Tatapan Rayden berubah muram. Dia cukup merasa syok. “Ruila malah bisa bangun!”“Iya, bahkan Profesor Zar juga merasa syok!”Rayden berkata dengan nada sinis, “Kenapa Regan bisa membantu Ruila?”“Dia tidak mengatakannya.” Winston berkata, “Profesor Zar mengusulkan untuk mengurungnya di dalam gudang pendingin.”“Sementara tidak usah dulu. Aku masih memerlukannya,” ujar Rayden.“Baik!” balas Winston dengan langsung.Suara Rayden terdengar muram. “Kita kesampingkan masalah Ruila dulu. Awasi dia, jangan sampai dia meninggalkan Istana Fers. Kita selesaikan masalah Raja Bondala dulu!”Kening Winston berkerut. “Raja Bondala tidak memberi kita respons apa pun. Anggotanya sudah menguasai Hondura, bahkan semakin meluas lagi. Tidak lama kemudian, bisa jadi mereka akan menyerang Istana Fers! Sementara ini kita masih tidak tahu tujuan mereka. Kepala Tritop ingin bicara langsung dengan Raja Bondala, tetapi ajakannya malah ditolak!”Rayden melihat langit gelap di luar sana. Terlintas rasa bingung di
Tak lama kemudian, pelayan mengantar makanan. Hallie mengikuti pelayan itu. Hallie bertanya dengan ekspresi terkejut, "Sonia, kamu tidak apa-apa, 'kan?"Sonia bangkit, lalu menggeleng. Namun, dia merasa pusing. Sonia pun memejamkan mata untuk menenangkan dirinya.Hallie yang khawatir berucap, "Apa kamu tidak enak badan? Kamu disuntik obat eksperimen. Butuh waktu untuk pulih. Sebaiknya kamu makan dulu.""Oke," sahut Sonia. Dia duduk di samping kereta dorong sambil mencium aroma makanan. Sonia merasa lebih rileks.Hallie mengambil semangkuk sup jamur, lalu memotong daging sapi dan mengambil sayur untuk Sonia. Dia menjelaskan, "Sonia, apa kamu berselisih dengan Kase? Tapi, kali ini memang dia yang menyelamatkanmu."Sonia hanya makan dan tidak berbicara. Melihat Sonia hanya terdiam, Hallie tidak melanjutkan perkataannya lagi. Dia menyuruh Sonia menghabiskan makanannya terlebih dahulu.Setelah Sonia selesai makan, Hallie beres-beres sembari berkata, "Kamu istirahat dulu. Aku mau pergi kerja
Sonia berujar dengan dingin, "Aku takut ada racun!""Kalau begitu, aku minum supnya," balas Kase. Dia langsung meminum sup di depan Sonia, lalu bertanya, "Apa sekarang kamu sudah tenang?"Sonia bertanya balik, "Ada urusan apa kamu datang kemari?"Kase memberikan kartu berwarna emas kepada Sonia dan menyahut, "Aku kembalikan ini padamu. Untung ada kartu ini, jadi aku bisa lebih mudah menyelamatkanmu."Sonia menimpali seraya mengernyit, "Ini bukan kartuku."Sonia mendapatkan kartu berwarna hitam dari staf penelitian. Dia baru tahu kartu di Kastil Fers dibagi menjadi 5 jenis. Yang paling rendah adalah kartu berwarna putih yang dipakai para pelayan.Yang lebih tinggi adalah kartu berwarna hitam, perak, emas, dan emas tua. Makin tinggi tingkatannya, makin besar kekuasaan yang dimiliki pemilik kartu. Sementara itu, Kase memegang kartu berwarna emas.Kase mengangkat alis dan menanggapi, "Bukan kartumu? Jelas-jelas aku menemukannya di bawah tasmu.""Di bawah tasku?" tanya Sonia. Dia berpikir s
Theresia buru-buru masuk. Melihat ekspresi Reza yang muram, dia mengangkat alis dan bertanya, "Bukannya pemimpin melarang kamu membantu? Kenapa kamu datang ke sini?"Reza memijat keningnya sambil menjawab, "Sonia datang ke Hondura."Ekspresi Theresia berubah drastis. Dia bertanya lagi, "Apa dia datang mencari pemimpin?""Seharusnya begitu," sahut Reza.Theresia berpikir sejenak sebelum membalas, "Kalau begitu, seharusnya dia pergi ke Kastil Fers."Reza bertanya seraya mengernyit, "Kastil Fers? Untuk apa dia pergi ke sana?"Sonia datang untuk mencari pemimpin. Sewaktu di Negara Madani, Reza mendapatkan kabar pemimpin berada di Kota Horduo. Jadi, untuk apa Sonia pergi ke Kastil Fers?Theresia menyahut, "Aku curiga pemimpin juga pergi ke Kastil Fers.""Apa informasimu akurat?" tanya Reza.Theresia menggeleng dan menjawab, "Ini cuma tebakanku. Aku sampai di sini satu hari lebih cepat darimu."Reza langsung berdiri sembari berujar, "Kalau begitu, kita pergi ke Kastil Fers sekarang."Theresi
