Matias menambahkan, "Satu lagi. Kalau kamu berani minum lagi, aku sendiri yang akan menyeretmu pulang dan menghukummu tiga hari sampai kamu tidak bisa bangun dari ranjang!"Setelah itu, Matias menunggu sejenak. Berhubung tidak ada suara dari dalam, dia pun berbalik dan pergi.Di dalam kamar, Ranty duduk di lantai sambil bersandar pada pintu. Begitu mendengar suara pintu tertutup, air mata yang ditahannya akhirnya jatuh mengalir deras dari matanya. Dia menatap langit-langit dan membiarkan air matanya mengalir tanpa henti.....Sabtu pagi, Sonia sedang mengajar Tandy. Sewaktu istirahat, Tandy berujar, "Senin sore, ada pertemuan orang tua. Orang tuaku tidak ada di rumah, jadi kamu saja yang datang."Sonia menatapnya, lalu bertanya, "Pertemuan orang tua untuk apa?"Tandy menjawab dengan tenang, "Aku juara pertama olimpiade matematika satu kota. Guru mau mengadakan acara penghargaan untuk memotivasi murid lain."Sonia memutar matanya sebelum bertanya, "Juara pertama? Dari atas atau bawah?"
Setelah selesai mengajar, Sonia pergi ke lantai atas untuk mencari Reza. Dia mengetuk pintu dan masuk. Sonia melihat Reza sedang duduk di belakang meja dekat jendela sambil membaca buku.Saat melihatnya masuk, Reza bertanya sambil tersenyum, "Kenapa harus ketuk pintu? Masih anggap dirimu orang luar?"Sonia membawa semangkuk sup sarang walet dengan gula batu, lalu meletakkannya di atas meja. Ekspresinya lembut dan tenang ketika berujar, "Bibi yang suruh orang mengantarkan ini, minumlah!"Reza membalas sambil tersenyum, "Maksud Ibu itu supaya kesehatanmu terjaga dengan baik, biar dia bisa segera punya cucu. Kalau dia tahu sup yang dimasaknya setiap kali diminum olehku, pasti dia bakal marah dan tidak mau bicara sama aku lagi."Sonia menimpali, "Nggak akan. Aku yang minta kamu minum. Kalau mau marah, dia seharusnya marah padaku."Reza menggenggam tangannya, lalu menariknya agar duduk di pangkuannya. Pria itu melingkarkan kedua tangan di pinggang Sonia yang ramping dan memberi tahu, "Dia m
Reza berucap tegas dengan nada tidak berubah, "Tidak, siang juga milikku!"Ranty hampir kehilangan akal karena marah. Dia memarahi, "Reza, jangan terlalu posesif seperti ini!"Sonia mendengar perdebatan mereka dan tak bisa menahan tawa. Kemudian, dia berkata kepada Ranty, "Jangan marah. Aku ada di rumah Keluarga Herdian. Datang saja untuk menjemputku.""Hore!" Ranty langsung girang dan merasa menang dari Reza. Dia menambahkan, "Memang Sonia yang paling baik! Tunggu aku, aku akan segera sampai!"Setelah telepon ditutup, Reza menatap Sonia tanpa berkedip. Dia berbicara dengan kesal, "Kita sudah sepakat hari ini akan pulang ke Green Garden. Max dan Bibo sudah kangen sama kamu."Soniai mendekat dan memeluknya, lalu memberi tahu, "Ranty sama Matias belum baikan. Aku mau menemaninya. Malam nanti, kita baru pulang ke Green Garden saja."Reza hanya bisa pasrah. Dia menunduk untuk mencium kening Sonia dan mengingatkan, "Jangan minum alkohol. Kalau mau minum, nanti kita minum bareng di rumah."S
