Di perjalanan pulang, Juno baru menyadari ada yang berbeda dengan raut wajah Sonia. Dia pun bertanya, “Kenapa? Capek?”Sonia menggeleng. “Aku hanya merasa agak khawatir.”Tadi Sonia telah memfitnah wanita yang bernama Liana. Hanya saja, dia juga tidak bisa memastikan apakah Matias berhubungan dengan wanita itu atau tidak.Jujur saja, Sonia sungguh takut hubungan Ranty dan Matias akan mengalami perubahan.“Kamu lagi khawatirin Ranty?” tanya Juno dengan suara datar.Sonia sungguh kaget dengan Juno yang peka itu.“Mereka sudah jadian begitu lama. Masalah ini bukanlah masalah bagi mereka. Kamu tidak perlu khawatir.” Juno tersenyum lembut. “Lagi pula, meski kamu mengkhawatirkan hubungan mereka, kamu juga tidak bisa merubah apa-apa.”Sonia menarik napas dalam-dalam. “Benar juga!”“Sutradara Teddy masih memilih lokasi syuting. Sebentar lagi syuting akan dimulai, kamu bersiap-siap saja.” Juno menyerahkan buku skenario yang dimasukkan ke dalam amplop kepada Sonia.“Oke.” Sonia mengambilnya. “Ak
Sutradara Teddy menyewa sebuah vila. Begitu Sonia masuk, kru yang bertugas membawa Sonia untuk bertemu dengan Pak Sutradara.Entah karena bakat Sonia atau reputasi Sonia di Arkava Studio, Teddy bersikap sangat sungkan terhadap Sonia. Dia bahkan memanggil semua pemain sinetron berkumpul untuk memperkenalkannya kepada Sonia.Sonia tidak pernah bertemu dengan para pemain sinetron. Dia hanya melakukan desain busana berdasarkan pemahamannya dari skenario. Hari ini kebetulan dia bertemu dengan pemeran utama, dia pun bisa merevisi sedikit gaya busana berdasarkan dengan penampilan para pemain.Saat melihat keberadaan Thalia, jujur saja Sonia merasa cukup kaget. Hanya saja, dia juga merasa semuanya sangat masuk akal.Sebelumnya sinetron yang disutradarai Sutradara Nathan sangatlah tenar. Sekarang Thalia pun adalah bintang yang sedang tenar. Jika keduanya bisa saling kerja sama, pasti akan memuaskan para penonton.Thalia menyapa Sonia dengan tersenyum, “Sonia, nggak disangka kita bakal kerja sam
Saat ini Sonia baru menghentikan pekerjaan di tangannya. Dia memalingkan kepalanya untuk menatap Gina dengan sedikit rasa iba dan bingung di dalam tatapannya.Gina tersenyum. “Ekspresi macam apa itu?”“Gina, apa Reza sebaik itu? Sampai sekarang, kamu masih belum ingin melepaskannya? Apa pantas kamu melakukan semua ini demi orang yang nggak mencintaimu?” Sonia bertanya dengan bingung.Raut wajah Gina menjadi datar dalam seketika. “Tentu saja pantas! Di dalam hatiku, dia adalah yang terbaik. Semua lelaki bukanlah apa-apa jika dibandingkan dengan Reza! Lagi pula, hanya aku yang pantas untuk bersamanya!”Sonia dapat merasakan sikap keras kepala dari diri wanita ini. Dia berpikir sejenak, lalu berkata, “Kalau kamu suka, kamu kejar saja. Berusaha perlihatkan sisi baikmu kepadanya. Jangan hasut aku untuk menghadapi Thalia!”Tatapan Gina menjadi tajam. Dia pun mendengus dingin. “Sonia, apa kamu benar-benar nggak benci sama Thalia? Kalau kamu nggak benci, itu berarti kamu nggak benar-benar suka
