Share

3. Ternyata Dia Suamiku

Author: CacaCici
last update Last Updated: 2025-02-05 00:22:42

"Bagaimana bisa kau lupa pada suamimu sendiri, Ura?" dingin Raymond, melayangkan tatapan tajam dan membunuh pada perempuan yang duduk di pangkuannya.

Carmen menoleh padanya, mendongak untuk menatapnya.

'Ura? Siapa Ura? Bapak ini pasti salah orang,' batin Carmen. Dia sempat mengira pria ini mungkin suaminya, karena beberapa kali pria ini memangilnya istri. Carmen memang tak mengenal suaminya karena dia tidak pernah bertemu dengan suaminya sebelum menikah. Lagipula, dia saja tak menyangka jika dia lah yang akan menikah dengan Kaizer–suaminya, karena sebelumnya Kaizer dijodohkan dengan kakaknya.

Namun, saat tiga hari sebelum menikah, Clarissa melakukan sesuatu yang membuat Carmen berakhir menggantikannya menikah dengan tuan muda dari keluarga Abraham. Carmen hanyalah pengantin pengganti yang tak pernah direncanakan.

Saat menikah, kondisi mata Carmen saat itu minus 4. Dia tak mengenakan kaca mata ataupun soflen, ditambah dia terus menangis saat itu, sehingga dia tidak bisa melihat jelas wajah suaminya. Yang dia tahu, dia menikahi pria lumpuh yang duduk di kursi roda.

Carmen memberontak dan berniat untuk kabur. Akan tetapi pelukan pria itu sangat kuat sehingga Carmen tak bisa melepaskan diri. Pria itu tiba-tiba menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang, otomatis Carmen yang berada di pangkuannya juga ikut terjatuh. Pria itu dengan cepat memutar posisi sehingga Carmen berada di bawah tubuhnya.

"Tubuhmu sangat nikmat, Wifey. Bagaimana jika kita mengulang kembali …-" Raymond mengusap pinggiran wajah Carmen dengan gerakan sensual, smirk tipis menyungging di bibir dan tatapannya berkabut gairah.

"Ti-tidak! Menyingkir dari atas tubuhku!" pekik Carmen, kembali ingin menangis karena takut pada sosok pria di atas tubuhnya. Bahkan suaranya sudah bergetar karena ketakutan.

"Aku belum melakukan apa-apa, tetapi kau sudah menangis, Heh?!" ejek Raymond, evil smirk semakin terlihat jelas di bibirnya. Entah kenapa dia senang melihat Carmen ketakutan. 

Carmen hanya diam, menahan ketakutan yang menyelimuti dirinya. Sedangkan Raymond belaiannya turun pada ceruk leher Carmen. Dia semakin bergairah, feromon Carmen sangat kuat dan dia tergoda untuk kembali mencicipi Carmen. 

Toh, perempuan ini istrinya. Tak salah bukan jika dia terus menginginkannya?!

Air mata Carmen kembali jatuh. Pria ini kembali melucuti pakaiannya, bodohnya Carmen tak berbuat apa-apa. Dia ketakutan hingga tak bisa bergerak sama sekali.

"Hiks …." Carmen hanya bisa mengeluarkan suara tangisan, ketika pria bejad ini berhasil melepas pakaiannya.

"Semakin kau menangis, semakin aku bergairah, Wifey," ucap Raymond dengan nada rendah, senyum tipis ketika melihat Carmen hanya diam tanpa perlawanan–perempuan itu terus menangis.

Raymond kembali menikmati tubuh istrinya. Tak disangka gadis kecil ini sangat nikmat dan candu. Lima tahun lalu, Carmen hanyalah gadis remaja beranjak dewasa yang memiliki tubuh kurus. Sekarang, Carmen sangat seksi, setiap pahatan tubuhnya memberikan daya tarik yang kuat untuk Raymond.

"Ka-kamu siapa … hiks?!" tanya Carmen dengan nada pelan, merintih dan bergetar. Air matanya terus jatuh, memandang takut pada pria yang sedang menggagahi tubuhnya.

'Aku menjaga diriku dengan baik, tetapi pria bajingan ini-- hiks … aku membencinya.' batin Carmen, tak lagi memberontak seperti semalam karena dia tahu pria ini akan tetap melakukannya. Dia tak memberontak, juga karena terlalu takut.