Kartika berujar dengan marah, "Sonia, dengarlah apa yang dia bilang!"Matias berjalan mendekat dan menghentikan Ranty, "Ranty, ayo kita bicara."Ranty menatapnya dengan dingin, lalu membalas, "Aku nggak mau bicara. Lagian, nggak ada yang perlu dibicarakan!"Kartika menjadi makin marah. Dia bertanya, "Apa maksudmu nggak ada yang perlu dibicarakan? Kamu benar-benar mau putus sama Matias? Kalian sudah bersama selama 8 tahun loh. Masa kamu nggak mau tanggung jawab?"Ranty menjawab dengan dingin, "Dia sudah berkorban 8 tahun, aku juga sama! Kenapa harus aku yang tanggung jawab?""Soalnya kamu yang bertingkah!" balas Kartika.Raut wajah Ranty yang cantik berubah dingin ketika menimpali, "Terserah Ibu mau bilang apa. Pokoknya aku mau putus. Urusan membatalkan pertunangan, Ibu urus sendiri saja. Kalau aku disuruh pulang cuma untuk ini, aku akan pergi sekarang."Sambil berkata, Ranty menarik tangan Sonia untuk pergi. Namun, Sonia malah memegang pergelangan tangannya sambil berujar, "Ranty, ini
Matias menambahkan, "Aku sering mengalami insomnia. Bahkan ketika akhirnya tertidur, aku selalu bermimpi buruk yang sama. Di mimpiku, kita lagi mengadakan pernikahan, lalu kamu berjalan ke arahku tapi tiba-tiba menghilang."Pria itu melanjutkan, "Selama dua tahun Sonia di luar negeri, kita jarang bertemu. Kamu lebih sering berada di samping Sonia. Sesekali kamu pulang, tapi cuma untuk mengurus urusan kantor, lalu pergi lagi dengan terburu-buru."Matias berujar, "Setelah Sonia pulang, kamu baru benar-benar tinggal bersamaku. Tapi, aku sudah tidak berani lagi membicarakan pernikahan.""Seolah-olah selama Sonia dan Reza belum menikah, hubungan kita juga tidak akan stabil. Rasa kecewa yang menghancurkanku tiga tahun lalu, tidak mau kurasakan lagi," jelas Matias.Ranty yang awalnya terkejut, kini mendengarkan dengan air mata mengalir. Suaranya tersendat ketika bertanya, "Kenapa kamu nggak memberitahuku lebih awal?"Matias menjawab, "Aku kira cuma aku yang peduli sama pernikahan yang batal i
Ranty turun dari lantai atas. Dia langsung ditatap oleh orang tuanya. Kartika dan Nelson memeriksa ekspresi Ranty dan mencoba menebak bagaimana hasil pembicaraan mereka. Melihat matanya sedikit bengkak, mereka khawatir bahwa pembicaraan itu tidak berjalan baik.Kartika dan Nelson pun saling memandang dengan cemas, sementara Sonia tetap tenang duduk di meja makan dan menikmati kue.Wajah Ranty tidak berekspresi. Meski tidak lagi marah seperti sebelumnya, sepertinya dia tidak terlihat terlalu senang juga.Ranty duduk di depan Sonia, lalu memberi tahu, "Aku akan nikah. Seperti yang sudah kita bicarakan sebelumnya, kamu harus jadi pengapitku!"Ketiga orang di ruangan itu serempak menoleh untuk menatapnya. Ranty melirik Kartika, lalu bertanya, "Kenapa? Kalian nggak senang?"Kartika terlihat kaget ketika berujar, "Aku mungkin terlalu senang sampai bingung. Kamu yang lamar Matias ya?"Ranty bertanya seraya mengernyit, "Kenapa harus aku yang lamar? Bukannya seharusnya dia yang lamar?"Sonia ik
Sonia merespons sambil tersenyum lembut, "Kalau begitu, aku ucapkan selamat lebih awal untuk kalian!"Mata Ranty berbinar-binar. Dia merangkul bahu Sonia sambil berujar, "Gimana kalau kamu dan Reza menikah bareng kami? Bayangkan saja kita menikah di hari yang sama, pasti seru banget!"Sonia terdiam sejenak, lalu membalas sambil tersenyum, "Nggak usah, biarkan hari itu sepenuhnya menjadi milikmu dan Kak Matias saja."Ranty tahu perasaan Sonia, jadi dia tidak mau memaksa. Dia hanya berujar, "Kalau nanti kamu nikah, aku juga akan menjadi pengapitmu!"Sonia menatapnya dengan mata jernih. Dia membalas, "Oke!"....Setelah berbaikan dengan Matias, Ranty terlihat cerah kembali seperti mendapatkan sinar di matanya. Kepribadiannya kembali ceria seperti dulu.Sonia sadar bahwa mereka pasti ingin menghabiskan waktu bersama karena baru saja berbaikan. Jadi setelah makan, Sonia pamit lebih awal.Tanpa memberi tahu Reza, Sonia langsung menuju Green Garden. Mobil Keluarga Atmojo yang mengantarnya pul