Darren masih menunjukkan senyum lebar. “Aku tahu kamu bergabung dalam syuting sinetron Pak Teddy. Jadi, aku sengaja kemari. Kelak kita bisa bekerja bersama lagi!”Sonia berkata dengan tersenyum, “Bukankah kamu sudah naik pangkat dalam tim sebelumnya? Sepertinya kamu nggak usah ke sini, apalagi demi aku.”“Syuting itu akan segera selesai. Aku sudah menyerahkan sisa pekerjaanku kepada asisten. Jadi, nggak bakal terganggu, kok!” balas Darren dengan blak-blakan.Kemudian, Darren terdiam sejenak dan bertanya, “Apa Thalia juga berada di lokasi syuting? Apa kalian sudah ketemuan?”“Emm, sudah ketemu tadi.” Sonia menghentikan langkahnya, lalu membalikkan tubuhnya untuk melihat Darren di belakangnya. Dia mengangkat-angkat alisnya. “Kenapa kamu buru-buru ke sini? Apa kamu takut aku akan … ditindas?”Thalia adalah pemeran utama dalam sinetron kali ini. Semua orang otomatis akan menyanjungnya. Jika Thalia benar-benar ingin menindas seorang desainer busana, dia juga tidak perlu turun tangan sendiri
Di lantai bawah, Darren melempar garpu dan pisau di tangan, lalu berkata dengan mengerutkan keningnya, “Merusak suasana saja! Makan sang saja bisa ketemu sama dia! Kalau tahu dia ke sini, aku juga tidak akan ajak kamu ke sini! Jadi tidak selera makan.”Sonia memotong steak sapi dengan perlahan. “Hei, anak muda, yang tenang!”Darren tersenyum. “Kalau aku masih muda, tadi sudah aku tampar dia!”Sonia berkata dengan perlahan, “Aku dan Reza sudah putus. Sesuai logika, kita nggak ada alasan untuk menyalahkannya. Kalau nggak suka, nggak usah saling berhubungan saja, nggak usah turun tangan.”Darren tersenyum dingin. “Kamu jangan bicara logika. Kalau dia setia kawan, apa mungkin dia akan jadian sama mantan kekasih teman baiknya sendiri!”“Jangan bahas masalah ini lagi! Kalau kamu bahas masalah ini lagi, sepertinya aku juga nggak ada selera makan.” Sonia mengangkat kepalanya menatap Darren sekilas.Darren menghela napas, lalu kembali memegang garpu dan pisaunya. “Ayo, makan! Biar cepat pergi!”
Senyuman Thalia seketika menjadi kaku. Dia menunjukkan senyuman lugunya. “Aku kira Sonia dan Reza sudah putus. Jadi, mereka nggak peduli sama masalah ini lagi!”“Heh!” Darren mendengus dingin. “Thalia, kenapa aku tidak sadar kalau kamu itu pelakor!”Raut wajah Thalia seketika berubah muram.“Darren, aku sudah mengalah dari tadi. Kamu jangan keterlaluan, ya!”“Ini namanya keterlaluan?” Darren kembali mendengus dingin. “Semuanya bukan apa-apa jika dibandingkan dengan penderitaan yang kamu datangkan untuk Sonia!”Thalia menarik napas dalam-dalam seolah-olah sedang bersabar. Beberapa saat kemudian, dia baru berkata dengan datar, “Darren, masalah ini masalah aku dengan Sonia. Bisa nggak kamu keluar dulu? Biarkan aku ngobrol berdua sama Sonia?”“Ngapain ngobrol lagi? Apa kamu ingin kembalikan Reza kepadanya?” Darren berkata dengan kasar, “Kalau kamu nggak mau kembaliin, nggak usah omong kosong lagi. Sonia juga nggak ingin dengar.”Raut wajah Thalia menjadi pucat. Dia tidak ingin menghiraukan
Terlihat kobaran api di dalam mata Sonia. Dia melihat pensil yang hancur di lantai, lalu berjongkok untuk memungutnya.Saat ini Darren masuk ke ruangan, lalu bertanya dengan mengerutkan keningnya, “Apa dia sudah pergi? Apa yang dia katakan kepadamu?”Sonia membuang pensil yang telah rusak itu ke tong sampah, baru menjawab, “Nggak apa-apa. Aku hanya beri tahu dia, kelak kami nggak mungkin bisa berteman lagi!”Darren mengangguk. “Benar apa katamu! Tak disangka dia begitu nggak tahu malu, malah ingin berteman seperti dulu lagi! Mimpi sana!”Sonia menepuk-nepuk tangannya. Saat dia mengangkat kepalanya, raut wajahnya terlihat tenang. “Oke, jangan ungkit masalah dia lagi, nanti malah memengaruhi pekerjaan.”Darren takut Sonia akan merasa sedih, dia pun segera membalas, “Oke, kita tidak usah ungkit namanya lagi!”…Malam harinya, sewaktu Sonia sedang melukis desainnya, Melvin melakukan panggilan video dengannya.Melvin mengangkat ponselnya, lalu memperlihatkan isi dari vilanya. “Lihat yang je
