Gina membalikkan kepalanya dengan tersenyum. “Aku antar dia saja. Bibi Lysa sedang ke luar kota untuk menghadiri acara resepsi pernikahan. Dia tidak ada di rumah selama dua hari ini. Biar aku jagain Reza. Aku juga nggak tenang Reza dijaga oleh pelayan!”Jason masih ingin menghalanginya, tetapi Johan tiba-tiba mengadang di tengah-tengah mereka. Dia berkata pada Jason dengan tersenyum, “Kak, Kak Gina pasti lebih jago menjaga Kak Reza daripada kamu. Kamu nggak usah urus lagi!”Gina sudah menutup pintu mobil. Dia memerintah sopir untuk menjalankan mobil.Jason menatap mobil yang berjalan semakin jauh dengan mengernyitkan dahinya.Di dalam mobil, Gina menatap lelaki yang sedang duduk dengan memejamkan matanya. Akhirnya … setelah melakukan semua ini, akhirnya Reza menjadi miliknya kembali!Kali ini, Gina tidak akan mengizinkan siapa pun untuk merampasnya!Gina menjulurkan tangan memegang pundak Reza dengan ringan. Tatapannya sangatlah lembut. “Reza, kamu bersandar di pundakku saja. Akan lebi
Gina tidak bisa menahan hasratnya lagi. Jari tangannya meraba ke bagian bawah. Dia memejamkan matanya, menunduk untuk mencium bibir si lelaki.“Tok tok tok!”Di malam yang hening ini, tiba-tiba terdengar suara ketuk pintu yang sangat keras. Gina terkejut langsung melihat ke sisi pintu. “Siapa?”“Bibi Gina, ya? Ini aku!”Gina mengerutkan keningnya. Tandy!Gina menarik napas dalam-dalam, merapikan pakaiannya, lalu menyelimuti Reza. Kemudian, dia baru pergi membuka pintu.Tandy berdiri di depan pintu dengan memegang secangkir teh. Dia menjerit dengan hormat, “Bibi Gina!”Gina tersenyum lembut. “Tandy, sudah semalam ini, masih belum tidur?”“Tadi Paman Fadin bilang Paman Reza pulang dalam keadaan mabuk. Aku suruh pelayan seduhin teh buat Paman!” jelas Tandy.Senyuman Gina semakin ramah lagi. “Tandy memang sangat pengertian. Pantas saja Paman Reza sangat menyayangimu!”“Bu Sonia yang suruh aku jagain Paman Reza,” ucap Tandy sambil menatap Gina.Senyuman di wajah Gina langsung menjadi kaku.
“Kenapa bisa putus?”Tatapan si lelaki menjadi dingin. Dia berkata, “Putus dengan damai. Tidak ada yang benar maupun yang salah.”Jason mencoba untuk mencari tahu, “Kamu tidak menyukainya lagi?”Reza terdiam sejenak, baru mengiakan.Jason pun tertawa. “Sebelumnya kamu sangat menyukainya, bahkan rela mengorbankan nyawamu. Sekarang kamu malah mengatakan kamu tidak menyukainya lagi?”Reza tidak menghiraukan sindiran Jason. Dia berkata dengan dingin, “Apa kamu berhak untuk mengataiku? Kamu sendiri sudah putus berapa kali?”Jason menghela napas. “Kita berbeda. Aku tidak pernah serius.”Terlintas ekspresi muram di tatapan Reza. “Meski serius, juga bisa tidak serius lagi!”“Sudahlah! Aku kira kamu benar-benar sedang sedih karena patah hati! Kalau begini, aku juga tidak usah mencemaskanmu lagi. Aku hanya turut berduka cita untuk Sonia. Perasaannya sudah disia-siakan!”Reza tersenyum sinis. “Dia tidak perlu doamu. Dia sendiri bahkan tidak jelas dengan perasaannya sendiri!”“Apa maksudmu?” Terde
