tatapan Jessy langsung tert
“Jangan!”…Setelah keluar dari ruangan, Sonia masih memikirkan apa yang dikatakan Jason tadi. Ternyata dalang di balik perampokan itu adalah Hana. Sonia memang sempat mendengar percakapan Reza di telepon ketika membahas masalah pelaku perampokan. Hanya saja, berhubung Reza tidak mengatakan apa-apa, Sonia pun mengira pelakunya masih belum ditemukan. Ternyata Reza sudah berhasil menemukan dalangnya, dan bahkan sudah menghukum Hana.Kenapa Reza tidak mengatakannya?Sonia bersandar di dinding. Hatinya terasa sangat sedih. Dia mengeluarkan ponsel ingin menghubungi Reza untuk berterima kasih padanya. Namun Sonia merasa ragu, dan pada akhirnya dia mengurungkan niatnya untuk menelepon Reza.Masalah sudah berlalu lama, mungkin saja Reza sudah melupakannya. Namun Sonia akan mengingat masalah ini, dan dia akan mencari kesempatan untuk membalas kebaikannya.Setelah kembali ke ruang istirahat, kebetulan Jessy dan yang lainnya juga sedang berada di sana. Mereka semua sepertinya sudah mendengar apa
Jason berbicara pada orang di sampingnya, “Panggil Louis kemari. Bilang saja Reza cari dia!”Orang itu segera mengiakan, dan langsung melaksanakan perintah.Tak lama kemudian, Louis berjalan masuk ke ruangan dengan tersenyum hormat. “Kak Reza, kamu cari aku!”Reza membalas, “Emm!” Kemudian, terdengar suara, “Kemari!”“Baik!” Louis berjalan mendekat, lalu berkata, “Sudah lama aku nggak bertemu Kak Reza. Ayahku sungguh berterima kasih atas bantuan Kak Reza waktu itu. Dia ingin traktir kamu makan.”Raut wajah Reza terlihat datar. “Apa kamu punya rokok?”Louis segera mengeluarkan sebatang rokok dari sakunya, dan menyerahkannya kepada Reza. Kemudian, dia mengambil korek api di atas meja dan menyalakannya.“Apa begini caranya menyalakan rokok?”Tiba-tiba terdengar suara sinis Reza. Kemudian, Reza mengangkat kakinya dan menendang dada Louis.Louis ditendang hingga mundur beberapa langkah, dan menabrak dinding dengan kuat. Dia pun terjatuh sambil memegang bagian dadanya yang terasa sakit itu.
Apa karena masalah rokok? Jadi Reza sedang bantu Sonia untuk balas dendam?Ekspresi kesal seketika terlihat di wajah Reza. Dia pun memelototi Jason. “Kalau nggak ada urusan lagi, pergi sana!”“Apa kamu risi sama aku? Ini namanya habis manis sepah dibuang!” Jason tersenyum. “Sonia, hari ini kamu nggak perlu lakukan apa-apa. Tugasmu hanya menghibur Reza saja. Mulai sekarang, kamu adalah adikku. Aku akan menjagamu!”Reza mengerutkan keningnya. “Siapa juga yang ingin jadi adikmu?”Jason lanjut menyindir, “Apa kamu cemburu?”Raut wajah Reza semakin muram lagi. Saat dia hendak bersuara, Sonia yang berada di samping langsung melanjutkan, “Jason, apa benar apa katamu?”Tanpa berpikir, Jason langsung menjawab, “Tentu saja!”Sonia berbicara dengan lembut, “Aku panggil Pak Reza dengan sebutan Paman. Kalau aku jadi adikmu, bukankah kamu juga harus memanggilnya Paman?”Tiba-tiba Jason tertegun.Reza diam-diam tersenyum sambil menatap Jason dan berkata, “Ayo cepat, panggil aku Paman!”Jason mengeksp
