“Kamu suka sama Fernando?”Sonia terkejut. Kenapa Reza menanyakan hal ni di tengah malam?“Nggak suka,” balas Sonia dengan kesal.“Emm.”Kemudian, Reza langsung memutuskan panggilan.Sonia semakin kebingungan. Amarahnya seketika meluap. Saking marahnya, Sonia langsung melempar ponselnya ke atas ranjang, lalu kembali melanjutkan tidurnya.Namun, tidak peduli bagaimana Sonia berusaha, dia tetap tidak bisa tertidur. Dia sungguh kesal lantaran tidak mengerti maksud dari panggilan Reza tadi.Saat langit sudah hampir terang, Sonia baru mulai tertidur.Lagi-lagi Sonia dibangunkan oleh bunyi dering ponselnya. Kali ini Sonia langsung mengangkatnya tanpa melihat tampilan layar ponsel. “Siapa?”“Sonia!”Kedua mata Sonia spontan terbelalak. Bukankah orang itu adalah Ranty yang sudah menghilang hampir sebulan itu?“Sonia, aku sudah putus sama Matias!” kata Ranty dengan tenang.Rasa kantuk seketika menghilang dari diri Sonia. Dia langsung membangkitkan dirinya. “Apa?”“Kami sudah putus. Begitu, deh!
Mereka berdua masih membahas masalah Matias. Tiba-tiba Ranty bertanya pada Sonia, “Bagaimana hubunganmu dengan Reza?”Sonia sedang menaruh gula ke dalam kopi. Dia berdeham, lalu menjawab, “Sama seperti kalian.”“Apa maksudmu?” Ranty mengerutkan keningnya. “Kalian juga sudah putus?”Tatapan Sonia berubah muram. Dia tidak tahu apakah hubungannya dengan Reza sudah tergolong berakhir atau belum?Ketika Ranty dan Matias putus, setidaknya mereka telah mengatakannya dengan terang-terangan. Namun, tidak dengan Sonia dan Reza. Reza bahkan tidak berkata apa-apa.Sadis sekali!Rasa kopi yang sudah ditaruh gula masih terasa pahit. Sonia menyesap sesuap, dan keningnya semakin berkerut. Dia langsung menyuruh pelayan untuk menambahkan krim ke dalam kopi.Ranty menatap Sonia sambil berkata, “Lebih baik kamu tanya Reza dengan jelas. Bagaimanapun juga, kamu adalah istri sahnya!”Sonia mengaduk kopinya, dan hanya terdiam.Hubungan Sonia dan Reza bermula dari sebuah kesalahpahaman. Setelah malam di Celest
“Kalau begitu, ikuti aku!”“Oke!”Ranty dan Melvin langsung berjalan maju. Namun, mereka menyadari Sonia masih berdiri di tempat sambil menatap mereka berdua dengan tidak berdaya.Melvin berkata, “Aku hampir melupakan Sonia-ku!”“Jelas-jelas dia itu Sonia-ku!” Ranty mendengus sambil meraih pergelangan tangan Sonia. Dia langsung menarik Sonia untuk berjalan ke lantai bawah.Setelah memasuki ruangan, tampak ada dua orang sudah duduk manis di dalam ruangan. Dari cara berpakaian mereka, mereka berdua kelihatannya adalah pebisnis. Sonia spontan terkejut. Untuk apa Melvin membawanya kemari?“Tuan Melvin!” Seorang lelaki paruh baya berpakaian jas biru mengulurkan tangan kanannya, lalu berkata, “Akhirnya kita ketemu juga!”Kedua tangan Melvin masih diselipkan di dalam saku celana. Dia lalu berkata, “Pak Willy sudah menunggu lama, ya. Silakan duduk!”Sonia menatap si lelaki paruh baya, dan sepertinya dia tahu siapa lelaki itu.Si lelaki terpaksa menurunkan tangannya. Dia menatap Sonia dan Rant