"Aku suamimu." Raymond tersenyum tipis. Dia memajukan tubuhnya kemudian mendaratkan ciuman pada bibir Carmen. 

Carmen hanya diam, mengamati pria tersebut dari jarak yang sangat dekat. Pria ini terlalu menikmati bibir Carmen, sehingga dia memejamkan mata. Hingga tiba-tiba manik tajam itu terbuka, menghunus tepat pada manik Carmen yang berkaca-kaca.

Keduanya saling bersitatap, di mana Raymond masih menciumnya. Karena tak tahan ditatap oleh Raymond, Carmen memilih memejamkan mata. Diam-diam itu membuat Raymond tersenyum, terlihat dari sorot matanya.

****

Carmen terbangun dan mendapati dirinya berada di sebuah kamar mewah dan luas. Carmen menatap tubuhnya, di mana dia sudah mengenakan gaun tidur berwarna pink muda, indah dan manis secara bersamaan. 

"Pria gila itu membawaku ke mana?!" gumamnya, kembali ingin menangis karena takut. 

Meskipun tempat ini mewah dan terasa nyaman, tetapi Carmen tetap takut. Setelah pria yang mengaku suaminya tersebut kembali menidurinya, Carmen kembali tertidur. Carmen terbangun dan mendapati dirinya berada dalam mobil, lebih tepatnya di pangkuan pria yang memperkosanya.

'Aku akan membawanya pulang.'

'Kau selidiki tentang Nyonya Ura. Aku curiga jika seseorang memberikan informasi palsu padaku.'

Carmen juga sempat mendengar percakapan antara pria tersebut dengan sopirnya. Karena tak paham apa yang mereka bicarakan, Carmen memilih kembali tidur. Sekarang, dia berada di sebuah kamar.

"Dia menyebutku istrinya tetapi aku tidak yakin dia Mas Kaizer." Carmen bermonolog sendiri, dia bangkit dari ranjang kemudian mencari-cari di mana kopernya. "Mas Kaizer sopan, tidak seperti pria ini. Dia bajingan!" geram Carmen, marah dan sedih secara bersamaan.

Sejujurnya dia sangat berharap pria yang memperkosanya adalah suaminya sendiri. Meskipun tak suka perlakuan kasar yang dia terima, setidaknya tubuhnya dijama oleh pria yang berhak atas dirinya. Tetapi, dia berkecil hati. Pria ini sangat jauh dari sosok suaminya. Walau interaksinya hanya lewat pesan, tetapi Carmen bisa menilai kalau Kaizer adalah pria yang sangat sopan. Suaminya sering menyuruhnya untuk tetap fokus pada pendidikan supaya bisa mengejar impiannya–lewat sebuah pesan, dan karena itu Carmen kagum pada Kaizer.

Dia percaya suaminya orang baik dan jauh dari sosok pria yang memperkosanya. Jadi, ti-tidak mungkin!

Setelah menemukan kopernya, Carmen mengganti baju. Setelah itu, dia berniat kabur. Akan tetapi pintu terkunci. Carmen berjalan ke arah balkon dan untungnya pintu balkon terbuka. Dia menatap ke arah bawah, menemukan kolam renang di bawah balkon. Ini bagus!

Ceklek'

Tiba-tiba saja, suara pintu terdengar. Carmen panik dan dia takut pria itu datang! Dalam keadaan panik, Carmen tanpa pikir panjang melompat ke bawah--ke kolam renang.

Dia harus menyelamatkan dirinya dari pria itu. Persetan dengan kopernya yang tertinggal!

Byurrrr'

Carmen menutup mata ketika dia sudah dalam air. Kemudian dia mulai berenang ke permukaan–ke tepi kolam.

Saat akan naik ke atas kolam, Carmen kesulitan. Untungnya seorang pria membantunya naik.

"Terimakasih, Pak." Carmen membungkuk pada pria itu sebagai ucapan terimakasih, setelah itu dia berlari. Akan tetapi baru beberapa langkah, dia menghentikan kakinya–menoleh ke arah belakang untuk memastikan sesuatu.

Deg'

Jantung Carmen berpacu kuat. Pria yang membantunya adalah Raymond! Dan sekarang pria bajingan itu tengah memandanginya, menyeringai tipis padanya–membuat Carmen merinding dan membeku di tempat.