"Tidak, aku mau segera lihat Sonia!" tegas Reza. Dia berusaha menahan emosinya. Reza memandang Theresia sembari bertanya, "Apa Kase pergi ke Kastil Fers untuk membicarakan kerja sama pengembangan energi terbarukan?"Theresia menyahut sembari mengangguk, "Seharusnya begitu."Reza memanggil Yandra dan berpesan, "Tritop menunggu balasanku, 'kan? Beri tahu dia, aku sangat tertarik dengan energi terbarukan yang dikembangkan Rayden. Aku akan pergi ke Kastil Fers sore ini."Yandra menyahut, "Oke. Aku balas Tritop sekarang."....Tak lama kemudian, Rayden menerima panggilan telepon dari Tritop. Dia menyuruh Rayden bersiap-siap untuk menyambut Raja Bondala.Rayden merasa ada yang aneh. Dia bertanya, "Apa Raja Bondala memang datang untuk energi terbarukan?"Sebelumnya Raja Bondala tidak menunjukkan tanda-tanda seperti itu. Tritop menjelaskan, "Mungkin kerja sama kita dengan Keluarga Milana membuat Raja Bondala marah. Itulah sebabnya dia menggertak kita. Setelah dia datang, kamu bisa cari tahu da
Saat langit hampir gelap, Kase naik untuk melihat Sonia. Dia segera membangunkan Sonia yang tertidur.Sonia bangun. Dia menghela napas. Sonia tampak kelelahan. Setelah melihat langit senja, dia bertanya, "Apa Raja Bondala sudah datang?"Kase menjawab seraya tersenyum, "Dia sudah hampir sampai. Aku sudah suruh orang mengantar hadiah untuk Raja Bondala."Sonia mengangkat alis dan membalas, "Apa?""Ini," sahut Kase. Dia membuka kotak yang dibawanya, lalu mengeluarkan 2 topeng dan memberikannya kepada Sonia. Kase menjelaskan, "Nanti malam ada pesta, kita buat pesta topeng saja. Pasti sangat menarik kalau semua orang pakai topeng."Sonia mencibir, lalu menanggapi, "Rayden sudah pernah lihat kita berdua. Apa gunanya pakai topeng sekarang?""Tapi, Raja Bondala juga datang. Kita harus bersikap misterius. Atas dasar apa Rayden sok misterius dengan memakai topeng? Kalau dia mau pakai, kita juga pakai. Begitu baru adil," timpal Kase.Kase merasa geram begitu mengungkit Rayden. Kemudian, dia menam
Ini bisa dibilang pertama kalinya mereka bertemu secara resmi. Pria itu bertubuh tinggi besar dengan fisik yang kekar. Wajahnya tertutup oleh topeng perak yang memancarkan aura dingin dan jahat.Sebuah luka panjang membentang dari sudut bibir hingga dagunya, terlihat mengerikan dan mencolok. Apabila dia melepas topeng itu, mungkin luka ini akan membelah wajahnya menjadi dua bagian.Sonia tanpa sadar mulai menebak-nebak, apakah dia selalu memakai topeng ini untuk menutupi luka itu ataukah ada alasan lain seperti menyembunyikan identitasnya?Mungkin karena merasakan tatapan Sonia, Rayden juga menoleh ke arahnya. Sepasang mata yang terlihat dari balik topeng itu dipenuhi dengan kebengisan dan ketidakpedulian.Pandangannya menusuk lurus ke arah Sonia, tanpa sedikit pun niat untuk menghindar. Rasanya segala sesuatu yang sudah Rayden lakukan seperti membujuk Kase dan menjebak Sonia tak pernah terjadi sebelumnya.Sonia menatapnya dengan dingin. Tatapan mereka bertaut tanpa ada yang mengalah.