Sonia mengerutkan keningnya, lalu berjalan menghampirinya. “Ngapain angkat batu?”Si ketua tim terkekeh. “Nona Sonia.”Ukuran batu itu bervariasi. Batu berukuran kecil sebesar bangku kecil, sedangkan ukuran yang besar sekitar 50 kilogram.Darren tampak terengah-engah lantaran kecapekan. Dia berusaha untuk menegakkan pinggangnya, lalu menjawab, “Tidak apa-apa, untuk keperluan syuting nanti sore.”Si ketua tim berjalan ke sampingnya. “Nanti sore ada syuting acara ulang tahun di luar ruangan. Nona Thalia ingin dibikinkan latar gunung palsu.”Sonia menyadari masih ada beberapa bongkah batu yang belum dipindahkan. “Sudah makan belum?”Darren menggeleng, lalu membalas dengan terengah-engah, “Belum, nanti saja setelah selesai!”Ketua tim mulai mendesak dengan tidak sabaran, “Nona Thalia sudah menunggu. Cepat kerja!”Raut wajah Sonia menjadi muram dalam seketika. Bagaimanapun, Darren sudah bertahun-tahun bekerja di dunia hiburan. Dia memiliki pengalaman dan kemampuan yang menonjol. Dalam tim s
Tiba-tiba Morgan bertanya, “Kenapa kamu tidak pacaran?”Theresia tertegun oleh pertanyaan Morgan. Dia mengangkat kepalanya dengan perlahan, lalu berkata, “Seleraku jadi tinggi gara-gara kamu. Aku takut orang lain nggak sanggup.”Morgan terdiam.Ternyata Theresia sudah berbeda dengan yang dulu. Dia berubah menjadi lebih pemberani. Setiap ucapannya membuat Morgan tidak bisa berkata-kata. Hanya saja, dia tetap berbicara dengan begitu serius dan lugu, membuat Morgan tidak tega untuk mengomelinya.Usai berbicara, Theresia pun tersenyum. Dia tidak berbicara lagi, melainkan menunduk untuk menyantap makanannya dengan tenang.Selesai makan, Theresia menyeduh secangkir teh untuk Morgan, kemudian menyeduh secangkir kopi untuk dirinya sendiri.Meski aroma kopi dan teh bercampur aduk, aromanya tetap terasa nyaman.Theresia duduk di atas pangkuan Morgan, lalu melingkari lehernya. “Aku nggak ingin ngapa-ngapain hari ini, cuma ingin temani kamu saja, ya?”Terdengar nada manja dalam suaranya, seperti s
Reza mengusap wajah Sonia. “Semoga saja yang dia harapkan itu anggota keluarga, bukan uang. Semoga juga dia bisa memahami maksud kalian, bisa mempertahankan pemikiran awal, tidak terbuai dengan kekayaan.”Sonia menggigit bibirnya dengan perlahan. “Semoga saja dia nggak seperti itu. Hanya saja, aku juga bakal lebih hati-hati.”“Kalau begitu, kita amati selama beberapa saat dulu. Seandainya Hallie memang pantas untuk disukai Tuan Aska, masalah cucu kandung atau bukan juga bukan masalah. Seandainya dia tidak pantas, beri dia sedikit uang sebagai tebusan saja.”Sonia mengangguk. “Semuanya tergantung dengan nasibnya sendiri.”Mereka berdua selesai mengobrol masalah Hallie. Reza memeluk Sonia. “Pergi mandi dulu, lalu sarapan. Aku sudah telepon Bi Rati. Dia lagi masak yang enak-enak buat kamu.”Sonia memeluk Reza. “Aku juga merindukan Bibo!”Reza tersenyum tipis. “Sepertinya kamu tidak pernah merindukanku.”“Apa aku nggak pernah mengatakannya? Seingatku, aku sering mengatakannya berkali-kali!