Awalnya Sonia mengira pertemuannya dengan Melvin hanyalah kebetulan belaka. Setelah dilihat-lihat, sepertinya semuanya sudah direncanakan.Untungnya Sonia sangat percaya dengan Ranty. Kalau tidak, Sonia pasti akan merasa tertipu.Sejak kedatangan Reza, Ranty pun sudah duduk manis menunggu untuk menyaksikan pertunjukan seru.Ranty ingin melihat apa yang akan dilakukan orang-orang ini?Tatapan Reza masih dingin seperti biasa, tidak ada yang bisa menebak apa yang ada di benaknya. Kelihatan sekali, ketika Reza melirik Sonia dan Melvin yang sedang duduk bersebelahan itu, tatapannya semakin dingin lagi.Hari ini tamu utama yang diundang Willy adalah Melvin, tapi dia juga tidak berani mengabaikan Reza. Dia mempersilakan Reza untuk duduk di tengah, lalu menuangkan anggur untuk Reza. “Hari ini aku sungguh beruntung bisa mengundang Pak Reza, Pak Melvin, dan juga Pak Bagus. Aku bersulang kepada kalian!”Selesai berbicara, Willy langsung meneguk anggurnya hingga tidak bersisa.Kemudian, Willy lanj
Siska adalah pemeran utama dalam film itu. Jadi, dia pun diundang hari ini.Alasan Willy bisa mengundang Reza karena dia adalah pemilik Victor Entertainment dan juga salah satu produser dalam film Bagus. Terlebih Siska juga adalah anggota dari perusahaan Reza. Jadi, Willy mengira Reza pasti akan berpihak di sisinya membantunya untuk membujuk Melvin. Setidaknya Melvin pasti tidak akan bersikap keterlaluan terhadap Reza.Saat ini Siska bersuara dengan lembut, “Nona Sonia, aku tahu Pak Melvin lagi marah gara-gara masalah kamu dengan Pak Rowan. Tapi mohon bantu kami untuk bujuk Pak Melvin, bagaimanapun sebelumnya Pak Reza juga begitu menjagamu. Mohon lepaskan kami, jangan hancurkan film kami!”Sonia spontan mengangkat kepalanya. Dia melihat wajah polos Siska, dan tatapannya semakin dingin lagi.Melvin yang duduk di samping pun tersenyum sinis. “Memangnya aku nggak ada kerjaan? Apa perlu aku hancurin film nggak berharga itu?”Raut wajah Siska langsung berubah. “Pak Melvin sudah salah paham.
Melvin mengabaikan semua orang di dalam ruangan, lalu menyuapi Sonia. Dia terlihat sangat memanjakan Sonia.Tanpa mengangkat kepalanya, Sonia juga dapat merasakan tatapan sinis lelaki yang duduk di seberangnya. Dia memelototi Melvin, lalu berkata, “Jangan akting lagi! Nggak ada yang bakal peduli!”Melvin mencondongkan badannya, menundukkan kepalanya, lalu tersenyum tipis. “Siapa yang lagi akting? Aku memang ingin manjain kamu. Meski Reza nggak ada di sini, aku juga bakal berbuat seperti ini.” Sonia menundukkan kepalanya untuk menyantap es krim. Mereka yang sedang berbisik-bisik itu kelihatan seperti sedang bermesraan saja.Siska melirik Sonia, dan dia spontan merasa kagum dengan wanita itu. Dia tidak tahu bagaimana cara Sonia bisa menggaet lelaki kaya lain setelah meninggalkan Reza.Willy berkata dengan tersenyum, “Pak Melvin memang baik banget sama Nona Sonia. Nona Sonia suka makan es krim, ya? Aku punya saham dalam toko es krim terenak di Jembara. Bagaimana kalau aku hadiahkan toko
Mengenai keuntungan apa yang akan diperoleh Melvin?Melvin tidak akan mendapatkan apa-apa. Dia hanya akan memperoleh kegembiraan lantaran sudah mempermainkan Reza!Setelah menyuap Sonia, Melvin mengeluarkan saputangan untuk mengelap mulut Sonia. “Sonia, menurutmu siapa yang bakal dipilih Pak Reza? Kamu atau Nona Siska?”Sepertinya semua orang sudah mengerti apa yang sudah terjadi.Ranty melirik sosok Melvin. Dia memang sangat licik!Sonia mengangkat tangannya, langsung merebut saputangan dari tangan Melvin. Dia melirik semua orang di sekitar, lalu berdiri, dan berkata, “Masalah aku dan Rowan sudah berlalu. Aku tidak mempermasalahkannya lagi. Mengenai apa yang dikatakan Pak Melvin, itu tidak ada hubungannya sama aku!”Melvin pun tersenyum. “Sonia, aku melakukannya demi kebaikan kamu!”Sonia berkata dengan datar, “Aku masih belum selesai bicara! Aku nggak akan pergi syuting, sepertinya Pak Melvin yang punya cita-cita untuk jadi aktor. Aku sarankan biar dia saja yang jadi pemeran wanita u