Saat Kelly dan Cervin tiba, hanya ada Gerald dan asistennya di ruangan. Gerald berdiri untuk menyapa Cervin, lalu sekilas melirik ke arah Kelly dengan sedikit rasa waspada.Kelly baru saja duduk ketika pintu ruang rapat terbuka. Herry berdiri di samping pintu dengan sikap hormat. Dia berujar, "Pak Jason, silakan masuk!"Semua orang di ruangan berdiri serentak. Gerald berucap sambil tersenyum lebar, "Selamat sore, Pak Jason dan Pak Howard!"Jason duduk di kursi utama tanpa menunjukkan ekspresi apa pun. Dia bahkan tidak melirik Kelly sedikit pun. Sebaliknya, Howard menyapa Kelly dengan santai, "Kelly, senang bertemu denganmu lagi!"Kelly menyapa sambil tersenyum, "Halo, Pak Howard!"Gerald duduk di kursinya dengan gelisah. Herry yang duduk di samping Jason pun berucap sambil tersenyum, "Selama ini, Pak Gerald dan Bu Kelly sudah menghentikan semua pekerjaan lain dan fokus sepenuhnya untuk membuat draf awal desain gedung.""Kami awalnya cuma mau menunjukkan hasilnya ke Pak Howard, tapi tid
Tiba-tiba Morgan bertanya, “Kenapa kamu tidak pacaran?”Theresia tertegun oleh pertanyaan Morgan. Dia mengangkat kepalanya dengan perlahan, lalu berkata, “Seleraku jadi tinggi gara-gara kamu. Aku takut orang lain nggak sanggup.”Morgan terdiam.Ternyata Theresia sudah berbeda dengan yang dulu. Dia berubah menjadi lebih pemberani. Setiap ucapannya membuat Morgan tidak bisa berkata-kata. Hanya saja, dia tetap berbicara dengan begitu serius dan lugu, membuat Morgan tidak tega untuk mengomelinya.Usai berbicara, Theresia pun tersenyum. Dia tidak berbicara lagi, melainkan menunduk untuk menyantap makanannya dengan tenang.Selesai makan, Theresia menyeduh secangkir teh untuk Morgan, kemudian menyeduh secangkir kopi untuk dirinya sendiri.Meski aroma kopi dan teh bercampur aduk, aromanya tetap terasa nyaman.Theresia duduk di atas pangkuan Morgan, lalu melingkari lehernya. “Aku nggak ingin ngapa-ngapain hari ini, cuma ingin temani kamu saja, ya?”Terdengar nada manja dalam suaranya, seperti s
Reza mengusap wajah Sonia. “Semoga saja yang dia harapkan itu anggota keluarga, bukan uang. Semoga juga dia bisa memahami maksud kalian, bisa mempertahankan pemikiran awal, tidak terbuai dengan kekayaan.”Sonia menggigit bibirnya dengan perlahan. “Semoga saja dia nggak seperti itu. Hanya saja, aku juga bakal lebih hati-hati.”“Kalau begitu, kita amati selama beberapa saat dulu. Seandainya Hallie memang pantas untuk disukai Tuan Aska, masalah cucu kandung atau bukan juga bukan masalah. Seandainya dia tidak pantas, beri dia sedikit uang sebagai tebusan saja.”Sonia mengangguk. “Semuanya tergantung dengan nasibnya sendiri.”Mereka berdua selesai mengobrol masalah Hallie. Reza memeluk Sonia. “Pergi mandi dulu, lalu sarapan. Aku sudah telepon Bi Rati. Dia lagi masak yang enak-enak buat kamu.”Sonia memeluk Reza. “Aku juga merindukan Bibo!”Reza tersenyum tipis. “Sepertinya kamu tidak pernah merindukanku.”“Apa aku nggak pernah mengatakannya? Seingatku, aku sering mengatakannya berkali-kali!