“Sudah hampir pukul sembilan!”Sonia mengerutkan keningnya dengan kesal. “Tadinya aku berencana bangun pagian untuk pergi ke rumah. Tandy sudah hampir ujian akhir semester. Aku ingin memeriksa bagian mana yang ketinggalan, biar bisa beri bimbingan belajar buat dia.”Sonia menengadah kepalanya menatap Reza, lalu berkata dengan tersenyum, “Aku ini bukan guru bimbel yang bertanggung jawab. Untung saja Kak Diana nggak marah.”Reza mencubit pipi Sonia. “Kamu itu guru bimbel yang direkrut dengan susah payah. Meski dia marah, dia juga bisa memendamnya saja.”“Kamu malah berani ngomong lagi! Dia melakukannya juga demi kamu!” dengus Sonia dengan ringan.“Kalau begitu, demi balas budi kepada Kak Diana, aku pergi ajari Tandy saja?”Sonia kepikiran dengan gambaran paman dan keponakan yang sedang mengajar dan belajar itu. Tiba-tiba dia tertawa.Reza menggendong Sonia. “Hari ini kita tidak pulang. Kamu sudah sibuk gara-gara masalah Hallie. Hari ini kita tidak usah melakukan apa-apa, kita kembali ke
“Jangan kemari. Kalau tidak, kalian bukan hanya tidak bisa dirawat di rumah sakit saja, kalian bahkan tidak bisa tinggal di Kota Jembara lagi!” Nada bicara Reza terdengar datar. “Aku sudah cukup memberi kalian muka dengan membiarkan kalian tinggal di Kota Jembara. Seharusnya kamu mengerti!”“Aku mengerti! Aku mengerti!” Hendri berkata, “Aku tahu apa yang sudah aku lakukan. Aku mengerti kalau kamu berbelas kasihan kepada kami!”“Kalau kamu mengerti, mohon jauhi Sonia. Jangan ganggu dia lagi!”“Tuan Reza!” Hendri berkata dengan buru-buru, “Waktu itu aku mengantar Sonia untuk melakukan pernikahan bisnis dengan Keluarga Herdian. Sekarang hubungan kalian sebaik ini. Aku tergolong telah berbuat baik. Bisakah dilihat dari masalah itu, kamu membantuku sekali lagi?”Kening Reza berkerut. Dia berkata dengan suara dingin, “Kenapa Sonia bisa punya ayah sepertimu!”Hendri sungguh merasa malu. “Aku tidak menjadi seorang ayah yang baik. Aku sungguh bersalah pada Sonia. Aku berharap kelak aku memiliki
“Meskipun jelek, aku tetap menyukainya!” Reza memeluk Sonia ke dalam pelukannya. “Aku tahu masalah hari ini di luar dugaan, tapi kalau kejadian ini terulang lagi, aku berharap kamu tidak maju ke depan lagi!”Bagaimana kalau barang itu adalah bom? Siapa tahu ….Sonia memiringkan kepalanya bersandar di pundak Reza. “Waktu itu, aku nggak berpikir terlalu banyak. Cella menargetkanku. Nggak mungkin aku melibatkan Hallie.”“Cella memang bodoh. Padahal dia tahu alasan Keluarga Tamara bisa menjadi seperti sekarang, dia masih saja berani untuk tidak melepaskanmu!” Tatapan Reza kelihatan dingin. “Dia itu takut aku akan melupakannya. Bagus juga dia bisa datang, aku tidak akan melepaskannya lagi!”Sonia tidak menganggap masalah Cella. “Cukup usir dia dari Kota Jembara saja. Jangan kotori tanganmu demi dia.”“Aku akan mengatasinya!” Reza mengecup wajahnya. “Tidurlah!”Sonia berbaring di atas ranjang. Reza juga ikut berbaring di sisinya. Dia meniup punggung tangan Sonia sembari merangkul Sonia ke da
