Beranda / Romansa / Jatuh Cinta Setelah One Night Stand / 4. Kapanpun Aku Menginginkanmu

Share

4. Kapanpun Aku Menginginkanmu

Penulis: CacaCici
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-05 00:42:43

"Raymond Kaizer Abraham. Your husband."

Deg deg deg

Carmen reflek menegakkan tubuh, berdiri kaku dan sedikit mendongak untuk dapat menatap wajah tampan Raymond. Ekspresi Carmen terkejut, matanya membulat sempurna dan bibir sedikit terbuka.

Raymond Kaizer Abraham. Dia suami Carmen? Pria yang menodainya-- adalah suaminya sendiri?!

Melihat Carmen hanya bengong, Raymond meraih tangan istrinya. Setelah berjabat tangan dengan Carmen, Raymond menarik tangan perempuan itu sehingga Carmen berakhir menabrak dada bidangnya.

Carmen mendongak sepenuhnya pada Raymond, dia mengabaikan rasa sakit di kening akibat keningnya menabrak dada bidang nan kokoh milik pria ini.

"Sekarang kau mengenalku, Ura?" Raymond berucap rendah, nadanya berat dan serak. Terkesan seksi akan tetapi membuat Carmen gugup sekujur tubuh.

Carmen tak mengatakan apa-apa, hanya bengong karena tak tahu harus bersikap bagaimana. Pria yang menodainya adalah suaminya sendiri. Bagaimana bisa sosok yang ia kagumi ternyata adalah orang yang brengsek?! Dan kenapa Raymond ada di hotel itu? Bahkan sempat menyebutnya wanita sewaan.

Raymond menggendong Carmen kemudian membawa perempuan itu kembali masuk dalam rumah, lebih tepatnya ke kamarnya.

Dia membawa Carmen ke kamar mandi lalu berniat melepas baju Carmen. Akan tetapi, perempuan itu mundur dan menepis tangannya.

"Aku sudah melihat tubunmu, bahkan telah merasakannya," ucap Raymond, mendekat kepada Carmen lalu melepaskan baju perempuan itu dengan sedikit memaksa.

Pakaian Carmen basah, Raymond ingin menggantinya.

"A-aku ingin pulang, da-dan menjauh dariku," cicit Carmen pelan, langsung menghadap tembok–membelakangi Raymond agar pria ini tak melihat tubuh bagian depannya yang kini hanya berbalut bra.

Raymond mesum!

"Kau istriku." Raymond merapatkan tubuhnya pada punggung indah isrinya, dia mencium pundak Carmen lalu beralih pada leher perempuan tersebut, "kau harus tinggal dengan suamimu."

"Ka-kamu bukan suamiku. Ma-Mas Kaizer bukan orang jahat sepertimu." Carmen hampir menangis.

Raymond menaikkan sebelah alis, tersenyum tipis. Hanya Carmen yang memanggilnya Kaizer, hanya perempuan ini. Dan Raymond suka!

"Memangnya kejahatan apa yang kulakukan padamu, Humm? Meninggalkanmu selama lima tahun atau … mengambil hak ku?" Suara Raymond begitu berat, dia kembali bergairah. Entah kenapa dia mudah terpancing dan sulit mengendalikan nafsunya. Carmen sangat menggoda!

Dia membalik tubuh Carmen kemudian langsung mendaratkan ciuman basah yang penuh gairah. Carmen meronta dan berusaha melepaskan diri. Akan tetapi Raymond sama sekali tak melepasnya. Pria ini terus melumat bibirnya, bahkan tangan Raymond telah berada di atas keindahannya.

Carmen kalang kabut, pikirannya kacau dan tubuhnya terlalu lemah untuk melawan Raymond. Pada akhirnya Carmen memilih pasrah. Raymond Kaizer adalah suaminya, itu yang Carmen tekankan di kepalanya.

***

Carmen menatap buku pernikahan yang saat ini ada di tangannya. Raymond menunjukan buku nikah sebagai bukti jika mereka adalah sepasang suami istri.