"Carmen Gaura Abraham," ucap Raymond, berkata dengan nada dingin dan membunuh. Dia perlahan mendekat ke arah Carmen, membuat perempuan manis tersebut reflek mundur.

"A-aku … aku bisa karate. Jangan macam-macam padaku yah …." Carmen tiba-tiba memasang kuda-kuda, menatap pria itu dengan wajah serius dan menantang. Dari luar dia terlihat kuat dan berani, tetapi percayalah jantungnya berdebar kencang karena ketakutan. 

Sosok pria ini begitu sempurna. Dia punya wajah yang tampan, tubuh tinggi dan atletis. Dia charming dan berwibawa secara bersamaan. Namun, kelakuannya … itu membuat Carmen memandang buruk pada sosok ini. Dia pria jahat dan bejad!

Sedangkan Raymond, lagi-lagi menyunggingkan smirk tipis–merasa lucu dengan tingkah Carmen yang memasang kuda-kuda karate. Dia menyodorkan tangan ke hadapan Carmen, membuat Carmen mengernyit bingung. 

"Raymond Kaizer Abraham. Your husband."

Deg deg deg

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rna 1122
hayolohhhh itu suami mu hahhaaaa kocak
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Jatuh Cinta Setelah One Night Stand   283. Tamat

    Sbastian menggelengkan kepala. "Tidak. Tapi aku tahu itu kado untukku. Benar?" Lisa menganggukan kepala lalu dengan gugup segera meraih tas. Dia mengambil kado tersebut lalu menyerahkannya pada suaminya. "A-aku ingin memberikannya pada Mas setelah makan siang. Tapi karena masalah cincin, a-aku jadi lupa." Sbastian hanya mangut-mangut, membuka kotak dan langsung senyum lebar. Dia pura-pura terkejut, seolah dia baru melihat isi dari kotak persegi panjang ini. Namun untuk rasa senang dan bahagia, dia sama sekali tak berbohong. Sbastian sungguh sangat bahagia. "Wow!" Sbastian menyeru senang, "kau hamil, Sweetheart?" tanyanya pada Lisa, seolah pura-pura tak paham. Lisa dengan malu-malu menganggukkan kepala. "Setelah Mas menyinggung masalah hamil saat pagi tadi, aku langsung mencobanya. Da-dan aku … hamil, Mas," jelas Lisa dengan rona merah yang terlihat nyata di pipi. Sbastian tertawa senang, langsung menarik pinggang Lisa kemudian mencium bibir istrinya secara bersamangat. Tak s

  • Jatuh Cinta Setelah One Night Stand   282. (SL 12) Kejutan

    Dia tak bisa membayangkan jika hubungannya akan berakhir karena perihal cincin, dan bagaimana caranya mengganti cincin itu? "Kak, CCTV mati. Kurasa seseorang sudah merencanakan ini," ucap Tita cepat. "Geledah semua karyawan dan seluruh tempat. Kemungkinan besar salah satu karyawannya yang telah mencurinya, dan bisa saja cincin itu sudah disembunyikan di sebuah tempat," ucap Damian menimpali. Sbastian setuju dengan ucapan Damian. Tita dan Lisa menggeledah para karyawan, sedangkan Damian serta Sbastian mencari cincin tersebut di sekitar toko. "Tidak ada," jawab Lisa pada Tita, setelah menggeledah semua karyawan. 'Untung aku sudah memindahkan cincin itu ke tong sampah,' batin Nari, mencoba tetap tenang agar tak ada yang curiga padanya. Di sisi lain, Sbastian mencari cincin tersebut ke ruangan istrinya. Siapa tahu karena ketakutan, orang tersebut menyembunyikannya ke ruangan Lisa. Supaya terkesan Lisa lah yang salah menyimpan barang. Namun, alih-alih menemukan cincin,