“Sudah hampir pukul sembilan!”Sonia mengerutkan keningnya dengan kesal. “Tadinya aku berencana bangun pagian untuk pergi ke rumah. Tandy sudah hampir ujian akhir semester. Aku ingin memeriksa bagian mana yang ketinggalan, biar bisa beri bimbingan belajar buat dia.”Sonia menengadah kepalanya menatap Reza, lalu berkata dengan tersenyum, “Aku ini bukan guru bimbel yang bertanggung jawab. Untung saja Kak Diana nggak marah.”Reza mencubit pipi Sonia. “Kamu itu guru bimbel yang direkrut dengan susah payah. Meski dia marah, dia juga bisa memendamnya saja.”“Kamu malah berani ngomong lagi! Dia melakukannya juga demi kamu!” dengus Sonia dengan ringan.“Kalau begitu, demi balas budi kepada Kak Diana, aku pergi ajari Tandy saja?”Sonia kepikiran dengan gambaran paman dan keponakan yang sedang mengajar dan belajar itu. Tiba-tiba dia tertawa.Reza menggendong Sonia. “Hari ini kita tidak pulang. Kamu sudah sibuk gara-gara masalah Hallie. Hari ini kita tidak usah melakukan apa-apa, kita kembali ke
“Jangan kemari. Kalau tidak, kalian bukan hanya tidak bisa dirawat di rumah sakit saja, kalian bahkan tidak bisa tinggal di Kota Jembara lagi!” Nada bicara Reza terdengar datar. “Aku sudah cukup memberi kalian muka dengan membiarkan kalian tinggal di Kota Jembara. Seharusnya kamu mengerti!”“Aku mengerti! Aku mengerti!” Hendri berkata, “Aku tahu apa yang sudah aku lakukan. Aku mengerti kalau kamu berbelas kasihan kepada kami!”“Kalau kamu mengerti, mohon jauhi Sonia. Jangan ganggu dia lagi!”“Tuan Reza!” Hendri berkata dengan buru-buru, “Waktu itu aku mengantar Sonia untuk melakukan pernikahan bisnis dengan Keluarga Herdian. Sekarang hubungan kalian sebaik ini. Aku tergolong telah berbuat baik. Bisakah dilihat dari masalah itu, kamu membantuku sekali lagi?”Kening Reza berkerut. Dia berkata dengan suara dingin, “Kenapa Sonia bisa punya ayah sepertimu!”Hendri sungguh merasa malu. “Aku tidak menjadi seorang ayah yang baik. Aku sungguh bersalah pada Sonia. Aku berharap kelak aku memiliki
“Meskipun jelek, aku tetap menyukainya!” Reza memeluk Sonia ke dalam pelukannya. “Aku tahu masalah hari ini di luar dugaan, tapi kalau kejadian ini terulang lagi, aku berharap kamu tidak maju ke depan lagi!”Bagaimana kalau barang itu adalah bom? Siapa tahu ….Sonia memiringkan kepalanya bersandar di pundak Reza. “Waktu itu, aku nggak berpikir terlalu banyak. Cella menargetkanku. Nggak mungkin aku melibatkan Hallie.”“Cella memang bodoh. Padahal dia tahu alasan Keluarga Tamara bisa menjadi seperti sekarang, dia masih saja berani untuk tidak melepaskanmu!” Tatapan Reza kelihatan dingin. “Dia itu takut aku akan melupakannya. Bagus juga dia bisa datang, aku tidak akan melepaskannya lagi!”Sonia tidak menganggap masalah Cella. “Cukup usir dia dari Kota Jembara saja. Jangan kotori tanganmu demi dia.”“Aku akan mengatasinya!” Reza mengecup wajahnya. “Tidurlah!”Sonia berbaring di atas ranjang. Reza juga ikut berbaring di sisinya. Dia meniup punggung tangan Sonia sembari merangkul Sonia ke da