Entah siapa yang menutup lampu sebelah sini, saat orang-orang sedang ricuh di ujung sana, mereka berdua pun masih saling berciuman hingga ngos-ngosan.Beberapa saat kemudian, terdengar suara jerit kegirangan lantaran ada yang memenangkan permainan.Sonia pun terkejut dan segera menghentikan gerakannya. Wajahnya memerah, dan dia langsung menundukkan kepala untuk menyembunyikan rasa canggungnya.Reza menahan pinggang Sonia. Dia berusaha menenangkan dirinya sebelum berkata, “Kalau ada tamu yang punya permintaan seperti ini, apa kamu akan menyetujuinya?”Sonia mengerutkan keningnya, dan berbicara dengan suara seraknya, “Aku bukan wanita penghibur.”“Jadi untuk apa kamu bekerja di sini?” Dapat terdengar kekesalan di dalam suara si lelaki. “Apa kamu kira akan aman untuk jadi pelayan di sini? Coba kamu tanya rekan kerjamu yang sudah lama bekerja di sini? Bagaimana hubungan mereka dengan tamu langganan mereka?”Setelah beberapa hari bekerja di sini, Sonia pun mengerti. Seperti sii Susan yang p
Sonia mengerutkan keningnya. “Aku masih kerja.”“Nggak ada yang berani menahanmu!” Reza tersenyum, lalu langsung menggendong Sonia, dan berjalan pergi.Orang-orang di dalam ruangan seketika melirik ke sisi Reza dan Sonia. Sonia merasa malu, langsung melompat dari pelukan Reza. Dia menarik napas dalam-dalam, berjalan keluar ruangan dengan berlagak tenang.Jason pun berdiri dan tersenyum pada Reza.Reza spontan meliriknya. “Aku pergi dulu. Kalian main sana. Hari ini aku yang bayar!”Teman-teman akrab Reza lainnya juga spontan bersorak, “Terima kasih, Kak Reza!”“Kak Reza, jaga kesehatan, ya!”…Reza menunggu beberapa saat di area istirahat. Tak lama kemudian, tampak Sonia yang sudah mengganti seragamnya sedang berjalan ke sisinya. Sonia terlihat mengenakan kaos berwarna abu-abu dengan celana pendek berwarna putih. Penampilan Sonia membuatnya terlihat semakin mirip dengan anak SMP saja.Tanpa berbasa-basi, Reza langsung menggenggam tangan Sonia, dan membawanya ke sisi lift.Setelah keluar
Setelah Reza bangun, Sonia pun baru mulai melebarkan kedua matanya. Dia menoleh menatap teriknya sinar matahari di luar jendela. Sonia pun bangkit dan meregangkan tubuhnya.Hanya saja ketika Sonia hendak menuruni ranjang, dia pun menyadari bahwa kedua kakinya terasa lemas hingga hampir terjatuh.Begitu mengangkat kepalanya, tampak Reza yang berada di depan pintu kamar mandi sedang tersenyum padanya. Saat ini Reza hanya membalut bagian bawah tubuhnya dengan handuk. Dia baru saja selesai membasuh tubuhnya, bahkan masih tampak bulir-bulir air di atas wajahnya.Wajah Sonia langsung memerah. Dia mengambil bantal dari atas ranjang, dan melemparkannya ke sisi Reza. Dia pun berteriak dengan mengerutkan keningnya, “Jangan ketawa!”Reza menangkap bantal dan berjalan mendekati Sonia. Dia lalu menggendong Sonia ke dalam kamar mandi. “Aku bukan sedang menertawakanmu, aku cuma tersenyum saja!”Sonia pun terdiam membisu.Robi sudah mengutus pelayan untuk mengantar pakaian ganti dan sarapan untuk mere