Aska memelototinya. “Saat siang tadi, kamu bilang kamu bisa mengambil keputusan!”Jemmy berkata dengan lantang, “Kamu malah percaya sama omonganku agar kamu menemaniku main catur?”Aska terdiam membisu.Jemmy tersenyum. “Jujur saja, kamu juga tahu sendiri temperamen Morgan. Apa kamu tidak takut Hallie akan menderita nantinya?”“Tidak takut. Aku merasa tenang bisa menikahkannya dengan keluargamu!” balas Aska.“Kamu baru saja menemukan Jeje. Sekarang kamu malah buru-buru ingin menikahkannya. Sebenarnya apa yang sedang kamu pikirkan?” Jemmy tersenyum dingin.Aska segera berkata, “Aku hanya ingin menetapkannya saja. Tentu saja aku tidak buru-buru dalam soal pernikahan.”“Tenang saja, cucuku itu masih belum punya pacar! Biarkan Julia pulang dulu, tes DNA lebih penting!” balas Jemmy.Saat mengungkit soal Julia, Aska pun tidak berbicara lagi.Di sisi tangga, Hallie yang sudah mengganti pakaian baru dan hendak menuruni tangga kedengaran perbincangan mereka berdua. Dia menggigit bibirnya dan ke
Setelah tiba di bawah gedung apartemen, Theresia mengambil tasnya dan menuruni mobil. “Mengenai isi perbincangan hari ini, aku akan suruh anggotaku untuk memasukkannya ke dalam kontrak. Saat hari Senin nanti, aku akan kirimkan kontrak perpanjangan untuk kami. Setelah kamu baca dengan saksama, kamu baru kirim kembali kepadaku.”“Baik!” Roger tersenyum lembut.Roger ikut menuruni mobil. Dia melihat wanita yang sedang berpamitan dengannya, lalu spontan berkata, “There, kita sudah kenal selama ini. Seharusnya kamu mengerti perasaanku kepadamu, bisa tidak kamu beri aku satu kesempatan?”Roger mengeluarkan sebuah cincin berlian dari dalam sakunya. “Cincin ini sudah lama bersamaku, tapi aku nggak punya keberanian untuk mengutarakan perasaanku. There, hari ini mungkin aku sedikit gegabah, tapi aku pasti bukan impulsif!”Cuaca hari ini sangat dingin. Lampu jalan memancarkan cahaya dingin, memancar ke atas berlian. Bahkan, berlian itu juga terasa sedikit dingin.Theresia berkata dengan suara lem
Morgan mengangguk. “Kalau begitu, kita pulang dulu!”Sonia berpesan, “Jangan beri tahu Kakek!”“Aku mengerti!” balas Morgan, lalu membalikkan tubuhnya pergi mengendarai mobilnya. Hallie berpamitan dengan Sonia, Theresia, dan yang lain, kemudian memasuki bangku samping pengemudi.Saat Theresia melihat mobil berjalan pergi, dia mengalihkan pandangannya, lalu bertanya pada Sonia, “Apa tanganmu sakit?”“Nggak sakit lagi. Hanya luka kecil saja. Kamu juga cepat pulang sana!” Sonia tersenyum tipis.Theresia berkata dengan khawatir, “Cella memang gila. Meski dia telah dibawa ke kantor polisi, dia juga nggak akan ditahan terlalu lama. Kamu sendiri mesti lebih hati-hati. Orang seperti itu biasanya akan melakukan hal tanpa memperkirakan akibatnya.”“Aku akan melakukannya!” balas Sonia.“Kalau begitu, aku pergi dulu!” Theresia melambaikan tangannya kepada Sonia. Dia memalingkan kepalanya melihat Roger. “Ayo, kita pergi.”Reza baru kembali dari menelepon. Dia berkata pada Sonia, “Kita ke rumah saki
Sonia segera membalikkan tubuhnya. Dia menyadari di bawah cahaya gelap, sesosok bayangan tubuh menerjang ke sisinya dengan memegang dua botol asam sulfat di tangannya. Satu di kiri dan satu di kanan. Kemudian, dia melemparkannya satu per satu ke sisi Sonia dan yang lain.“Sayang!” Reza segera berlari menarik Sonia ke dalam pelukannya. Dia menggunakan mantelnya untuk membungkus Sonia.Pada saat bersamaan, tubuh besar Morgan juga berdiri di depannya. Ketika melihat Sonia ditarik pergi oleh Reza, dia langsung menarik tangan Theresia, memutarkan tubuhnya melindungi Theresia di dalam pelukannya.Pada akhirnya, hanya tersisa Hallie sendiri. Dia melihat dengan mata kepalanya sendiri botol asam sulfat di depan wajahnya.“Hallie!” Sonia mendorong Reza, langsung melompat untuk menendang botol asam sulfat, kemudian jatuh menindih di atas tubuh Hallie.Botol asam sulfat yang satu lagi melayang bergesekan dengan kepala mereka berdua, lalu menghantam ke atas mobil Reza. “Bamm!” Terdengar suara ledak