“Sayang, bangun!”“Ahh!” jerit Sonia, kemudian langsung membuka matanya. Dia kelihatan sangat kaget saat ini. Dia menatap pria itu dengan terbengong.Reza segera mengulurkan tangannya untuk memeluk Sonia. Dia berusaha untuk menenangkan. “Apa kamu mimpi buruk? Aku ada di sini. Suamimu ada di sini!”Sonia bersandar di depan dada Reza. Tidak lama kemudian, dia mulai menenangkan dirinya. Dia menatap pemandangan gelap di luar sana, lalu bertanya dengan suara serak, “Reza? Kenapa kamu bisa ada di sini?”Selain itu, apa yang sedang Reza kenakan saat ini?Reza mengangkat kepalanya, lalu mengusap wajah Sonia. Ekspresi khawatir terlintas di atas wajahnya. “Apa yang kamu mimpikan? Kenapa kamu kaget seperti ini?”Sonia menatapnya sembari menggeleng dengan perlahan. “Nggak kenapa-napa. Aku sudah bangun.”Kemudian, Sonia mengamati tubuh Reza, lalu bertanya dengan tidak yakin, “Kamu datang buat kasih hadiah?”Reza tersenyum. “Iya, selamat hari Natal!”“Aku nggak mau hadiah.” Sonia mengusap wajah Reza
Sonia membalas.[ Sekarang masih rahasia. Setelah kembali ke Jembara, aku baru perlihatkan kepadamu. ]Reza mengetik.[ Oke, aku sungguh menantikannya. ]Sonia spontan tersenyum. Dia mengangkat kepalanya bersandar di ranjang. Reza pun melakukan panggilan video dengannya. “Tidurmu tidak nyenyak semalam. Kamu tidur sebentar lagi. Aku lihat kamu tidur.”Sonia memiringkan kepalanya sembari bersandar di atas bantal. Wajahnya kelihatan indah bagai lukisan saja. Dia berkata dengan suara rendah, “Aku merindukanmu. Nggak bisa tidur.”Reza setengah bersandar di ranjang dengan tatapan membara. “Aku pergi cari kamu lagi?”Sonia berkata dengan tersenyum, “Nggak usah. Kamu istirahat saja.”“Kalau begitu, kita tidur bersama. Jangan tutup panggilannya. Biarkan aku melihatmu!”Sonia memejamkan matanya. “Kalau dilihatin kamu terus, aku jadi nggak bisa tidur. Aku tutup saja, ya!”Reza pun tersenyum. “Saat kita tidur bersama, kamu bisa tidur, kok!”Sonia mendengus dingin. “Beda, dong!”“Kalau begitu, diak
Tidak ada orang di dalam ruang tamu. Miya langsung berjalan ke sisi kamar.Setelah Miya masuk, tiba-tiba terdengar suara tutup pintu yang kuat. Miya spontan menunjukkan ekspresi syok. Belum sempat dia menoleh, bagian belakang lehernya terasa sakit. Dia langsung jatuh pingsan di tempat.Sonia menatap wanita di atas lantai, lalu menyeretnya ke atas ranjang. Dia mengeluarkan sebotol obat, lalu menuangkannya di atas wajah si wanita.Cairan obat itu mengalir di atas wajah wanita itu. Beberapa saat kemudian, Sonia melepaskan selembar topeng kulit dari wajah Miya. Sonia mengenakannya di wajahnya sendiri. Wajahnya seketika berubah.Sonia menggeledah kartu magnetis lantai B12 dari tubuh Miya. Kemudian, dia menyumpal mulut Miya, lalu mengikatnya di atas ranjang. Saat ini, Sonia baru membalikkan tubuhnya berjalan pergi.Sonia terus melanjutkan langkahnya ke lantai B12.Kartu magnetis Miya hanya bisa diakses di salah satu lift saja. Setelah pintu lift terbuka, terlihat kamar Tensiro dan wanitanya.