Pekerjaan di lokasi syuting sudah selesai. Sonia meminta izin dari studio dan mengurung diri di dalam kamarnya. Dia ingin mendesain gaun pengantin untuk Ranty. Jadi, dia ingin fokus pada desain kali ini. Sejak bangun tidur, Sonia pun tidak santai sedetik pun.Terkadang Sonia akan terbengong di tengah menggambar desain. Dia melamun menatap kejauhan.Sonia juga terus memimpikan Reza. Dia kepikiran waktu itu, saat dia kembali ke kota Atria. Malam-malam Reza datang untuk mencarinya. Mereka berdua saling berpelukan di tengah jalan dengan mobil lalu lalang di sisi mereka.Setelah Ranty mengetahui kabar putus mereka, dia pun marah hendak memberi pelajaran kepada Reza. Namun, Sonia menghalanginya.Mencari masalah setelah putus tidak bisa membuat Reza kembali padanya. Yang ada, Reza akan semakin membencinya. Sonia telah melihat contoh nyata dari diri mantan-mantan kekasih Jason.Reza mengatakan dirinya sudah bosan. Dia sudah tidak menyukai Sonia lagi.Ranty membawa alkohol ke vila. Mereka berdu
Sonia berkata dengan datar, “Aku nggak ingin lupain dia!”Kenapa harus melupakannya? Hanya dengan mengingatnya, Sonia baru bisa sadar dengan kesadisannya.Ranty sungguh kehabisan akal. “Di mana harga dirimu?”Sonia tidak menjelaskan. Dia membiarkan si penata rias mengembangkan kreasi di tubuhnya.Pada akhirnya penata rias memilih kaus polo hitam sepinggang dipadukan dengan rok hitam yang sangat pendek. Sonia yang berkulit putih itu semakin memukau dengan perpaduan pakaian seperti ini.Sonia juga tidak diberi riasan yang terlalu tebal dan dioleskan lipstik berwarna delima. Dia kelihatan semakin seksi saja!Ranty spontan menjerit, “Aku ingin sekali suruh Reza lihat penampilan kamu yang sekarang. Biar dia tahu betapa bodohnya dia!”Sonia meliriknya sekilas. “Apa kamu kira nggak ada cewek cantik di sekitar Reza?”Ranty mengangkat-angkat alisnya. “Kalau ada pemilihan Miss Universe, Sayangku pasti juara satu!”Sonia melihat orang di dalam cermin dengan sangat asing. Saat hendak keluar, dia p
Tatapan Sonia menjadi dingin. “Siapa bosmu?”“Itu yang sebelah sana!” Si lelaki memiringkan badannya, lalu menunjuk.Ranty mengikuti arah tunjuk si lelaki, lalu tampak ada belasan lelaki sedang duduk di area VIP. Lelaki di tengah yang mengecat rambutnya menjadi keabuan kelihatan berumur 30-an tahun. Ketika menyadari kedua wanita sedang melirik ke sisinya, dia mengangkat gelas alkohol di tangannya!Ranty tersenyum. “Dia mau ajak kami ke sana? Dia kira dia itu siapa?”Raut wajah si lelaki spontan menjadi dingin. Dia berkata dengan nada mengancam, “Bos kami jarang mengajak orang lain untuk minum bersama. Jadi, jangan nggak tahu diri!”Evan mengerutkan keningnya. “Aku harap kamu bisa bicara dengan sopan. Kalau kedua nona ini nggak mau ke sana, kenapa kamu malah memaksa mereka? Sekarang ini zaman hukum!”Si lelaki bertato menatap Evan dengan tatapan sinis. “Jangan ikut campur!”Evan berdiri di hadapan kedua wanita hendak melindungi mereka. “Memangnya kenapa kalau aku ikut campur dalam masal
Sonia menatap Ranty yang dibawa pergi oleh orang-orang, lalu memalingkan kepalanya melihat kedua lelaki yang sedang menjaganya. Wajah si wanita yang cantik itu terlihat sangat diam. Dia hanya lanjut meminum alkohol saja.Kedua lelaki yang menjaga Sonia saling bertatapan. Dia membatin, ‘Besar sekali nyali cewek ini? Atau dia nggak sadar dirinya lagi dalam bahaya?’Tak lama kemudian, orang di ujung sana mulai berkelahi. Ranty mengambil botol bir, lalu menghantamnya ke kepala si lelaki bertato. Kemudian, dengan satu tendangan, dia berhasil menendang Riandy yang hendak menyerangnya.Kedua lelaki yang menjaga Sonia pun terkejut. Dia segera berlari pergi untuk melakukan penyelamatan!Sonia melirik sekilas. Meski Ranty mengenakan sepatu hak tinggi, semua itu juga tidak berdampak dalam melawan yang lain. Tanpa menunda waktu, dia segera menendang ketiga orang. Gerakan Ranty sangatlah keren!Tamu di sekitar segera melangkah mundur. Bahkan, ada yang menjerit ketakutan!Setelah perkelahian sengit,