Pria ini juga sudah menjelaskan, kalau Raymond berniat ke kota Carmen untuk menjemputnya. Tetapi temannya yang ada di sana salah paham–mengira Raymond belum menikah sehingga mengirim seorang wanita sewaan untuk bersenang-senang. Tak lama setelah itu Carmen tiba-tiba muncul, Raymond salah menduga–menganggap jika Carmen adalah perempuan yang temannya maksud.

Raymond sebetulnya berbohong. Karena dia datang ke kota itu untuk menceraikan Carmen, bukan untuk menjemputnya. Tetapi dia sengaja menutupinya dari Carmen. Perempuan ini tak perlu tahu alasan sebenarnya Raymond ke sana. Itu akan menimbulkan masalah.

Carmen masih sedikit takut pada Raymond karena apa yang menimpanya. Namun, mengingat malam itu-- pantas saja Raymond seperti marah, ternyata Raymond salah paham padanya.

"Lalu kenapa kau tak mengenaliku, Ura? Seorang istri tak kenal pada suaminya. Bagaimana bisa?!" tanya Raymond, meraih kembali buku nikah miliknya dan Carmen, kemudian menyimpannya. Raymond kembali mendekat pada Carmen yang duduk di pinggir ranjang, terlihat masih ketakutan dan diselimuti bimbang.

Carmen mendongak pada Raymond, akak tetapi setelah itu dia kembali menundukkan kepala. "Saat menikah dengan Mas Kaizer, aku tidak menggunakan kaca mata. Aku juga menangis saat itu, jadi aku tidak bisa melihat jelas wajah Mas Kaizer," jelas Carmen pelan.

Raymond menaikkan sebelah alis, menatap intens pada sosok perempuan di depannya. "Memakai kaca mata? Apa sebelumnya penglihatan mu buruk?"

Carmen menganggukkan kepala. "Sebelumnya mataku minus empat, dan aku menggunakan kaca mata untuk membantuku melihat. Tapi kacamataku rusak, sebelum kita menikah. A-aku sebenarnya-- sebenarnya bukan aku yang seharusnya menikah dengan Mas Kaizer. Aku juga sudah punya pacar."

Raymond mengepalkan tangan, marah ketika Carmen menyebut dirinya punya pacar. Dia tak terima! Hell!

"Tapi-- pacarku direbut oleh Clarissa. Mereka menikah malam itu juga. Aku dan Clarissa bertengkar karena hal itu, lalu dia mematahkan kacamataku karena tak terima kubilang perebut kekasih orang. Pertengkaran kami direlai oleh Papa. Dan setelah itu Papa membujukku untuk mengalah padanya karena mau bagaimanapun Clarissa sudah menikah. Papa juga membujukku supaya menggantikan Clarissa, untuk menikah dengan Mas Kaizer. Kata Papa Kakek Arlon sangat baik pada keluarga kami. Dia atasan Papa dulunya, yang membantu membayar biaya saat Mamaku melahirkanku dulu. Jadi aku tersentuh dan pada akhirnya bersedia menikah, tetapi dengan syarat Papa harus memperbolehkan operasi Lasik mata dan setuju jika aku mengambil jurusan tata boga. Dan Papa setuju," jelas Carmen dengan suara lemah dan pelan. Menyebut papa dan mama, itu membuatnya rindu pada kedua orangtuanya yang telah tiada.

Sekarang Carmen benar-benar sebatang kara. Ibu tirinya orang yang jahat dan tamak harta, sedangkan keluarganya yang lain sudah terhasut oleh ini tirinya. Mereka semua lebih suka Clarissa dari pada Carmen yang jelas-jelas keturunan sah keluarga Wijaya. Bahkan ketika Clarissa mencuri pacarnya, keluarganya tak menyalahkan Clarissa. Mereka menyebut Clarissa cantik dan itu wajar. Sedangkan Carmen, dia dianggap pantas menikah dengan pria lumpuh–disebut sama-sama keturunan sah tapi tak berguna.