Pelayan wanita yang satu lagi menunjukkan ekspresi takut. “Lilian sadis sekali!”“Ada apa?” tanya Sonia.Inna segera berkata, “Aku bawa kamu ke sana. Tapi, nggak boleh terlalu ramai, nanti malah dipergoki sama pengurus istana.”Sonia mengangguk. “Oke, cuma kita berdua saja. Ayo, kita ke sana.”Inna segera mengangguk.Mereka berdua meninggalkan gedung. Inna sangat familier dengan Istana Fers. Dia menghindari bagian yang dipasang kamera CCTV, menelusuri jalan kecil segera membawa Sonia ke depan. Mereka baru berhenti setelah berjalan ke sisi tembok. Ada seseorang sedang berbaring di dalam rerumputan.Sonia melangkah maju. Inna spontan menariknya. “Hati-hati!”Sonia mengangguk, lalu menginjak rerumputan setinggi setengah tubuh manusia itu.Ada seorang wanita sedang berbaring di atas rerumputan. Hanya saja, mereka cuma bisa mengenali wanita itu dari cara ikat rambut dan berpakaiannya saja, karena seluruh kulitnya telah rusak dan berdarah. Wajahnya juga kelihatan sangat menyeramkan.Tubuh ya
Tatapan Sonia menjadi dingin. Dia bertanya kepada Inna, “Biasanya Lilian bertugas di lantai berapa?”Inna membalas, “Di lantai 49.”Lantai 49?Sonia menengadah kepalanya menatap gedung lantai 49. Tiba-tiba matanya mulai menyipit.…Setelah kembali ke vila, ternyata Kase tidak sedang berada di tempat.Sonia membasuh tubuhnya, kemudian mengganti pakaian santai biasa. Dia duduk di balkon sembari memandang gedung di seberang sana.Apa isi gedung lantai 49?Seandainya Lilian bukan dijadikan objek penelitian, kenapa nasibnya bisa menjadi seperti itu?Sonia memejamkan matanya. Dia kepikiran dengan misi yang dijalankannya bersama Reza waktu itu. Dia dan Reza juga pernah melihat gambaran yang sama sewaktu di area bawah tanah. Di dalam sebuah ruangan, semua yang dikurung di sana adalah manusia berlumuran darah. Mereka juga dijadikan objek eksperimen untuk meneliti perkembangan virus.Virus?Tiba-tiba Sonia kepikiran sesuatu. Dia kembali melihat ke lantai 49. Tatapannya seketika berubah dingin!“
Sonia tersenyum. “Makan dulu!”Kase berkata, “Oh, ya, semalam ada Santa Claus ke tempat tinggal kita, kulihat dia cukup galak. Apa ada yang aneh di tempat tinggal kalian?”Theresia melirik Reza sekilas, kemudian berkata dengan kaget, “Santa Claus? Jangan-jangan orang yang diatur Istana Fers untuk melakukan pertunjukan?”Sonia menunduk sembari memakan steak. Hatinya mulai berdetak kencang. Ternyata semalam Kase dipukulnya hingga jatuh pingsan!Kase mengusap lehernya. “Sekarang saja masih sakit. Seandainya dia itu orang Istana Fers, aku pasti akan beri pelajaran buat dia! Oh ya ….” Kase memalingkan kepala melihat ke sisi Sonia. “Semalam aku masih belum sempat memberimu hadiah.”“Apa?” Sonia mengangkat-angkat alisnya.Sonia tidak tahu Kase juga mengenakan kostum Santa Claus. Sonia kira Kase masuk ke kamarnya, lalu kebetulan bertemu dengan “Santa Claus” yang pergi mengantar hadiah untuknya.Kase mengeluarkan hadiahnya, lalu meletakkannya di hadapan Sonia. “Coba dibuka!”Kotak indah itu ber
Tiba-tiba pintu toilet diketuk. Kase bertanya, “Ruila, apa kamu di dalam?”Tubuh Sonia menjadi tegang dalam seketika.Reza pun tersenyum dingin. “Jelas-jelas kita itu pasangan suami istri. Kenapa jadinya seperti lagi selingkuh saja?”Sonia mengangkat kepalanya. “Apa kamu lagi salahin aku?”Reza terbengong sejenak, lalu menggeleng. “Bukan!”“Apa kamu merasa sangat penat? Seorang Raja Bondala, Presdir Herdian Group, malah mesti menahan cobaan seperti ini. Seharusnya kamu merasa sangat marah, ‘kan?”“Tidak!”Kening Sonia berkerut. “Kamu pasti marah! Gara-gara aku … kamu mesti menerima … uhm!”Reza langsung mengangkat wajah Sonia dan menyumpal mulutnya.Suara ketuk pintu dari luar masih terdengar. Mereka berdua juga tidak menghiraukannya, melanjutkan ciuman membara mereka.Di luar ruangan.Theresia berjalan kemari, lalu berkata pada Kase dengan tersenyum, “Apa kamu datang untuk mencari Ruila?”Kase mengernyitkan keningnya. “Bukannya dia di dalam?”“Raja Bondala lagi di dalam, jadi aku suru