Jason tersenyum nakal. “Dari nada bicaramu, sepertinya kamu sudah dipuaskan semalam?”“Diam!” marah Reza yang sedang diam-diam tersenyum. “Rumahmu di Imperial Garden kosong, ‘kan? Untuk sementara waktu ini, temanku akan tinggal di sana.”Jason menyindir, “Jangan-jangan teman yang kamu maksud adalah Sonia? Kamu tinggal di lantai atas, sedangkan dia tinggal di lantai bawah. Terkadang bisa saling ke rumah satu sama lain. Kalian memang pintar, ya!”“Bukan dia!” Reza malas bicara panjang lebar dengan Jason lagi. “Pokoknya aku sudah beri tahu kamu. Aku masih ada rapat, aku tutup dulu!” Setelah mengakhiri panggilan, Reza meletakkan ponselnya, dan mulai membaca dokumen di atas meja.Di luar ruangan Presdir, Celine memeluk setumpukan dokumen, dan dia pun bertemu dengan seorang asisten yang sedang mondar-mandir di depan pintu.“Gina!” sapa Celine. “Apa kamu mau cari Pak Reza? Kenapa kamu nggak masuk?”Gina menoleh lalu berkata dengan mengerutkan keningnya, “Ini ada dokumen dari kantong cabang A
“Sudah hampir pukul sembilan!”Sonia mengerutkan keningnya dengan kesal. “Tadinya aku berencana bangun pagian untuk pergi ke rumah. Tandy sudah hampir ujian akhir semester. Aku ingin memeriksa bagian mana yang ketinggalan, biar bisa beri bimbingan belajar buat dia.”Sonia menengadah kepalanya menatap Reza, lalu berkata dengan tersenyum, “Aku ini bukan guru bimbel yang bertanggung jawab. Untung saja Kak Diana nggak marah.”Reza mencubit pipi Sonia. “Kamu itu guru bimbel yang direkrut dengan susah payah. Meski dia marah, dia juga bisa memendamnya saja.”“Kamu malah berani ngomong lagi! Dia melakukannya juga demi kamu!” dengus Sonia dengan ringan.“Kalau begitu, demi balas budi kepada Kak Diana, aku pergi ajari Tandy saja?”Sonia kepikiran dengan gambaran paman dan keponakan yang sedang mengajar dan belajar itu. Tiba-tiba dia tertawa.Reza menggendong Sonia. “Hari ini kita tidak pulang. Kamu sudah sibuk gara-gara masalah Hallie. Hari ini kita tidak usah melakukan apa-apa, kita kembali ke
“Jangan kemari. Kalau tidak, kalian bukan hanya tidak bisa dirawat di rumah sakit saja, kalian bahkan tidak bisa tinggal di Kota Jembara lagi!” Nada bicara Reza terdengar datar. “Aku sudah cukup memberi kalian muka dengan membiarkan kalian tinggal di Kota Jembara. Seharusnya kamu mengerti!”“Aku mengerti! Aku mengerti!” Hendri berkata, “Aku tahu apa yang sudah aku lakukan. Aku mengerti kalau kamu berbelas kasihan kepada kami!”“Kalau kamu mengerti, mohon jauhi Sonia. Jangan ganggu dia lagi!”“Tuan Reza!” Hendri berkata dengan buru-buru, “Waktu itu aku mengantar Sonia untuk melakukan pernikahan bisnis dengan Keluarga Herdian. Sekarang hubungan kalian sebaik ini. Aku tergolong telah berbuat baik. Bisakah dilihat dari masalah itu, kamu membantuku sekali lagi?”Kening Reza berkerut. Dia berkata dengan suara dingin, “Kenapa Sonia bisa punya ayah sepertimu!”Hendri sungguh merasa malu. “Aku tidak menjadi seorang ayah yang baik. Aku sungguh bersalah pada Sonia. Aku berharap kelak aku memiliki
“Meskipun jelek, aku tetap menyukainya!” Reza memeluk Sonia ke dalam pelukannya. “Aku tahu masalah hari ini di luar dugaan, tapi kalau kejadian ini terulang lagi, aku berharap kamu tidak maju ke depan lagi!”Bagaimana kalau barang itu adalah bom? Siapa tahu ….Sonia memiringkan kepalanya bersandar di pundak Reza. “Waktu itu, aku nggak berpikir terlalu banyak. Cella menargetkanku. Nggak mungkin aku melibatkan Hallie.”“Cella memang bodoh. Padahal dia tahu alasan Keluarga Tamara bisa menjadi seperti sekarang, dia masih saja berani untuk tidak melepaskanmu!” Tatapan Reza kelihatan dingin. “Dia itu takut aku akan melupakannya. Bagus juga dia bisa datang, aku tidak akan melepaskannya lagi!”Sonia tidak menganggap masalah Cella. “Cukup usir dia dari Kota Jembara saja. Jangan kotori tanganmu demi dia.”“Aku akan mengatasinya!” Reza mengecup wajahnya. “Tidurlah!”Sonia berbaring di atas ranjang. Reza juga ikut berbaring di sisinya. Dia meniup punggung tangan Sonia sembari merangkul Sonia ke da