Mengenai pernikahannya dengan Raymond, sejujurnya Carmen berat menerimanya. Bayangkan saja, saat teman-teman sebayanya sibuk mempersiapkan diri untuk memasuki perguruan tinggi, Carmen malah harus berhadapan dengan pernikahan. Carmen menangis sepanjang malam, memikirkan bagaimana kehidupannya setelah menikah dengan pria lumpuh tersebut. Karena-- bagaimana caranya dia akan mengurus suaminya yang lumpuh, sedangkan dia saja belum bisa mengurus diri sendiri?!

Namun, Carmen cukup lega karena setelah ijab kabul selesai, suaminya langsung pamit untuk menyusul kakeknya ke luar negeri. Kondisi kakeknya sedang kritis dan suaminya ingin mendampingi hingga akhir hayat sang kakek. Selanjutnya mereka hanya berkomunikasi lewat pesan. Tapi perlahan Carmen kagum pada sosok suaminya. Pria itu selalu menanyakan perihal kuliah Carmen.

Carmen sangat suka pada pria yang mendukung seorang perempuan untuk menempuh pendidikan.

Meskipun Raymond darah campuran, tetapi dia tetap pria yang lahir di negara ini. Dan bukankah kebanyakan pria di tanah air menganggap perempuan tidak pantas menempuh pendidikan hingga ke jenjang tinggi? Sedangkan suaminya sosok pria yang mendukung, jadi Carmen kagum.

"Jadi sekarang matamu sudah sembuh?" tanya Raymond, duduk di sebelah Carmen–membuat perempuan itu bergeser karena posisi yang terlalu dekat.

Raymond menaikkan sebelah alis, mengamati Carmen yang langsung menggeser tempat duduk saat dia duduk di sebelah perempuan ini.

Carmen menganggukkan kepala sebagai jawaban, sejenak mencuri pandang pada Raymond karena pria itu terus saja menatapnya. Astaga! Carmen tidak bisa seperti ini! Tatapan Raymond terasa berbahaya, membuat Carmen merinding dan cukup risih juga.

Tiba-tiba evil smirk muncul di bibir Raymond. Dia meraih tubuh Carmen kemudian memindahkan perempuan itu ke atas pangkuannya. Raymond menangkup pipi Carmen dan memaksa perempuan itu menatapnya. "Pandang wajah suamimu ini, supaya kau mengenalinya dengan jelas."

"A-aku sudah mengenal Mas Kaizer-- Mas Ray-- Mas Raymond," ucap Carmen, memandang wajah suaminya dengan gugup. Harus Carmen akui, Pria ini sangat tampan! Tapi bagaimana bisa Clarissa enggan menikah dengan pria se tampan ini?!

"Panggil aku Kaizer, My little Wife." Raymond mendekatkan wajah ke arah Carmen, mendaratkan kecupan singkat di bibir ranum istrinya kemudian lanjut mencium pipi perempuan itu. "Aku sangat suka ketika nama tengahku-- Kaizer, terucap dari bibir manismu."

Carmen meneguk saliva secara kasar, gugup dan merinding disko saat jemari Raymond membelai bibirnya secara sensual.

'Apa benar ini Mas Kaizer? Di-di mana sopan santunnya. Dia seperti tak punya tata Krama. Sedangkan Mas Kaizer yang dulu-- dia sangat sopan, bahkan dia selalu bertanya apakah notifikasi pesan darinya menggangguku atau tidak. Saking menghargainya. Ta-tapi ini-- kenapa sangat mesum?!'

"Mas Kaizer," ucap Carmen, berharap dengan begitu Raymond melepasnya.