Kase melangkah mendekati Raja Bondala. Satu tangannya masih menggenggam pergelangan tangan Sonia, sementara tangan lainnya diulurkan sebagai sapaan. Dengan senyum percaya diri, dia memperkenalkan diri, "Aku Kase, suatu kehormatan bisa bertemu dengan Raja Bondala di sini!"Pria bertopeng rubah emas itu melirik tangan mereka yang masih tergenggam. Tatapannya sedikit meredup, lalu dia menatap Kase sambil berujar dengan dingin, "Sudah lama aku mendengar tentangmu."Suaranya dalam dan rendah. Rasanya jauh, samar, dan tak bisa ditebak emosinya. Anehnya justru karena itu, orang bisa merasakan bahwa dia tampaknya sedang tidak senang.Ketika tatapan pria itu akhirnya berpindah ke arahnya, Sonia baru sadar bahwa sejak tadi pergelangan tangannya masih digenggam oleh Kase. Dengan refleks, dia segera menarik tangannya dan berdiri tegak. Sikapnya kaku seperti anak kecil yang baru saja ketahuan melakukan kesalahan.Setelah beberapa perkenalan singkat, rombongan itu mengelilingi Raja Bondala dan wanit
“Sudah hampir pukul sembilan!”Sonia mengerutkan keningnya dengan kesal. “Tadinya aku berencana bangun pagian untuk pergi ke rumah. Tandy sudah hampir ujian akhir semester. Aku ingin memeriksa bagian mana yang ketinggalan, biar bisa beri bimbingan belajar buat dia.”Sonia menengadah kepalanya menatap Reza, lalu berkata dengan tersenyum, “Aku ini bukan guru bimbel yang bertanggung jawab. Untung saja Kak Diana nggak marah.”Reza mencubit pipi Sonia. “Kamu itu guru bimbel yang direkrut dengan susah payah. Meski dia marah, dia juga bisa memendamnya saja.”“Kamu malah berani ngomong lagi! Dia melakukannya juga demi kamu!” dengus Sonia dengan ringan.“Kalau begitu, demi balas budi kepada Kak Diana, aku pergi ajari Tandy saja?”Sonia kepikiran dengan gambaran paman dan keponakan yang sedang mengajar dan belajar itu. Tiba-tiba dia tertawa.Reza menggendong Sonia. “Hari ini kita tidak pulang. Kamu sudah sibuk gara-gara masalah Hallie. Hari ini kita tidak usah melakukan apa-apa, kita kembali ke
“Jangan kemari. Kalau tidak, kalian bukan hanya tidak bisa dirawat di rumah sakit saja, kalian bahkan tidak bisa tinggal di Kota Jembara lagi!” Nada bicara Reza terdengar datar. “Aku sudah cukup memberi kalian muka dengan membiarkan kalian tinggal di Kota Jembara. Seharusnya kamu mengerti!”“Aku mengerti! Aku mengerti!” Hendri berkata, “Aku tahu apa yang sudah aku lakukan. Aku mengerti kalau kamu berbelas kasihan kepada kami!”“Kalau kamu mengerti, mohon jauhi Sonia. Jangan ganggu dia lagi!”“Tuan Reza!” Hendri berkata dengan buru-buru, “Waktu itu aku mengantar Sonia untuk melakukan pernikahan bisnis dengan Keluarga Herdian. Sekarang hubungan kalian sebaik ini. Aku tergolong telah berbuat baik. Bisakah dilihat dari masalah itu, kamu membantuku sekali lagi?”Kening Reza berkerut. Dia berkata dengan suara dingin, “Kenapa Sonia bisa punya ayah sepertimu!”Hendri sungguh merasa malu. “Aku tidak menjadi seorang ayah yang baik. Aku sungguh bersalah pada Sonia. Aku berharap kelak aku memiliki
