Mateo tersenyum datar. “Kamu tidak usah kelabui aku. Aku juga pernah menjadi tentara selama beberapa tahun. Aku masih tidak begitu bodoh. Masalah ini tidak ada hubungannya sama aku. Kebetulan aku dengar kabar dari kenalanku di kantor polisi.”Theresia berkata, “Sepertinya mobil polisi masih belum sampai kantor polisi? Laporan dari kenalan Tuan Mateo cepat sekali!”“Kita semua juga tidak bodoh. Aku juga tidak mau bertele-tele lagi. Aku suka sama kamu!” Mateo berkata dengan langsung dan arogan, “Temani aku satu malam. Aku akan cari koneksi orang dalam biar Morgan tidak begitu menderita ketika di dalam. Gimana?”Terdengar nada benci dari suara Theresia. “Jangan mimpi. Aku saja merasa jijik ketika melihatmu!”Napas Mateo menjadi berat. Dia berkata dengan dingin, “Theresia, jangan dikasih hati, malah minta jantung. Kamu juga jual diri, untuk apa kamu sok suci!”Theresia menarik napas dalam-dalam. “Mateo, kamu akan menyesal!”Mateo tersenyum sinis. “Kamu yang akan menyesal karena tidak menye
Keesokan harinya.Theresia dan Morgan kembali dari makan siang bersama. Baru saja menuruni mobil, ada sekitar lima atau enam pria berjalan kemari. Tatapan dengan niat buruk tertuju pada diri Theresia. Saat berpapasan, seorang pria mengusap paha Theresia. Theresia langsung menamparnya dengan raut dingin. Pria yang ditampar pun terhuyung ke belakang. Dia memelototi Theresia dengan gusar, lalu berkata pada rekannya, “Habisi dia!”Morgan menarik Theresia ke belakangnya, lalu menarik lengan orang yang menghampirinya. Dia mengayunkan tangannya untuk memukul bagian atas kepala si pria. Pria yang terpukul pun terbengong, langsung mundur dan jatuh duduk di atas lantai.Gerakan Morgan sangat gesit. Dia bahkan tidak kelihatan sedang mengerahkan tenaganya sama sekali. Tenaga kuat Morgan membuat pihak lawan tertegun. Para pria lainnya mulai bertukar pandang, lalu berjalan maju untuk mengerumuninya.Morgan langsung meraih Theresia. Dia menghadapi kelima orang dengan gampangnya. Theresia berdiri di
Theresia memeluk Morgan, lalu menjinjit ujung kakinya untuk membalas ciuman.Morgan langsung menggendong Theresia, lalu melangkah ke sisi ranjang. Dia menurunkan Theresia ke atas ranjang, lalu membungkukkan tubuhnya untuk mencium Theresia. “Tadi kamu panggil aku apa?”Mata Theresia berkaca-kaca. Dia menatap Morgan dengan genit, lalu berkata dengan nada rendah, “Dia saja boleh panggil kamu seperti itu, kenapa aku nggak boleh?”Tanpa menunggu ucapan si pria, Theresia mengangkat kepalanya, lalu menunjukkan ekspresi patuh. “Kalau kamu nggak suka, lain kali aku nggak panggil seperti itu lagi.”“Tidak suka!” Morgan mencium sembari berkata, “Itu panggilan orang lain, bukan panggilan darimu. Coba hapus kata belakang.”Theresia memutar bola matanya, lalu berkata dengan suara ringan, “Kak ….”“Emm ….” balas Morgan dengan suara serak. Ciumannya semakin kuat lagi.Hati Theresia menjadi luluh. Dia membalas dengan penuh hasrat.…Di sisi lain, Molly menatap ponselnya yang panggilannya diakhiri Morga
Darmin merasa agak syok. “Kalian sudah ketemuan dalam waktu secepat ini?”“Kebetulan!” ucap Molly dengan mendengus dingin, “Dia bersama Theresia.”Darmin merasa ada yang aneh dengan nada bicara Molly. Dia pun bertanya, “Apa kamu kenal dengan Theresia?”“Perusahaan ayahku pernah bekerja sama sekali dengan perusahaan humasnya. Aku pernah dengar namanya. Ternyata dia cantik sekali.”Dari nada bicaranya, Darmin dapat mendengar nada bicara Theresia yang sedang cemburu itu. Dia berkata dengan tersenyum datar, “Jangan-jangan kamu masih belum melepaskan Orga?”Molly tersenyum dingin. “Melepaskan apanya. Dia juga nggak pernah suka sama aku. Aku hanya merasa syok saja. Aku nggak menyangka nasib Orga akan menjadi seburuk ini. Dia malah dibeliin pakaian sama seorang cewek. Konyol sekali!”Darmin berkata, “Seharusnya kamu salah paham. Orga bukan orang seperti itu!”“Sudah bertahun-tahun nggak ketemu. Bisa jadi dia sudah nggak seperti dulu lagi!” Molly menggigit bibirnya dengan ekspresi dingin. “Aku
Theresia merasa sangat puas. “Bagus juga.”Pramuniaga menatap pria yang berada di area istirahat, lalu berkata dengan tersenyum, “Apa dia itu kekasihmu? Mantel ini ada model cowoknya juga, tapi yang warna hitam. Gimana kalau ambilkan untuk kekasihmu?”“Model pasangan?” tanya Theresia.“Iya.”“Kalau begitu, tolongkan ambilkan.” Theresia memberi tahu ukurannya. “Biar aku lihat dulu!”Pramuniaga segera mengambil mantel model yang sama. Setelah mengambil mantel, Theresia hanya melirik sekilas. “Aku mau keduanya. Bungkusnya digabung saja.”“Model ini nggak boleh diretur lagi. Apa kamu mau kekasihmu untuk mencobanya terlebih dulu?” usul pramuniaga.“Nggak usah dicoba lagi.” Theresia tersenyum lembut.Sepertinya tidak ada yang lebih jelas daripada Theresia mengenai ukuran pakaian Morgan.“Oke, aku bawa kamu untuk ke kasir!” Pramuniaga menatap pasangan kekasih itu dengan iri.Di sisi lain, Morgan sedang membaca majalah. Ponselnya bergetar. Dia pun membalas pesan. Tiba-tiba terdengar suara jeri
“Mau makan apa di siang hari?”Kulit Theresia kelihatan lembut dan sedikit bercahaya. Bibir delimanya juga membuat orang memiliki hasrat untuk mencicipinya.Morgan juga adalah orang biasa. Dia menggenggam tangan Theresia, lalu meletakkannya di atas paha. Kemudian, dia mengusap bibir Theresia dan menciumnya sejenak. Morgan pun berkata dengan suara rendah, “Aku tidak pemilih. Kamu pilih saja.”Tatapan Theresia kelihatan linglung. Bibir yang telah dinutrisi menjadi semakin lembut lagi. Dia bersandar di atas pundak Morgan, lalu meringkukkan tubuh lembutnya di dalam pelukan Morgan. Gerakan kompak mereka kelihatan sangat alami.Theresia dapat mendengar suara detak jantung Morgan. Morgan mengatakan dia tidak pemilih, tapi dia tidak akan menyentuh sesuatu yang tidak dia sukai.Theresia berpikir sejenak. Dia mengangkat kepalanya dan berkata dengan tersenyum, “Makan makanan laut saja. Aku tahu restoran makanan laut yang sangat enak.”“Emm, kamu putuskan saja!” ucap si pria.Theresia memilih temp