"Bagus." Raymond menepuk pelan pucuk kepala Carmen, setelah itu kembali mendatarkan ciuman singkat di bibir Carmen, "karena sekarang kau tahu aku suamimu, maka kau harus menjalankan tugasmu sebagai istri. Layani aku kapanpun aku menginginkanmu!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rna 1122
rasain ntar pasti nyesel si clarisa
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Jatuh Cinta Setelah One Night Stand   212. (DTLS 50) Hadiah Untuk Suami

    "Iya, Kak," ucap Tita pada akhirnya, mengusap wajah yang basah sambil menatap teramat dongkol pada suaminya. Jahat! **** Hari ini Tita sedang sibuk mengisi tanah yang ia campur dengan sekam ke dalam polybag. Awalnya Nindi ingin berkebun dengan cara hidroponik. Akan tetapi Tita berubah pikiran. Dia dan Damian hanya sementara di sini, jadi lebih baik dia berkebun dengan media tanah dan sekam. Karena ini akan lebih mudah saat dia dan Damian pinhanan nanti. Setelah selesai, Tita langsung memindahkan bibit tanaman yang ia beli ke media dalam polybag. Dia juga menyemai benih tanaman bayan di polybag yang tersisa. "Beres." Tita tersenyum manis melihat kebun mininya yang sudah selesai ia tanam dan atur. Sehabis berkebun, Tita mandi dan segera pergi. Hari ini Tita berniat menemui menemui sahabatnya, Lisa. Tita dan Lisa menghabiskan waktu dengan nongkrong di cafe, kemudian mereka berbelanja bersama. Mengingat suaminya suka meminum kopi, Tita membelikan tumbler untuk Damian.

  • Jatuh Cinta Setelah One Night Stand   211. (DTLS 49) Rahasia Tita

    Tita duduk kaku di sebuah kursi, menghadap halaman yang luas dan indah. Semua orang sedang menghabiskan waktu di taman, olahraga bersama. Damian pergi dengan ayahnya, entah kemana. Tita ditinggal di tempat ini dan dia hanya bisa duduk kikuk. Dia ingin bergabung dengan aunty dan sepupu suaminya, akan tetapi Tita tak akrab dengan mereka. Terlebih sosok yang ia duga penyihir, ada di sana. Tita jadi takut, dia tak punya penangkal sihir dan suaminya tak di sini. Akhirnya dia hanya duduk diam di sini. "Tita Diandra Abraham?" Mendengar namanya dipanggil, Tita langsung menoleh ke arah seseorang yang memanggil namanya tersebut. Seorang pria! Dia tersenyum pada Tita lalu menarik kursi, duduk di depan Tita. "Kau istri Damian?" tanya pria itu. Tita menganggukkan kepala. "Aku James Abraham, sepupu suamimu," ucap pria itu, memperkenalkan diri dengan sopan dan rahan. Lagi-lagi dia tersenyum manis pada Tita, membuat Tita tak enak dan merasa canggung. "Salam kenal, Kak," ucap Tita

  • Jatuh Cinta Setelah One Night Stand   210. (DTLS 48) Kediaman Abraham

    Dia berpura-pura lemah, supaya seseorang itu datang menolongnya. "Shit," umpatan pelan terdengar dari suara bariton yang baru tiba di sana. "Tita," panggil sosok lainnya dengan nada khawatir, berlari cepat untuk menghampiri Tita. Tita yang masih terduduk di lantai menoleh ke arah sosok yang memanggilnya, bibirnya langsung melengkung ke bawah–menunjukkan ekspresi sedih dan ingin menangis. Tangannya terulur ke depan, berharap mendapat dekapan hangat dari sosok yang memanggilnya tadi. Sosok itu berlari cepat ke arah Tita dan Tita sangat menunggu pelukannya. Namun, ketika sudah dekat, tiba-tiba sosok lain berlari jauh lebih cepat ke arah Tita–mendorong Sbastian lalu langsung menarik Tita dalam pelukannya. Tita yang awalnya sedih, reflek cengang dan shock dalam pelukan Damian yang sangat erat. Tita menoleh ke arah kakaknya yang tersungkur akibat didorong oleh Damian, memperhatikan raut muka dongkol dan masam Sbastian. "Kau tidak apa-apa, Darling?" tanya Damian khawatir, melepas

