“Sebelah kanan lagi!”Setelah Reza menempelnya, dia membalikkan tubuhnya untuk berjalan ke sana. Dia membungkukkan tubuhnya untuk mencium wajah Sonia. “Sonia memang hebat!”Sonia merangkul leher si pria, lalu memberinya ciuman.Tentu saja Reza akan memanjakan Sonia. Dia segera menggendong Sonia ….Langkah kaki Theresia berhenti. Dia menghindar ke belakang pilar, lalu tersenyum sejenak. Setelah itu, dia membalikkan tubuhnya untuk berjalan pergi.Sepulangnya ke halaman barat, Morgan sedang duduk di koridor sembari merokok. Ketika melihat Theresia berjalan kemari, dia pun mematikan rokok, kemudian bertanya, “Apa kamu sudah tanya?”“Lebih baik cari di internet saja!” Theresia mengeluarkan ponselnya.Morgan bertanya, “Kenapa? Apa kamu tidak ketemu Sonia?”Theresia pun tersenyum. “Apa kamu ingin tahu?”“Emm?” Morgan merasa agak bingung.Tiba-tiba Theresia mendekat. Mata indahnya tertuju pada diri si pria. Jari tangan rampingnya meraih pakaian di depan dada Morgan, lalu menjinjitkan ujung ka
Aska mengakhiri panggilan, lalu membalikkan tubuhnya untuk bertanya pada pelayan, “Apa ada pangsit malam ini?”Pelayan merasa agak syok. “Tuan mau makan pangsit?”Biasanya Aska tidak begitu suka makan pangsit.“Beri tahu koki untuk persiapkan pangsit malam ini. Bungkus yang banyak dan bungkus beberapa yang punya makna rezeki!” pesan Aska.Pelayan merasa bingung. “Rezeki apa maksudnya?”Aska merasa syok. Dia lupa bertanya pada Jemmy. Dia pun melambaikan tangannya. “Kalau begitu, terserah kalian saja!”Pelayan bergegas ke dapur.Pada saat ini, Hallie menyuguhkan teh kemari. “Kakek gembira sekali!”Aska berkata dengan tersenyum, “Aku hanya benci dengan dia yang sombong itu. Tapi, kalau tidak dengar suara arogannya, aku malah merasa ada yang kurang! Biar saja dia bersenang-senang. Bertahun-tahun ini tidak ada yang menemaninya merayakan Hari Raya.”“Hubungan Kakek dan Kakek Jemmy bagus sekali!” ucap Hallie dengan tersenyum.Aska mengangguk. “Hubungan kami sudah bertahun-tahun!”Tatapan Hall
Theresia tertawa, lalu lanjut membungkus pangsitnya.…Jemmy yang berada di samping berjalan kembali dengan memegang ponsel. Dia sedang memperlihatkan kepada Aska. “Mereka lagi bungkus pangsit. Apa kamu tidak percaya? Ayo, Sonia, sapa gurumu dulu!”Sonia memalingkan kepalanya, kemudian berkata dengan tersenyum, “Pak Guru, selamat malam Hari Raya! Semoga kamu sehat selalu!”Aska terbelalak. “Sonia, apa kamu pulang kali ini untuk jadi kuli Jemmy? Apa dia sudah tidak sanggup untuk membayar koki lagi? Kamu malah disuruh bungkus pangsit sendiri!”Sonia berkata dengan tersenyum, “Kita sudah sepakat, kita makan pangsit hasil bungkusan sendiri!”Aska mengangguk dengan tersenyum. “Baik, si Jemmy tidak bungkus, dia tidak usah makan!”Jemmy sengaja pamer di hadapan Aska. “Kamu salah kali ini. Pangsit terbagus itu hasil bungkusanku. Setelah makan, aku akan dianugerahkan rezeki!”Aska merasa kesal. “Hanya sebuah pangsit saja, bisa ada rezeki apa?”“Kami sekeluarga bisa kumpul bersama itu rezeki!” J
Jemmy membungkus gula ke dalam pangsit. Saat dia belum sempat membungkus yang lain, kebetulan ponselnya berdering. Sonia mengambil ponselnya, lalu melakukan panggilan video dengan Aska.Jemmy menyeka tepung di tangannya, lalu berkata dengan tersenyum, “Sisanya aku serahkan kepada kalian. Aku pergi ngobrol sama Aska dulu.”“Tuan tenang saja. Aku akan membungkusnya,” balas Koki Arkas dengan tersenyum.Jemmy melakukan panggilan video dengan Aska di luar, sementara yang lainnya tampak tidak sabar ingin mencobanya.“Ayo kita bungkus juga!” usul Sonia.Theresia sungguh merasa gembira. “Baik, tapi aku nggak pintar bungkus pangsit, kalian mesti ajari aku!”Sonia berkata, “Aku juga nggak bisa, tapi aku lihat cukup gampang.”“Kalau begitu, ayo dimulai!” Reza berkata dengan tersenyum, “Sepertinya mengadon kulit agak sulit, serahkan saja kepada Koki Arkas. Kita cukup bertugas untuk bungkus pangsit saja.”Mereka pun langsung beraksi. Setelah mencuci tangan, mereka mengerumuni meja bundar untuk memb
Juno berdiri di samping Rose. Mereka sama-sama menyaksikan lampu di luar sana. “Wajar kalau kamu merasa sedih. Sebuah kebiasaan yang sudah bertahan sangat lama dan orang yang selalu berada di sisimu malah pergi secara tiba-tiba, wajar kalau kamu merasa sedih dan tidak nyaman ….”Juno memalingkan kepalanya melihat ke sisi perempuan itu. “Yang paling penting adalah gimana cara kamu menghadapinya?”Rose menggigit bibirnya. “Aku tahu. Aku punya prinsipku sendiri. Meskipun aku menyukainya, aku juga nggak boleh nggak punya batasan.”Sebelumnya Rose tidak percaya Devin akan mengkhianatinya, itulah sebabnya dia memeluk harapan untuk berbaikan. Sekarang Rose sudah membuat keputusan, dia pasti tidak akan menoleh lagi.“Jalan di depan sana masih sangat panjang. Barang yang kamu hilangkan akan kamu dapatkan dari tempat lain!” ucap Juno dengan suara lembut.Rose memiringkan kepalanya bersandar di atas pundak Juno. “Tiba-tiba aku merasa beruntung masih memilikimu. Aku bisa kehilangan Devin, tapi aku
Sarima dan Pamela sedang duduk sembari mengobrol di samping. Ketika melihat anak-anak yang sedang menonton acara TV, mereka pun tersenyum sembari menggigit bibirnya.Ponsel Rose tidak berhenti menyala. Semuanya adalah pesan singkat ucapan selamat Hari Raya atau pesan Devin mengakui kesalahannya. Hanya saja, kali ini Rose bahkan kehilangan ketertarikannya untuk melihat.Tiba-tiba ponsel Rose berdering. Rose melihat sekilas, lalu mengambil ponselnya untuk berjalan keluar. Dia menerima panggilan dari teman sekolah yang memiliki hubungan sangat baik dengannya dulu, Mona. Sekarang, Mona masih berada di luar negeri. Begitu panggilan terhubung, terdengar suara lantang Mona dari ujung telepon. “Rose kesayanganku, selamat malam Hari Raya.”Rose tersenyum. “Apa kamu belum pulang?”“Belum. Ada pekerjaan yang agak buru-buru. Aku akan pulang setelah Hari Raya!” Mona berkata dengan tersenyum, “Apa setelah Hari Raya nanti, kamu dan Devin akan segera melangsungkan resepsi pernikahan kalian? Apa aku se