“Meskipun jelek, aku tetap menyukainya!” Reza memeluk Sonia ke dalam pelukannya. “Aku tahu masalah hari ini di luar dugaan, tapi kalau kejadian ini terulang lagi, aku berharap kamu tidak maju ke depan lagi!”Bagaimana kalau barang itu adalah bom? Siapa tahu ….Sonia memiringkan kepalanya bersandar di pundak Reza. “Waktu itu, aku nggak berpikir terlalu banyak. Cella menargetkanku. Nggak mungkin aku melibatkan Hallie.”“Cella memang bodoh. Padahal dia tahu alasan Keluarga Tamara bisa menjadi seperti sekarang, dia masih saja berani untuk tidak melepaskanmu!” Tatapan Reza kelihatan dingin. “Dia itu takut aku akan melupakannya. Bagus juga dia bisa datang, aku tidak akan melepaskannya lagi!”Sonia tidak menganggap masalah Cella. “Cukup usir dia dari Kota Jembara saja. Jangan kotori tanganmu demi dia.”“Aku akan mengatasinya!” Reza mengecup wajahnya. “Tidurlah!”Sonia berbaring di atas ranjang. Reza juga ikut berbaring di sisinya. Dia meniup punggung tangan Sonia sembari merangkul Sonia ke da
Aska memelototinya. “Saat siang tadi, kamu bilang kamu bisa mengambil keputusan!”Jemmy berkata dengan lantang, “Kamu malah percaya sama omonganku agar kamu menemaniku main catur?”Aska terdiam membisu.Jemmy tersenyum. “Jujur saja, kamu juga tahu sendiri temperamen Morgan. Apa kamu tidak takut Hallie akan menderita nantinya?”“Tidak takut. Aku merasa tenang bisa menikahkannya dengan keluargamu!” balas Aska.“Kamu baru saja menemukan Jeje. Sekarang kamu malah buru-buru ingin menikahkannya. Sebenarnya apa yang sedang kamu pikirkan?” Jemmy tersenyum dingin.Aska segera berkata, “Aku hanya ingin menetapkannya saja. Tentu saja aku tidak buru-buru dalam soal pernikahan.”“Tenang saja, cucuku itu masih belum punya pacar! Biarkan Julia pulang dulu, tes DNA lebih penting!” balas Jemmy.Saat mengungkit soal Julia, Aska pun tidak berbicara lagi.Di sisi tangga, Hallie yang sudah mengganti pakaian baru dan hendak menuruni tangga kedengaran perbincangan mereka berdua. Dia menggigit bibirnya dan ke
Setelah tiba di bawah gedung apartemen, Theresia mengambil tasnya dan menuruni mobil. “Mengenai isi perbincangan hari ini, aku akan suruh anggotaku untuk memasukkannya ke dalam kontrak. Saat hari Senin nanti, aku akan kirimkan kontrak perpanjangan untuk kami. Setelah kamu baca dengan saksama, kamu baru kirim kembali kepadaku.”“Baik!” Roger tersenyum lembut.Roger ikut menuruni mobil. Dia melihat wanita yang sedang berpamitan dengannya, lalu spontan berkata, “There, kita sudah kenal selama ini. Seharusnya kamu mengerti perasaanku kepadamu, bisa tidak kamu beri aku satu kesempatan?”Roger mengeluarkan sebuah cincin berlian dari dalam sakunya. “Cincin ini sudah lama bersamaku, tapi aku nggak punya keberanian untuk mengutarakan perasaanku. There, hari ini mungkin aku sedikit gegabah, tapi aku pasti bukan impulsif!”Cuaca hari ini sangat dingin. Lampu jalan memancarkan cahaya dingin, memancar ke atas berlian. Bahkan, berlian itu juga terasa sedikit dingin.Theresia berkata dengan suara lem
Morgan mengangguk. “Kalau begitu, kita pulang dulu!”Sonia berpesan, “Jangan beri tahu Kakek!”“Aku mengerti!” balas Morgan, lalu membalikkan tubuhnya pergi mengendarai mobilnya. Hallie berpamitan dengan Sonia, Theresia, dan yang lain, kemudian memasuki bangku samping pengemudi.Saat Theresia melihat mobil berjalan pergi, dia mengalihkan pandangannya, lalu bertanya pada Sonia, “Apa tanganmu sakit?”“Nggak sakit lagi. Hanya luka kecil saja. Kamu juga cepat pulang sana!” Sonia tersenyum tipis.Theresia berkata dengan khawatir, “Cella memang gila. Meski dia telah dibawa ke kantor polisi, dia juga nggak akan ditahan terlalu lama. Kamu sendiri mesti lebih hati-hati. Orang seperti itu biasanya akan melakukan hal tanpa memperkirakan akibatnya.”“Aku akan melakukannya!” balas Sonia.“Kalau begitu, aku pergi dulu!” Theresia melambaikan tangannya kepada Sonia. Dia memalingkan kepalanya melihat Roger. “Ayo, kita pergi.”Reza baru kembali dari menelepon. Dia berkata pada Sonia, “Kita ke rumah saki