  • Jatuh Cinta Setelah One Night Stand   209. (DTLS 47) Tita Dibully

    Damian menatap istrinya lekat. Dia mempertimbangkan, akan tetapi pada akhirnya Damian membiarkan Tita pergi. Sedangkan Tita, setelah Damian memperbolehkannya pergi, dia segera keluar dari ruangan Damian.***Tita habis dari minimarket terdekat, di mana setelah mendapatkan jajan yang dia inginkan, Tita kembali ke kantor suaminya. Ketika Tita menuju ruangan suaminya, tiba-tiba saja dia melihat Maya dan Catrina di depan pintu ruangan Damian. Maya langsung melayangkan tatapan tak suka padanya dan Catrina menatap penuh dendam pada Tita. Tita mencoba cuek, berjalan mendekati ruangan Damian dan membuka pintu untuk masuk. Akan tetapi, Maya menahannya dan langsung mendorong Tita agar menjauh dari pintu. "Kamu makin kurang ajar yah!" kesal Maya, membentak Tita yang menurutnya lancang masuk ke ruangan sang Big bos. Sedangkan Catrina, dia menatap Maya dengan penuh selidik. 'Sepertinya Maya tidak tahu kalau Tita istri Damian. Cih, ini kesempatanku.' batin Catrina, tersenyum licik dengan tip

  • Jatuh Cinta Setelah One Night Stand   208. (DTLS 46) Damian Yang Membosankan

    Tita berjalan riang di lorong menuju lift. Saat ini dia sudah di kantor suaminya, ingin mengantar makan siang untuk kakak dan suaminya. Mengenai Catrina, saat perempuan itu dijambak oleh para ibu, Tita diperbolehkan pergi oleh ibu-ibu agar Catrina tak mengganggunya. Entah seperti apa nasib Catrina, Tita tidak tahu dan dia malah senang. "Kamu lagi kamu lagi!" ketus seseorang, menatap Tita dengan raut muka tak suka. Dia adalah Maya, manager di perusahaan ini. Tita tak menggubris, memilih diam dalam lift. Setelah lift terbuka, Tita langsung keluar–tak peduli pada manager tersebut. Namun, sepertinya manager itu tak ingin membiarkan Tita pergi begitu saja. Dia mengejar Tita lalu menghadang Tita. "Heh! Bukannya kamu sudah dipecat oleh Tuan Sbastian? Kenapa kamu masih berani masuk ke kantor ini? Kamu tahu-- Tuan Damian sangat tidak suka jika ada orang asing yang tak berkepentingan sembarangan masuk ke perusahaan ini. Jika Tuan Damian melihatmu, dia bisa menghabisi mu," ucap Maya

  • Jatuh Cinta Setelah One Night Stand   207. (DTLS 45) Si Licik

    "Kak Damian," panggil Tita pelan. Damian menoleh ke arah Tita, langsung menatap ke arah bawah perempuan itu. Hal tersebut membuat Tita cepat-cepat menutupi area bawah dengan tangan. Atasan Piyama Damian yang ia kenakan hanya menutup hingga paha atas, tapi Tita mengenakan hot pans. Lagipula ini rumah mereka, seharunya tak masalah bukan?! Namun, tetap saja Tita risih dengan tatapan Damian. "Pinggangmu masih sakit?" tanya Damian. "A little," jawab Tita pelan, melirik ke arah Catrina. Perempuan itu tersenyum padanya tetapi Tita tahu kalau itu hanya senyuman palsu. "Kakak ingin aku buatkan sarapan apa?" tanya Tita santai, sama sekali tak terganggu oleh Catrina. "Apapun, Darling," jawab Damian sambil tersenyum lembut pada Tita. Entah kenapa dia senang sekali, hanya karena Tita menanyakan ingin sarapan apa padanya. "Astaga, Tita, kamu belum menyiapkan sarapan yah untuk Damian? Oh iya, kamu saja baru bangun. Ckckck, padahal kamu tahu Damian harus pergi cepat ke kantor. Untu