Aska memelototinya. “Saat siang tadi, kamu bilang kamu bisa mengambil keputusan!”Jemmy berkata dengan lantang, “Kamu malah percaya sama omonganku agar kamu menemaniku main catur?”Aska terdiam membisu.Jemmy tersenyum. “Jujur saja, kamu juga tahu sendiri temperamen Morgan. Apa kamu tidak takut Hallie akan menderita nantinya?”“Tidak takut. Aku merasa tenang bisa menikahkannya dengan keluargamu!” balas Aska.“Kamu baru saja menemukan Jeje. Sekarang kamu malah buru-buru ingin menikahkannya. Sebenarnya apa yang sedang kamu pikirkan?” Jemmy tersenyum dingin.Aska segera berkata, “Aku hanya ingin menetapkannya saja. Tentu saja aku tidak buru-buru dalam soal pernikahan.”“Tenang saja, cucuku itu masih belum punya pacar! Biarkan Julia pulang dulu, tes DNA lebih penting!” balas Jemmy.Saat mengungkit soal Julia, Aska pun tidak berbicara lagi.Di sisi tangga, Hallie yang sudah mengganti pakaian baru dan hendak menuruni tangga kedengaran perbincangan mereka berdua. Dia menggigit bibirnya dan ke
Setelah tiba di bawah gedung apartemen, Theresia mengambil tasnya dan menuruni mobil. “Mengenai isi perbincangan hari ini, aku akan suruh anggotaku untuk memasukkannya ke dalam kontrak. Saat hari Senin nanti, aku akan kirimkan kontrak perpanjangan untuk kami. Setelah kamu baca dengan saksama, kamu baru kirim kembali kepadaku.”“Baik!” Roger tersenyum lembut.Roger ikut menuruni mobil. Dia melihat wanita yang sedang berpamitan dengannya, lalu spontan berkata, “There, kita sudah kenal selama ini. Seharusnya kamu mengerti perasaanku kepadamu, bisa tidak kamu beri aku satu kesempatan?”Roger mengeluarkan sebuah cincin berlian dari dalam sakunya. “Cincin ini sudah lama bersamaku, tapi aku nggak punya keberanian untuk mengutarakan perasaanku. There, hari ini mungkin aku sedikit gegabah, tapi aku pasti bukan impulsif!”Cuaca hari ini sangat dingin. Lampu jalan memancarkan cahaya dingin, memancar ke atas berlian. Bahkan, berlian itu juga terasa sedikit dingin.Theresia berkata dengan suara lem
Morgan mengangguk. “Kalau begitu, kita pulang dulu!”Sonia berpesan, “Jangan beri tahu Kakek!”“Aku mengerti!” balas Morgan, lalu membalikkan tubuhnya pergi mengendarai mobilnya. Hallie berpamitan dengan Sonia, Theresia, dan yang lain, kemudian memasuki bangku samping pengemudi.Saat Theresia melihat mobil berjalan pergi, dia mengalihkan pandangannya, lalu bertanya pada Sonia, “Apa tanganmu sakit?”“Nggak sakit lagi. Hanya luka kecil saja. Kamu juga cepat pulang sana!” Sonia tersenyum tipis.Theresia berkata dengan khawatir, “Cella memang gila. Meski dia telah dibawa ke kantor polisi, dia juga nggak akan ditahan terlalu lama. Kamu sendiri mesti lebih hati-hati. Orang seperti itu biasanya akan melakukan hal tanpa memperkirakan akibatnya.”“Aku akan melakukannya!” balas Sonia.“Kalau begitu, aku pergi dulu!” Theresia melambaikan tangannya kepada Sonia. Dia memalingkan kepalanya melihat Roger. “Ayo, kita pergi.”Reza baru kembali dari menelepon. Dia berkata pada Sonia, “Kita ke rumah saki