Saat Theresia turun dari lantai atas, dia telah mengganti pakaiannya dengan terusan yang berwarna cokelat keemasan. Ketika melewati ruang tamu, Kase pun sudah jatuh pingsan.Theresia berjalan mendekat. Dia mengambil cangkir teh yang masih terasa panas itu, lalu membuangnya di wastafel. Dia memerintah pelayan untuk menjaga Kase dengan baik. Dia hendak keluar.Setelah keluar vila, Theresia memasuki mobil, kemudian berkata pada sopir, “Pergi ke tempat Tuan Winston.”Sopir membawa Theresia, lalu berjalan ke sisi gedung Istana Fers.Theresia menuruni mobil, langsung berjalan ke dalam. Berhubung sekuriti tahu dia adalah anggota Raja Bondala, tidak ada satu pun yang berani menghalanginya.Theresia berhasil berjalan ke gedung tanpa hambatan sama sekali. Langkah kakinya berhenti di luar ruang kerja Wiston. Kemudian, dia mengetuk pintu ruangan.“Masuklah!” Suara Winston terdengar dari dalam pintu.Theresia memasuki ruangan, lalu melihat pria yang berada beberapa meter dari dirinya. Dia langsung
Tiba-tiba Morgan bertanya, “Kenapa kamu tidak pacaran?”Theresia tertegun oleh pertanyaan Morgan. Dia mengangkat kepalanya dengan perlahan, lalu berkata, “Seleraku jadi tinggi gara-gara kamu. Aku takut orang lain nggak sanggup.”Morgan terdiam.Ternyata Theresia sudah berbeda dengan yang dulu. Dia berubah menjadi lebih pemberani. Setiap ucapannya membuat Morgan tidak bisa berkata-kata. Hanya saja, dia tetap berbicara dengan begitu serius dan lugu, membuat Morgan tidak tega untuk mengomelinya.Usai berbicara, Theresia pun tersenyum. Dia tidak berbicara lagi, melainkan menunduk untuk menyantap makanannya dengan tenang.Selesai makan, Theresia menyeduh secangkir teh untuk Morgan, kemudian menyeduh secangkir kopi untuk dirinya sendiri.Meski aroma kopi dan teh bercampur aduk, aromanya tetap terasa nyaman.Theresia duduk di atas pangkuan Morgan, lalu melingkari lehernya. “Aku nggak ingin ngapa-ngapain hari ini, cuma ingin temani kamu saja, ya?”Terdengar nada manja dalam suaranya, seperti s
Reza mengusap wajah Sonia. “Semoga saja yang dia harapkan itu anggota keluarga, bukan uang. Semoga juga dia bisa memahami maksud kalian, bisa mempertahankan pemikiran awal, tidak terbuai dengan kekayaan.”Sonia menggigit bibirnya dengan perlahan. “Semoga saja dia nggak seperti itu. Hanya saja, aku juga bakal lebih hati-hati.”“Kalau begitu, kita amati selama beberapa saat dulu. Seandainya Hallie memang pantas untuk disukai Tuan Aska, masalah cucu kandung atau bukan juga bukan masalah. Seandainya dia tidak pantas, beri dia sedikit uang sebagai tebusan saja.”Sonia mengangguk. “Semuanya tergantung dengan nasibnya sendiri.”Mereka berdua selesai mengobrol masalah Hallie. Reza memeluk Sonia. “Pergi mandi dulu, lalu sarapan. Aku sudah telepon Bi Rati. Dia lagi masak yang enak-enak buat kamu.”Sonia memeluk Reza. “Aku juga merindukan Bibo!”Reza tersenyum tipis. “Sepertinya kamu tidak pernah merindukanku.”“Apa aku nggak pernah mengatakannya? Seingatku, aku sering mengatakannya berkali-kali!