Bondan dan Jason sedang minum di Altena. Ketika melihat video yang dikirim, dia pun melihat sebanyak dua kali, baru memberi tahu Jason. “Dia itu Sonia, ‘kan?”Cahaya lampu di dalam bar remang-remang. Ditambah lagi, cara berpakaian Sonia yang sangat seksi. Jika bukan karena wajah yang sangat mirip itu, dia juga tidak percaya wanita itu adalah Sonia!Jason mengerutkan keningnya. Dia berpikir sejenak, lalu mengirim video ke grup bersama mereka. Dia mengetik.[ Sonia, ini kamu, ya? Keren sekalI! Apa kamu butuh bantuan? ]Jason tahu Sonia pasti tidak bisa membaca pesan saat ini. Tentu saja, Jason mengirim pesan itu bukan untuk diperlihatkan kepada Sonia, melainkan diperlihatkan kepada Reza! Jason ingin tahu apakah dia sudah melepaskan Sonia atau belum!…Saat ini Reza sedang makan malam di rumah. Gina juga sedang bersamanya.Belakangan ini, frekuensi kedatangan Gina ke rumah Reza semakin tinggi saja. Tadi siang dia menyuruh orang mengirim daging sapi dari luar negeri ke rumah Reza. Jadi, Ly
“Sudah hampir pukul sembilan!”Sonia mengerutkan keningnya dengan kesal. “Tadinya aku berencana bangun pagian untuk pergi ke rumah. Tandy sudah hampir ujian akhir semester. Aku ingin memeriksa bagian mana yang ketinggalan, biar bisa beri bimbingan belajar buat dia.”Sonia menengadah kepalanya menatap Reza, lalu berkata dengan tersenyum, “Aku ini bukan guru bimbel yang bertanggung jawab. Untung saja Kak Diana nggak marah.”Reza mencubit pipi Sonia. “Kamu itu guru bimbel yang direkrut dengan susah payah. Meski dia marah, dia juga bisa memendamnya saja.”“Kamu malah berani ngomong lagi! Dia melakukannya juga demi kamu!” dengus Sonia dengan ringan.“Kalau begitu, demi balas budi kepada Kak Diana, aku pergi ajari Tandy saja?”Sonia kepikiran dengan gambaran paman dan keponakan yang sedang mengajar dan belajar itu. Tiba-tiba dia tertawa.Reza menggendong Sonia. “Hari ini kita tidak pulang. Kamu sudah sibuk gara-gara masalah Hallie. Hari ini kita tidak usah melakukan apa-apa, kita kembali ke
“Jangan kemari. Kalau tidak, kalian bukan hanya tidak bisa dirawat di rumah sakit saja, kalian bahkan tidak bisa tinggal di Kota Jembara lagi!” Nada bicara Reza terdengar datar. “Aku sudah cukup memberi kalian muka dengan membiarkan kalian tinggal di Kota Jembara. Seharusnya kamu mengerti!”“Aku mengerti! Aku mengerti!” Hendri berkata, “Aku tahu apa yang sudah aku lakukan. Aku mengerti kalau kamu berbelas kasihan kepada kami!”“Kalau kamu mengerti, mohon jauhi Sonia. Jangan ganggu dia lagi!”“Tuan Reza!” Hendri berkata dengan buru-buru, “Waktu itu aku mengantar Sonia untuk melakukan pernikahan bisnis dengan Keluarga Herdian. Sekarang hubungan kalian sebaik ini. Aku tergolong telah berbuat baik. Bisakah dilihat dari masalah itu, kamu membantuku sekali lagi?”Kening Reza berkerut. Dia berkata dengan suara dingin, “Kenapa Sonia bisa punya ayah sepertimu!”Hendri sungguh merasa malu. “Aku tidak menjadi seorang ayah yang baik. Aku sungguh bersalah pada Sonia. Aku berharap kelak aku memiliki