Sonia segera membalikkan tubuhnya. Dia menyadari di bawah cahaya gelap, sesosok bayangan tubuh menerjang ke sisinya dengan memegang dua botol asam sulfat di tangannya. Satu di kiri dan satu di kanan. Kemudian, dia melemparkannya satu per satu ke sisi Sonia dan yang lain.“Sayang!” Reza segera berlari menarik Sonia ke dalam pelukannya. Dia menggunakan mantelnya untuk membungkus Sonia.Pada saat bersamaan, tubuh besar Morgan juga berdiri di depannya. Ketika melihat Sonia ditarik pergi oleh Reza, dia langsung menarik tangan Theresia, memutarkan tubuhnya melindungi Theresia di dalam pelukannya.Pada akhirnya, hanya tersisa Hallie sendiri. Dia melihat dengan mata kepalanya sendiri botol asam sulfat di depan wajahnya.“Hallie!” Sonia mendorong Reza, langsung melompat untuk menendang botol asam sulfat, kemudian jatuh menindih di atas tubuh Hallie.Botol asam sulfat yang satu lagi melayang bergesekan dengan kepala mereka berdua, lalu menghantam ke atas mobil Reza. “Bamm!” Terdengar suara ledak
Saat Morgan kembali ke ruangan VIP, Reza pun telah tiba.Tadinya Hallie duduk di samping Sonia. Begitu Reza datang, dia pun langsung duduk di samping Morgan.Saat melihat Morgan telah kembali, Hallie segera berkata dengan tersenyum, “Kak Morgan, masakan sudah datang, rasanya benar-benar enak!”Morgan tidak membalas, melainkan melihat Reza. “Kapan kamu datangnya?”“Baru saja!” Reza tersenyum tipis, lalu menuangkan segelas alkohol untuk Morgan. “Arak hasil fermentasi Bos. Coba dicicip!”Sonia berkata, “Aku juga ingin minum!”Reza menuangkan setengah gelas untuk Sonia. “Cuma segini saja.”Daripada tidak ada, Sonia juga tidak boleh serakah. Dia menuangkan setengahnya ke gelas Hallie. “Sebelumnya saat di Istana Fers, aku lihat kamu jago minum. Cuaca sudah dingin. Ayo, kita minum bersama untuk menghangatkan tubuh.”Hallie tersenyum malu. “Aku itu memaksakan diriku buat minum. Sebenarnya aku gampang mabuk.”Mereka minum sembari mengobrol. Saat Reza mengobrol dengan Morgan, dia juga tidak lupa
Theresia mengangkat pandangannya dan tersenyum lembut. Seketika seperti angin musim semi yang membuat bunga-bunga bermekaran.Setelah menghabiskan sebatang rokok, Morgan melangkah ke sisi restoran. Saat melewati jendela sebelah, dia menoleh sekilas, ternyata adalah seorang pria. Dia juga mengenakan sweater biru dan kelihatan sangat muda.Setelah sekilas pandang, Morgan mengalihkan pandangannya kembali, lalu melanjutkan langkahnya.Sesampainya di dalam restoran dan melewati koridor, tiba-tiba pintu kayu di sebelah kanan terbuka. Morgan mengangkat kepalanya dan matanya berpapasan dengan mata gadis yang keluar dari pintu. Satunya kelihatan syok, sedangkan yang satu lagi menatap dengan tatapan penuh makna.Setelah mereka kencan buta, mereka tidak pernah saling berhubungan lagi. Hari ini adalah pertama kalinya mereka bertemu lagi.Ternyata selama berada di satu kota, pasti akan ketemu.Theresia duluan bersuara, “Kamu masih belum pergi?”Seingat Theresia, Morgan mengatakan dia hanya akan tin