“Sudah hampir pukul sembilan!”Sonia mengerutkan keningnya dengan kesal. “Tadinya aku berencana bangun pagian untuk pergi ke rumah. Tandy sudah hampir ujian akhir semester. Aku ingin memeriksa bagian mana yang ketinggalan, biar bisa beri bimbingan belajar buat dia.”Sonia menengadah kepalanya menatap Reza, lalu berkata dengan tersenyum, “Aku ini bukan guru bimbel yang bertanggung jawab. Untung saja Kak Diana nggak marah.”Reza mencubit pipi Sonia. “Kamu itu guru bimbel yang direkrut dengan susah payah. Meski dia marah, dia juga bisa memendamnya saja.”“Kamu malah berani ngomong lagi! Dia melakukannya juga demi kamu!” dengus Sonia dengan ringan.“Kalau begitu, demi balas budi kepada Kak Diana, aku pergi ajari Tandy saja?”Sonia kepikiran dengan gambaran paman dan keponakan yang sedang mengajar dan belajar itu. Tiba-tiba dia tertawa.Reza menggendong Sonia. “Hari ini kita tidak pulang. Kamu sudah sibuk gara-gara masalah Hallie. Hari ini kita tidak usah melakukan apa-apa, kita kembali ke
“Jangan kemari. Kalau tidak, kalian bukan hanya tidak bisa dirawat di rumah sakit saja, kalian bahkan tidak bisa tinggal di Kota Jembara lagi!” Nada bicara Reza terdengar datar. “Aku sudah cukup memberi kalian muka dengan membiarkan kalian tinggal di Kota Jembara. Seharusnya kamu mengerti!”“Aku mengerti! Aku mengerti!” Hendri berkata, “Aku tahu apa yang sudah aku lakukan. Aku mengerti kalau kamu berbelas kasihan kepada kami!”“Kalau kamu mengerti, mohon jauhi Sonia. Jangan ganggu dia lagi!”“Tuan Reza!” Hendri berkata dengan buru-buru, “Waktu itu aku mengantar Sonia untuk melakukan pernikahan bisnis dengan Keluarga Herdian. Sekarang hubungan kalian sebaik ini. Aku tergolong telah berbuat baik. Bisakah dilihat dari masalah itu, kamu membantuku sekali lagi?”Kening Reza berkerut. Dia berkata dengan suara dingin, “Kenapa Sonia bisa punya ayah sepertimu!”Hendri sungguh merasa malu. “Aku tidak menjadi seorang ayah yang baik. Aku sungguh bersalah pada Sonia. Aku berharap kelak aku memiliki
“Meskipun jelek, aku tetap menyukainya!” Reza memeluk Sonia ke dalam pelukannya. “Aku tahu masalah hari ini di luar dugaan, tapi kalau kejadian ini terulang lagi, aku berharap kamu tidak maju ke depan lagi!”Bagaimana kalau barang itu adalah bom? Siapa tahu ….Sonia memiringkan kepalanya bersandar di pundak Reza. “Waktu itu, aku nggak berpikir terlalu banyak. Cella menargetkanku. Nggak mungkin aku melibatkan Hallie.”“Cella memang bodoh. Padahal dia tahu alasan Keluarga Tamara bisa menjadi seperti sekarang, dia masih saja berani untuk tidak melepaskanmu!” Tatapan Reza kelihatan dingin. “Dia itu takut aku akan melupakannya. Bagus juga dia bisa datang, aku tidak akan melepaskannya lagi!”Sonia tidak menganggap masalah Cella. “Cukup usir dia dari Kota Jembara saja. Jangan kotori tanganmu demi dia.”“Aku akan mengatasinya!” Reza mengecup wajahnya. “Tidurlah!”Sonia berbaring di atas ranjang. Reza juga ikut berbaring di sisinya. Dia meniup punggung tangan Sonia sembari merangkul Sonia ke da