Reza mengalihkan tatapannya ke sisi Siska. “Apa yang ingin kamu katakan?”Wajah Siska terlihat merona. Dia menjawab dengan lembut, “Aku hanya ingin beri tahu Pak Reza saja. Kita memang hanya pernah berhubungan semalam, tapi aku sudah menganggap diriku sebagai ceweknya Pak Reza. Aku nggak mungkin akan berhubungan dengan cowok lain.”“Kamu ingin aku tanggung jawab?”Siska langsung menggelengkan kepalanya. “Bukan, aku nggak pernah sekali pun berpikir untuk minta tanggung jawab sama Pak Reza! Aku sadar Pak Reza sudah begitu baik sama aku, tapi ….”Tiba-tiba Siska menundukkan kepalanya. Suaranya terdengar semakin lembut lagi. “Kalau Pak Reza butuh, kamu bisa panggil aku kapan saja. Aku melakukannya bukan demi mendapatkan pemeran utama film Pak Bagus dan juga bukan demi terkenal, aku murni mengagumi Pak Reza.”Reza menatap Siska dengan tatapan datar. Sepertinya ucapan wanita itu tidak membuat hatinya tergerak sedikit pun.Masalah di Celestial Hotel malam itu, Reza memang tidak begitu sadar,
Tiba-tiba Morgan bertanya, “Kenapa kamu tidak pacaran?”Theresia tertegun oleh pertanyaan Morgan. Dia mengangkat kepalanya dengan perlahan, lalu berkata, “Seleraku jadi tinggi gara-gara kamu. Aku takut orang lain nggak sanggup.”Morgan terdiam.Ternyata Theresia sudah berbeda dengan yang dulu. Dia berubah menjadi lebih pemberani. Setiap ucapannya membuat Morgan tidak bisa berkata-kata. Hanya saja, dia tetap berbicara dengan begitu serius dan lugu, membuat Morgan tidak tega untuk mengomelinya.Usai berbicara, Theresia pun tersenyum. Dia tidak berbicara lagi, melainkan menunduk untuk menyantap makanannya dengan tenang.Selesai makan, Theresia menyeduh secangkir teh untuk Morgan, kemudian menyeduh secangkir kopi untuk dirinya sendiri.Meski aroma kopi dan teh bercampur aduk, aromanya tetap terasa nyaman.Theresia duduk di atas pangkuan Morgan, lalu melingkari lehernya. “Aku nggak ingin ngapa-ngapain hari ini, cuma ingin temani kamu saja, ya?”Terdengar nada manja dalam suaranya, seperti s
Reza mengusap wajah Sonia. “Semoga saja yang dia harapkan itu anggota keluarga, bukan uang. Semoga juga dia bisa memahami maksud kalian, bisa mempertahankan pemikiran awal, tidak terbuai dengan kekayaan.”Sonia menggigit bibirnya dengan perlahan. “Semoga saja dia nggak seperti itu. Hanya saja, aku juga bakal lebih hati-hati.”“Kalau begitu, kita amati selama beberapa saat dulu. Seandainya Hallie memang pantas untuk disukai Tuan Aska, masalah cucu kandung atau bukan juga bukan masalah. Seandainya dia tidak pantas, beri dia sedikit uang sebagai tebusan saja.”Sonia mengangguk. “Semuanya tergantung dengan nasibnya sendiri.”Mereka berdua selesai mengobrol masalah Hallie. Reza memeluk Sonia. “Pergi mandi dulu, lalu sarapan. Aku sudah telepon Bi Rati. Dia lagi masak yang enak-enak buat kamu.”Sonia memeluk Reza. “Aku juga merindukan Bibo!”Reza tersenyum tipis. “Sepertinya kamu tidak pernah merindukanku.”“Apa aku nggak pernah mengatakannya? Seingatku, aku sering mengatakannya berkali-kali!