“Meskipun jelek, aku tetap menyukainya!” Reza memeluk Sonia ke dalam pelukannya. “Aku tahu masalah hari ini di luar dugaan, tapi kalau kejadian ini terulang lagi, aku berharap kamu tidak maju ke depan lagi!”Bagaimana kalau barang itu adalah bom? Siapa tahu ….Sonia memiringkan kepalanya bersandar di pundak Reza. “Waktu itu, aku nggak berpikir terlalu banyak. Cella menargetkanku. Nggak mungkin aku melibatkan Hallie.”“Cella memang bodoh. Padahal dia tahu alasan Keluarga Tamara bisa menjadi seperti sekarang, dia masih saja berani untuk tidak melepaskanmu!” Tatapan Reza kelihatan dingin. “Dia itu takut aku akan melupakannya. Bagus juga dia bisa datang, aku tidak akan melepaskannya lagi!”Sonia tidak menganggap masalah Cella. “Cukup usir dia dari Kota Jembara saja. Jangan kotori tanganmu demi dia.”“Aku akan mengatasinya!” Reza mengecup wajahnya. “Tidurlah!”Sonia berbaring di atas ranjang. Reza juga ikut berbaring di sisinya. Dia meniup punggung tangan Sonia sembari merangkul Sonia ke da
Aska memelototinya. “Saat siang tadi, kamu bilang kamu bisa mengambil keputusan!”Jemmy berkata dengan lantang, “Kamu malah percaya sama omonganku agar kamu menemaniku main catur?”Aska terdiam membisu.Jemmy tersenyum. “Jujur saja, kamu juga tahu sendiri temperamen Morgan. Apa kamu tidak takut Hallie akan menderita nantinya?”“Tidak takut. Aku merasa tenang bisa menikahkannya dengan keluargamu!” balas Aska.“Kamu baru saja menemukan Jeje. Sekarang kamu malah buru-buru ingin menikahkannya. Sebenarnya apa yang sedang kamu pikirkan?” Jemmy tersenyum dingin.Aska segera berkata, “Aku hanya ingin menetapkannya saja. Tentu saja aku tidak buru-buru dalam soal pernikahan.”“Tenang saja, cucuku itu masih belum punya pacar! Biarkan Julia pulang dulu, tes DNA lebih penting!” balas Jemmy.Saat mengungkit soal Julia, Aska pun tidak berbicara lagi.Di sisi tangga, Hallie yang sudah mengganti pakaian baru dan hendak menuruni tangga kedengaran perbincangan mereka berdua. Dia menggigit bibirnya dan ke
Setelah tiba di bawah gedung apartemen, Theresia mengambil tasnya dan menuruni mobil. “Mengenai isi perbincangan hari ini, aku akan suruh anggotaku untuk memasukkannya ke dalam kontrak. Saat hari Senin nanti, aku akan kirimkan kontrak perpanjangan untuk kami. Setelah kamu baca dengan saksama, kamu baru kirim kembali kepadaku.”“Baik!” Roger tersenyum lembut.Roger ikut menuruni mobil. Dia melihat wanita yang sedang berpamitan dengannya, lalu spontan berkata, “There, kita sudah kenal selama ini. Seharusnya kamu mengerti perasaanku kepadamu, bisa tidak kamu beri aku satu kesempatan?”Roger mengeluarkan sebuah cincin berlian dari dalam sakunya. “Cincin ini sudah lama bersamaku, tapi aku nggak punya keberanian untuk mengutarakan perasaanku. There, hari ini mungkin aku sedikit gegabah, tapi aku pasti bukan impulsif!”Cuaca hari ini sangat dingin. Lampu jalan memancarkan cahaya dingin, memancar ke atas berlian. Bahkan, berlian itu juga terasa sedikit dingin.Theresia berkata dengan suara lem
Morgan mengangguk. “Kalau begitu, kita pulang dulu!”Sonia berpesan, “Jangan beri tahu Kakek!”“Aku mengerti!” balas Morgan, lalu membalikkan tubuhnya pergi mengendarai mobilnya. Hallie berpamitan dengan Sonia, Theresia, dan yang lain, kemudian memasuki bangku samping pengemudi.Saat Theresia melihat mobil berjalan pergi, dia mengalihkan pandangannya, lalu bertanya pada Sonia, “Apa tanganmu sakit?”“Nggak sakit lagi. Hanya luka kecil saja. Kamu juga cepat pulang sana!” Sonia tersenyum tipis.Theresia berkata dengan khawatir, “Cella memang gila. Meski dia telah dibawa ke kantor polisi, dia juga nggak akan ditahan terlalu lama. Kamu sendiri mesti lebih hati-hati. Orang seperti itu biasanya akan melakukan hal tanpa memperkirakan akibatnya.”“Aku akan melakukannya!” balas Sonia.“Kalau begitu, aku pergi dulu!” Theresia melambaikan tangannya kepada Sonia. Dia memalingkan kepalanya melihat Roger. “Ayo, kita pergi.”Reza baru kembali dari menelepon. Dia berkata pada Sonia, “Kita ke rumah saki