  • Jatuh Cinta Setelah One Night Stand   206. (DTLS 44) Sakit Pinggang

    Damian menatap istrinya yang masih berbaring di atas ranjang, tidur pulas sambil memeluk guling. Melihat Tita mengenakan atasan piyamanya–ia pasang setelah selesai menggagahi perempuan itu, Damian tersenyum manis. Dia mendekat pada istrinya lalu mencium pipi Tita, gemas pada perempuan itu. "Gojo, jangan cium aku! Aku punya sudah suami," gumam Tita, meracau dalam tidur. Itu bersamaan saat Damian menciumnya. Damian berdecak pelan, menatap istrinya dengan ekspresi campur aduk. Dia kesal karena perempuan ini menyebut nama pria lain dalam tidur, tetapi Damian juga tak bisa marah sebab perempuan ini masih ingat punya suami walau itu di alam mimpi sekalipun. Damian menghela napas, memilih mandi dan membiarkan istrinya tetap tidur. Setelah selesai dengan rutinitasnya, Damian mengenakan setelan jas formal untuk ke kantor. "Aduuuh … pinggangku." Damian yang dengan mengenakan arloji kesayangannya, menoleh ke arah Tita. Perempuan itu sudah bangun, memengang pinggangnya sambil menatap

  • Jatuh Cinta Setelah One Night Stand   205. (DTLS 43) Sedang Membangun

    "Tak ada apapun di sini, Darling," ucap Damian, mengembalikan ponsel pada Tita. Sebelumya dia sudah memeriksa akan tetapi tak menemukan apapun di sana. Tita menatap HP-nya dengan kening mengerut, bingung karena pesannya dengan Catrina telah hilang. Bagaimana bisa? "Kok bisa hilang, Kak?" "Sepertinya seseorang telah melakukan sesuatu pada handphonemu," ucap Damian, tiba-tiba meraih kembali handphone istrinya lalu menyerahkan handphonenya pada Tita, "kita bertukar ponsel." Tita meraih Handphone Damian, memegang ponsel tersebut dengan raut muka muram. Dia menggaruk pelipis lalu menatap ragu pada suaminya. "Jika dia menghubungimu lagi, aku bisa melihatnya langsung," ucap Damian, menurunkan tangannya ke pinggang Tita. Dia memeluk pinggang istrinya erat–sesekali meremasnya manja. Tita lagi-lagi menggaruk pelipis, menoleh sejenak pada tangan nakal Damian yang bertengger di pinggangnya kemudian kembali menatap ponsel Damian. Bertukar handphone? Kenapa tidak bertukar kartu SIM

  • Jatuh Cinta Setelah One Night Stand   204. (DTLS 42) Segelas Coklat Panas

    Tita menoleh pada suaminya, menatap Damian dengan ekspresi memperingati. Sebetulnya dia bertanya-tanya, ada apa dengan Damian sehingga pria ini bersikap kasar pada Jonny? Padahal Jonny tak melakukan apa-apa dan hanya diam di atas ranjang rumah sakit. "Jangan ge'er, buket bunga tersebut bukan dari Tita. Ingat baik-baik," peringat Sbastian, menatap tajam pada pemuda yang duduk lemas di atas ranjang rumah sakit tersebut. Dia menekan supaya Jonny tidak kegeeran karena dijenguk oleh Tita. Seingatnya pemuda ini adalah pemuda yang sama dengan pemuda yang memberikan bunga pada Tita–saat adiknya wisuda dulu. "O-oh, iya, Bang. Aku tidak ge'er," jawab Jonny, cengar cengir kaku sambil mengusap tengkuk. Dia tak enak bercampur takut, kedua pria ini terasa mengintimidasinya. 'Kedua orang ini perusak suasa banget sih!' batin Tita, menatap Damian dan Sbastian dengan muka bete. "Memangnya kau sakit apa?" tanya Sbastian, mencoba bersikap ramah supaya adiknya berhenti melototinya. "Aku k

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status