“Sudah hampir pukul sembilan!”Sonia mengerutkan keningnya dengan kesal. “Tadinya aku berencana bangun pagian untuk pergi ke rumah. Tandy sudah hampir ujian akhir semester. Aku ingin memeriksa bagian mana yang ketinggalan, biar bisa beri bimbingan belajar buat dia.”Sonia menengadah kepalanya menatap Reza, lalu berkata dengan tersenyum, “Aku ini bukan guru bimbel yang bertanggung jawab. Untung saja Kak Diana nggak marah.”Reza mencubit pipi Sonia. “Kamu itu guru bimbel yang direkrut dengan susah payah. Meski dia marah, dia juga bisa memendamnya saja.”“Kamu malah berani ngomong lagi! Dia melakukannya juga demi kamu!” dengus Sonia dengan ringan.“Kalau begitu, demi balas budi kepada Kak Diana, aku pergi ajari Tandy saja?”Sonia kepikiran dengan gambaran paman dan keponakan yang sedang mengajar dan belajar itu. Tiba-tiba dia tertawa.Reza menggendong Sonia. “Hari ini kita tidak pulang. Kamu sudah sibuk gara-gara masalah Hallie. Hari ini kita tidak usah melakukan apa-apa, kita kembali ke
“Jangan kemari. Kalau tidak, kalian bukan hanya tidak bisa dirawat di rumah sakit saja, kalian bahkan tidak bisa tinggal di Kota Jembara lagi!” Nada bicara Reza terdengar datar. “Aku sudah cukup memberi kalian muka dengan membiarkan kalian tinggal di Kota Jembara. Seharusnya kamu mengerti!”“Aku mengerti! Aku mengerti!” Hendri berkata, “Aku tahu apa yang sudah aku lakukan. Aku mengerti kalau kamu berbelas kasihan kepada kami!”“Kalau kamu mengerti, mohon jauhi Sonia. Jangan ganggu dia lagi!”“Tuan Reza!” Hendri berkata dengan buru-buru, “Waktu itu aku mengantar Sonia untuk melakukan pernikahan bisnis dengan Keluarga Herdian. Sekarang hubungan kalian sebaik ini. Aku tergolong telah berbuat baik. Bisakah dilihat dari masalah itu, kamu membantuku sekali lagi?”Kening Reza berkerut. Dia berkata dengan suara dingin, “Kenapa Sonia bisa punya ayah sepertimu!”Hendri sungguh merasa malu. “Aku tidak menjadi seorang ayah yang baik. Aku sungguh bersalah pada Sonia. Aku berharap kelak aku memiliki
“Meskipun jelek, aku tetap menyukainya!” Reza memeluk Sonia ke dalam pelukannya. “Aku tahu masalah hari ini di luar dugaan, tapi kalau kejadian ini terulang lagi, aku berharap kamu tidak maju ke depan lagi!”Bagaimana kalau barang itu adalah bom? Siapa tahu ….Sonia memiringkan kepalanya bersandar di pundak Reza. “Waktu itu, aku nggak berpikir terlalu banyak. Cella menargetkanku. Nggak mungkin aku melibatkan Hallie.”“Cella memang bodoh. Padahal dia tahu alasan Keluarga Tamara bisa menjadi seperti sekarang, dia masih saja berani untuk tidak melepaskanmu!” Tatapan Reza kelihatan dingin. “Dia itu takut aku akan melupakannya. Bagus juga dia bisa datang, aku tidak akan melepaskannya lagi!”Sonia tidak menganggap masalah Cella. “Cukup usir dia dari Kota Jembara saja. Jangan kotori tanganmu demi dia.”“Aku akan mengatasinya!” Reza mengecup wajahnya. “Tidurlah!”Sonia berbaring di atas ranjang. Reza juga ikut berbaring di sisinya. Dia meniup punggung tangan Sonia sembari merangkul Sonia ke da