Aska memelototinya. “Saat siang tadi, kamu bilang kamu bisa mengambil keputusan!”Jemmy berkata dengan lantang, “Kamu malah percaya sama omonganku agar kamu menemaniku main catur?”Aska terdiam membisu.Jemmy tersenyum. “Jujur saja, kamu juga tahu sendiri temperamen Morgan. Apa kamu tidak takut Hallie akan menderita nantinya?”“Tidak takut. Aku merasa tenang bisa menikahkannya dengan keluargamu!” balas Aska.“Kamu baru saja menemukan Jeje. Sekarang kamu malah buru-buru ingin menikahkannya. Sebenarnya apa yang sedang kamu pikirkan?” Jemmy tersenyum dingin.Aska segera berkata, “Aku hanya ingin menetapkannya saja. Tentu saja aku tidak buru-buru dalam soal pernikahan.”“Tenang saja, cucuku itu masih belum punya pacar! Biarkan Julia pulang dulu, tes DNA lebih penting!” balas Jemmy.Saat mengungkit soal Julia, Aska pun tidak berbicara lagi.Di sisi tangga, Hallie yang sudah mengganti pakaian baru dan hendak menuruni tangga kedengaran perbincangan mereka berdua. Dia menggigit bibirnya dan ke
Setelah tiba di bawah gedung apartemen, Theresia mengambil tasnya dan menuruni mobil. “Mengenai isi perbincangan hari ini, aku akan suruh anggotaku untuk memasukkannya ke dalam kontrak. Saat hari Senin nanti, aku akan kirimkan kontrak perpanjangan untuk kami. Setelah kamu baca dengan saksama, kamu baru kirim kembali kepadaku.”“Baik!” Roger tersenyum lembut.Roger ikut menuruni mobil. Dia melihat wanita yang sedang berpamitan dengannya, lalu spontan berkata, “There, kita sudah kenal selama ini. Seharusnya kamu mengerti perasaanku kepadamu, bisa tidak kamu beri aku satu kesempatan?”Roger mengeluarkan sebuah cincin berlian dari dalam sakunya. “Cincin ini sudah lama bersamaku, tapi aku nggak punya keberanian untuk mengutarakan perasaanku. There, hari ini mungkin aku sedikit gegabah, tapi aku pasti bukan impulsif!”Cuaca hari ini sangat dingin. Lampu jalan memancarkan cahaya dingin, memancar ke atas berlian. Bahkan, berlian itu juga terasa sedikit dingin.Theresia berkata dengan suara lem
Morgan mengangguk. “Kalau begitu, kita pulang dulu!”Sonia berpesan, “Jangan beri tahu Kakek!”“Aku mengerti!” balas Morgan, lalu membalikkan tubuhnya pergi mengendarai mobilnya. Hallie berpamitan dengan Sonia, Theresia, dan yang lain, kemudian memasuki bangku samping pengemudi.Saat Theresia melihat mobil berjalan pergi, dia mengalihkan pandangannya, lalu bertanya pada Sonia, “Apa tanganmu sakit?”“Nggak sakit lagi. Hanya luka kecil saja. Kamu juga cepat pulang sana!” Sonia tersenyum tipis.Theresia berkata dengan khawatir, “Cella memang gila. Meski dia telah dibawa ke kantor polisi, dia juga nggak akan ditahan terlalu lama. Kamu sendiri mesti lebih hati-hati. Orang seperti itu biasanya akan melakukan hal tanpa memperkirakan akibatnya.”“Aku akan melakukannya!” balas Sonia.“Kalau begitu, aku pergi dulu!” Theresia melambaikan tangannya kepada Sonia. Dia memalingkan kepalanya melihat Roger. “Ayo, kita pergi.”Reza baru kembali dari menelepon. Dia berkata pada Sonia, “Kita ke rumah saki
Sonia segera membalikkan tubuhnya. Dia menyadari di bawah cahaya gelap, sesosok bayangan tubuh menerjang ke sisinya dengan memegang dua botol asam sulfat di tangannya. Satu di kiri dan satu di kanan. Kemudian, dia melemparkannya satu per satu ke sisi Sonia dan yang lain.“Sayang!” Reza segera berlari menarik Sonia ke dalam pelukannya. Dia menggunakan mantelnya untuk membungkus Sonia.Pada saat bersamaan, tubuh besar Morgan juga berdiri di depannya. Ketika melihat Sonia ditarik pergi oleh Reza, dia langsung menarik tangan Theresia, memutarkan tubuhnya melindungi Theresia di dalam pelukannya.Pada akhirnya, hanya tersisa Hallie sendiri. Dia melihat dengan mata kepalanya sendiri botol asam sulfat di depan wajahnya.“Hallie!” Sonia mendorong Reza, langsung melompat untuk menendang botol asam sulfat, kemudian jatuh menindih di atas tubuh Hallie.Botol asam sulfat yang satu lagi melayang bergesekan dengan kepala mereka berdua, lalu menghantam ke atas mobil Reza. “Bamm!” Terdengar suara ledak