Sonia segera membalikkan tubuhnya. Dia menyadari di bawah cahaya gelap, sesosok bayangan tubuh menerjang ke sisinya dengan memegang dua botol asam sulfat di tangannya. Satu di kiri dan satu di kanan. Kemudian, dia melemparkannya satu per satu ke sisi Sonia dan yang lain.“Sayang!” Reza segera berlari menarik Sonia ke dalam pelukannya. Dia menggunakan mantelnya untuk membungkus Sonia.Pada saat bersamaan, tubuh besar Morgan juga berdiri di depannya. Ketika melihat Sonia ditarik pergi oleh Reza, dia langsung menarik tangan Theresia, memutarkan tubuhnya melindungi Theresia di dalam pelukannya.Pada akhirnya, hanya tersisa Hallie sendiri. Dia melihat dengan mata kepalanya sendiri botol asam sulfat di depan wajahnya.“Hallie!” Sonia mendorong Reza, langsung melompat untuk menendang botol asam sulfat, kemudian jatuh menindih di atas tubuh Hallie.Botol asam sulfat yang satu lagi melayang bergesekan dengan kepala mereka berdua, lalu menghantam ke atas mobil Reza. “Bamm!” Terdengar suara ledak
Saat Morgan kembali ke ruangan VIP, Reza pun telah tiba.Tadinya Hallie duduk di samping Sonia. Begitu Reza datang, dia pun langsung duduk di samping Morgan.Saat melihat Morgan telah kembali, Hallie segera berkata dengan tersenyum, “Kak Morgan, masakan sudah datang, rasanya benar-benar enak!”Morgan tidak membalas, melainkan melihat Reza. “Kapan kamu datangnya?”“Baru saja!” Reza tersenyum tipis, lalu menuangkan segelas alkohol untuk Morgan. “Arak hasil fermentasi Bos. Coba dicicip!”Sonia berkata, “Aku juga ingin minum!”Reza menuangkan setengah gelas untuk Sonia. “Cuma segini saja.”Daripada tidak ada, Sonia juga tidak boleh serakah. Dia menuangkan setengahnya ke gelas Hallie. “Sebelumnya saat di Istana Fers, aku lihat kamu jago minum. Cuaca sudah dingin. Ayo, kita minum bersama untuk menghangatkan tubuh.”Hallie tersenyum malu. “Aku itu memaksakan diriku buat minum. Sebenarnya aku gampang mabuk.”Mereka minum sembari mengobrol. Saat Reza mengobrol dengan Morgan, dia juga tidak lupa
Theresia mengangkat pandangannya dan tersenyum lembut. Seketika seperti angin musim semi yang membuat bunga-bunga bermekaran.Setelah menghabiskan sebatang rokok, Morgan melangkah ke sisi restoran. Saat melewati jendela sebelah, dia menoleh sekilas, ternyata adalah seorang pria. Dia juga mengenakan sweater biru dan kelihatan sangat muda.Setelah sekilas pandang, Morgan mengalihkan pandangannya kembali, lalu melanjutkan langkahnya.Sesampainya di dalam restoran dan melewati koridor, tiba-tiba pintu kayu di sebelah kanan terbuka. Morgan mengangkat kepalanya dan matanya berpapasan dengan mata gadis yang keluar dari pintu. Satunya kelihatan syok, sedangkan yang satu lagi menatap dengan tatapan penuh makna.Setelah mereka kencan buta, mereka tidak pernah saling berhubungan lagi. Hari ini adalah pertama kalinya mereka bertemu lagi.Ternyata selama berada di satu kota, pasti akan ketemu.Theresia duluan bersuara, “Kamu masih belum pergi?”Seingat Theresia, Morgan mengatakan dia hanya akan tin