Aska memelototinya. “Saat siang tadi, kamu bilang kamu bisa mengambil keputusan!”Jemmy berkata dengan lantang, “Kamu malah percaya sama omonganku agar kamu menemaniku main catur?”Aska terdiam membisu.Jemmy tersenyum. “Jujur saja, kamu juga tahu sendiri temperamen Morgan. Apa kamu tidak takut Hallie akan menderita nantinya?”“Tidak takut. Aku merasa tenang bisa menikahkannya dengan keluargamu!” balas Aska.“Kamu baru saja menemukan Jeje. Sekarang kamu malah buru-buru ingin menikahkannya. Sebenarnya apa yang sedang kamu pikirkan?” Jemmy tersenyum dingin.Aska segera berkata, “Aku hanya ingin menetapkannya saja. Tentu saja aku tidak buru-buru dalam soal pernikahan.”“Tenang saja, cucuku itu masih belum punya pacar! Biarkan Julia pulang dulu, tes DNA lebih penting!” balas Jemmy.Saat mengungkit soal Julia, Aska pun tidak berbicara lagi.Di sisi tangga, Hallie yang sudah mengganti pakaian baru dan hendak menuruni tangga kedengaran perbincangan mereka berdua. Dia menggigit bibirnya dan ke
Setelah tiba di bawah gedung apartemen, Theresia mengambil tasnya dan menuruni mobil. “Mengenai isi perbincangan hari ini, aku akan suruh anggotaku untuk memasukkannya ke dalam kontrak. Saat hari Senin nanti, aku akan kirimkan kontrak perpanjangan untuk kami. Setelah kamu baca dengan saksama, kamu baru kirim kembali kepadaku.”“Baik!” Roger tersenyum lembut.Roger ikut menuruni mobil. Dia melihat wanita yang sedang berpamitan dengannya, lalu spontan berkata, “There, kita sudah kenal selama ini. Seharusnya kamu mengerti perasaanku kepadamu, bisa tidak kamu beri aku satu kesempatan?”Roger mengeluarkan sebuah cincin berlian dari dalam sakunya. “Cincin ini sudah lama bersamaku, tapi aku nggak punya keberanian untuk mengutarakan perasaanku. There, hari ini mungkin aku sedikit gegabah, tapi aku pasti bukan impulsif!”Cuaca hari ini sangat dingin. Lampu jalan memancarkan cahaya dingin, memancar ke atas berlian. Bahkan, berlian itu juga terasa sedikit dingin.Theresia berkata dengan suara lem
Morgan mengangguk. “Kalau begitu, kita pulang dulu!”Sonia berpesan, “Jangan beri tahu Kakek!”“Aku mengerti!” balas Morgan, lalu membalikkan tubuhnya pergi mengendarai mobilnya. Hallie berpamitan dengan Sonia, Theresia, dan yang lain, kemudian memasuki bangku samping pengemudi.Saat Theresia melihat mobil berjalan pergi, dia mengalihkan pandangannya, lalu bertanya pada Sonia, “Apa tanganmu sakit?”“Nggak sakit lagi. Hanya luka kecil saja. Kamu juga cepat pulang sana!” Sonia tersenyum tipis.Theresia berkata dengan khawatir, “Cella memang gila. Meski dia telah dibawa ke kantor polisi, dia juga nggak akan ditahan terlalu lama. Kamu sendiri mesti lebih hati-hati. Orang seperti itu biasanya akan melakukan hal tanpa memperkirakan akibatnya.”“Aku akan melakukannya!” balas Sonia.“Kalau begitu, aku pergi dulu!” Theresia melambaikan tangannya kepada Sonia. Dia memalingkan kepalanya melihat Roger. “Ayo, kita pergi.”Reza baru kembali dari menelepon. Dia berkata pada Sonia, “Kita ke rumah saki
Sonia segera membalikkan tubuhnya. Dia menyadari di bawah cahaya gelap, sesosok bayangan tubuh menerjang ke sisinya dengan memegang dua botol asam sulfat di tangannya. Satu di kiri dan satu di kanan. Kemudian, dia melemparkannya satu per satu ke sisi Sonia dan yang lain.“Sayang!” Reza segera berlari menarik Sonia ke dalam pelukannya. Dia menggunakan mantelnya untuk membungkus Sonia.Pada saat bersamaan, tubuh besar Morgan juga berdiri di depannya. Ketika melihat Sonia ditarik pergi oleh Reza, dia langsung menarik tangan Theresia, memutarkan tubuhnya melindungi Theresia di dalam pelukannya.Pada akhirnya, hanya tersisa Hallie sendiri. Dia melihat dengan mata kepalanya sendiri botol asam sulfat di depan wajahnya.“Hallie!” Sonia mendorong Reza, langsung melompat untuk menendang botol asam sulfat, kemudian jatuh menindih di atas tubuh Hallie.Botol asam sulfat yang satu lagi melayang bergesekan dengan kepala mereka berdua, lalu menghantam ke atas mobil Reza. “Bamm!” Terdengar suara ledak