Aska memelototinya. “Saat siang tadi, kamu bilang kamu bisa mengambil keputusan!”Jemmy berkata dengan lantang, “Kamu malah percaya sama omonganku agar kamu menemaniku main catur?”Aska terdiam membisu.Jemmy tersenyum. “Jujur saja, kamu juga tahu sendiri temperamen Morgan. Apa kamu tidak takut Hallie akan menderita nantinya?”“Tidak takut. Aku merasa tenang bisa menikahkannya dengan keluargamu!” balas Aska.“Kamu baru saja menemukan Jeje. Sekarang kamu malah buru-buru ingin menikahkannya. Sebenarnya apa yang sedang kamu pikirkan?” Jemmy tersenyum dingin.Aska segera berkata, “Aku hanya ingin menetapkannya saja. Tentu saja aku tidak buru-buru dalam soal pernikahan.”“Tenang saja, cucuku itu masih belum punya pacar! Biarkan Julia pulang dulu, tes DNA lebih penting!” balas Jemmy.Saat mengungkit soal Julia, Aska pun tidak berbicara lagi.Di sisi tangga, Hallie yang sudah mengganti pakaian baru dan hendak menuruni tangga kedengaran perbincangan mereka berdua. Dia menggigit bibirnya dan ke
Setelah tiba di bawah gedung apartemen, Theresia mengambil tasnya dan menuruni mobil. “Mengenai isi perbincangan hari ini, aku akan suruh anggotaku untuk memasukkannya ke dalam kontrak. Saat hari Senin nanti, aku akan kirimkan kontrak perpanjangan untuk kami. Setelah kamu baca dengan saksama, kamu baru kirim kembali kepadaku.”“Baik!” Roger tersenyum lembut.Roger ikut menuruni mobil. Dia melihat wanita yang sedang berpamitan dengannya, lalu spontan berkata, “There, kita sudah kenal selama ini. Seharusnya kamu mengerti perasaanku kepadamu, bisa tidak kamu beri aku satu kesempatan?”Roger mengeluarkan sebuah cincin berlian dari dalam sakunya. “Cincin ini sudah lama bersamaku, tapi aku nggak punya keberanian untuk mengutarakan perasaanku. There, hari ini mungkin aku sedikit gegabah, tapi aku pasti bukan impulsif!”Cuaca hari ini sangat dingin. Lampu jalan memancarkan cahaya dingin, memancar ke atas berlian. Bahkan, berlian itu juga terasa sedikit dingin.Theresia berkata dengan suara lem
Morgan mengangguk. “Kalau begitu, kita pulang dulu!”Sonia berpesan, “Jangan beri tahu Kakek!”“Aku mengerti!” balas Morgan, lalu membalikkan tubuhnya pergi mengendarai mobilnya. Hallie berpamitan dengan Sonia, Theresia, dan yang lain, kemudian memasuki bangku samping pengemudi.Saat Theresia melihat mobil berjalan pergi, dia mengalihkan pandangannya, lalu bertanya pada Sonia, “Apa tanganmu sakit?”“Nggak sakit lagi. Hanya luka kecil saja. Kamu juga cepat pulang sana!” Sonia tersenyum tipis.Theresia berkata dengan khawatir, “Cella memang gila. Meski dia telah dibawa ke kantor polisi, dia juga nggak akan ditahan terlalu lama. Kamu sendiri mesti lebih hati-hati. Orang seperti itu biasanya akan melakukan hal tanpa memperkirakan akibatnya.”“Aku akan melakukannya!” balas Sonia.“Kalau begitu, aku pergi dulu!” Theresia melambaikan tangannya kepada Sonia. Dia memalingkan kepalanya melihat Roger. “Ayo, kita pergi.”Reza baru kembali dari menelepon. Dia berkata pada Sonia, “Kita ke rumah saki
Sonia segera membalikkan tubuhnya. Dia menyadari di bawah cahaya gelap, sesosok bayangan tubuh menerjang ke sisinya dengan memegang dua botol asam sulfat di tangannya. Satu di kiri dan satu di kanan. Kemudian, dia melemparkannya satu per satu ke sisi Sonia dan yang lain.“Sayang!” Reza segera berlari menarik Sonia ke dalam pelukannya. Dia menggunakan mantelnya untuk membungkus Sonia.Pada saat bersamaan, tubuh besar Morgan juga berdiri di depannya. Ketika melihat Sonia ditarik pergi oleh Reza, dia langsung menarik tangan Theresia, memutarkan tubuhnya melindungi Theresia di dalam pelukannya.Pada akhirnya, hanya tersisa Hallie sendiri. Dia melihat dengan mata kepalanya sendiri botol asam sulfat di depan wajahnya.“Hallie!” Sonia mendorong Reza, langsung melompat untuk menendang botol asam sulfat, kemudian jatuh menindih di atas tubuh Hallie.Botol asam sulfat yang satu lagi melayang bergesekan dengan kepala mereka berdua, lalu menghantam ke atas mobil Reza. “Bamm!” Terdengar suara ledak