Sonia segera membalikkan tubuhnya. Dia menyadari di bawah cahaya gelap, sesosok bayangan tubuh menerjang ke sisinya dengan memegang dua botol asam sulfat di tangannya. Satu di kiri dan satu di kanan. Kemudian, dia melemparkannya satu per satu ke sisi Sonia dan yang lain.“Sayang!” Reza segera berlari menarik Sonia ke dalam pelukannya. Dia menggunakan mantelnya untuk membungkus Sonia.Pada saat bersamaan, tubuh besar Morgan juga berdiri di depannya. Ketika melihat Sonia ditarik pergi oleh Reza, dia langsung menarik tangan Theresia, memutarkan tubuhnya melindungi Theresia di dalam pelukannya.Pada akhirnya, hanya tersisa Hallie sendiri. Dia melihat dengan mata kepalanya sendiri botol asam sulfat di depan wajahnya.“Hallie!” Sonia mendorong Reza, langsung melompat untuk menendang botol asam sulfat, kemudian jatuh menindih di atas tubuh Hallie.Botol asam sulfat yang satu lagi melayang bergesekan dengan kepala mereka berdua, lalu menghantam ke atas mobil Reza. “Bamm!” Terdengar suara ledak
Saat Morgan kembali ke ruangan VIP, Reza pun telah tiba.Tadinya Hallie duduk di samping Sonia. Begitu Reza datang, dia pun langsung duduk di samping Morgan.Saat melihat Morgan telah kembali, Hallie segera berkata dengan tersenyum, “Kak Morgan, masakan sudah datang, rasanya benar-benar enak!”Morgan tidak membalas, melainkan melihat Reza. “Kapan kamu datangnya?”“Baru saja!” Reza tersenyum tipis, lalu menuangkan segelas alkohol untuk Morgan. “Arak hasil fermentasi Bos. Coba dicicip!”Sonia berkata, “Aku juga ingin minum!”Reza menuangkan setengah gelas untuk Sonia. “Cuma segini saja.”Daripada tidak ada, Sonia juga tidak boleh serakah. Dia menuangkan setengahnya ke gelas Hallie. “Sebelumnya saat di Istana Fers, aku lihat kamu jago minum. Cuaca sudah dingin. Ayo, kita minum bersama untuk menghangatkan tubuh.”Hallie tersenyum malu. “Aku itu memaksakan diriku buat minum. Sebenarnya aku gampang mabuk.”Mereka minum sembari mengobrol. Saat Reza mengobrol dengan Morgan, dia juga tidak lupa
Theresia mengangkat pandangannya dan tersenyum lembut. Seketika seperti angin musim semi yang membuat bunga-bunga bermekaran.Setelah menghabiskan sebatang rokok, Morgan melangkah ke sisi restoran. Saat melewati jendela sebelah, dia menoleh sekilas, ternyata adalah seorang pria. Dia juga mengenakan sweater biru dan kelihatan sangat muda.Setelah sekilas pandang, Morgan mengalihkan pandangannya kembali, lalu melanjutkan langkahnya.Sesampainya di dalam restoran dan melewati koridor, tiba-tiba pintu kayu di sebelah kanan terbuka. Morgan mengangkat kepalanya dan matanya berpapasan dengan mata gadis yang keluar dari pintu. Satunya kelihatan syok, sedangkan yang satu lagi menatap dengan tatapan penuh makna.Setelah mereka kencan buta, mereka tidak pernah saling berhubungan lagi. Hari ini adalah pertama kalinya mereka bertemu lagi.Ternyata selama berada di satu kota, pasti akan ketemu.Theresia duluan bersuara, “Kamu masih belum pergi?”Seingat Theresia, Morgan mengatakan dia hanya akan tin