  • Jatuh Cinta Setelah One Night Stand   281. (SL 11) Hilangnya Sebuah Cincin

    "Daa …." Lisa melambaikan tangan pada Jonny, di mana pria itu sudah mendapatkan kue pesanannya dan sekarang Jonny memilih segera pulang. Jonny senyum manis lalu membalas melambaikan tangan pada Lisa. Seorang pria yang baru datang, menatap hal tersebut dengan ekspresi tak suka. Dia berdecak pelan kemudian masuk begitu saja dalam toko, melewati Lisa yang ada di depan pintu toko. Sedangkan Lisa, setelah Jonny benar-benar pergi, dia buru-buru masuk–langsung menghampiri pria yang baru datang tersebut. "Mas Sbastian," sapanya dengan riang, langsung memeluk lengan suaminya lalu menatap Sbastian dengan senyuman cerah. Dia tak sabar untuk mengungkap kehamilannya pada Sbastian. Mungkin nanti saat mereka makan siang. Yah, dia akan memberikan kejutan saat makan siang nanti. Pasti suaminya senang! Terlebih tadi pagi Sbastian sempat menyinggung masalah anak. Ah, iya, Lisa juga tak sabar memberitahu kehamilannya pada Tita. Sahabatnya tersebut juga pasti senang setelan mendengar kehamil

  • Jatuh Cinta Setelah One Night Stand   280. (SL 10) Keirian yang Lebih Intens

    Lisa menganggukkan kepala, membalik tubuhnya lalu senyum malu-malu pada Sbastian. "Te-tentu saja, Mas," jawab Lisa gugup, salah tingkah mendengar pertanyaan suaminya, "Mas Sbastian adalah suamiku, dan aku hanya ingin punya anak dari suamiku– Mas Sbastian," lanjut Lisa. Sbastian senyum cerah saat mendengarkan ucapan istrinya. Dia begitu senang dan bahagia. Ini yang dia mau dan ingin dengar! "Kalau begitu kita harus lebih rajin agar cepat memiliki anak," ucap Sbastian, mendekatkan wajah ke arah istrinya lalu menempelkan keningnya dengan kening Lisa. Lisa yang paham apa maksud perkataan suaminya seketika blushing, dia tidak menjawab dan hanya senyum malu-malu "Mas Sbastian, aku sedang memasak," ucap Lisa kemudian, mencoba melepas pelukan Sbastian pada pinggangnya. Dia buru-buru memutar tubuh dan kembali menghadap kompor. Sbastian tak pergi, dia masih di sana dan masih dengan senyuman yang merekah. "Mas pergilah mandi. Aku akan segera menyiapkan sarapan," ucap Lisa kemudia

  • Jatuh Cinta Setelah One Night Stand   279. (SL 9) Ingin Punya Anak

    "Nari." Lisa menatap ke arah karyawannya tersebut, "kamu kenapa?" tanya-nya kemudian. "O-oh, Bos." Nari terlihat gugup, grogi karena Sbastian sedang menatapnya. Padahal hanya ditatap oleh pria itu, akan tetapi Nari berasa berdebar luar biasa, "aku tidak sengaja menjatuhkan panci, Bos," ucap Nari kemudian. "Hati-hati yah," ucap Lisa lembut. Setelah itu kembali fokus pada suaminya. Sbastian mengedikkan pundak, memilih kembali memakan kue buatan istrinya secara lahap. *** "Umm … bagaimana pendapat Mas Sbastian tentang kue tadi? Peluang larisnya tinggi tidak?" tanya Lisa, di mana saat ini dia sudah berada di rumah–lebih tepatnya di dalam kamarnya dan Sbastian. Lagi-lagi ayah mertuanya tak pulang, ada tugas di keluarga Abraham. "Kue yang kumakan?" tanya Sbastian, naik ke atas ranjang kemudian duduk di sebelah isrtinya. Lisa menganggukkan kepala. "Itu kue yang kubuat khusus untuk Mas Sbastian. Sebenarnya kue yang belum pernah kubuat. Mas orang pertama mencoba." Sbastian mangu

  • Jatuh Cinta Setelah One Night Stand   278. (SL 8) Membuat Iri Makhluk Halus

    "Kau mau apa?!" ketus Sbastian. Sekarang dia ingat siapa pria ini, pria di rumah sakit yang pernah dijenguk oleh istrinya dan adiknya. Hell! "O-oh." Jonny cukup gugup, menoleh sejenak pada Lisa lalu kembali menatap pria tinggi tersebut dengan ekspresi kaku, "jangan salah paham, Pak. A-aku ke sini datang untuk memesan kue ke Lisa. Ka-kami hanya teman," ucap Jonny, takut jika pria ini salah paham padanya dan Lisa. Dari wajah pria ini, menjelaskan jika dia memang salah paham. Terlebih tatapannya yang tajam, seolah ingin membunuhnya! "Hah?" Lisa bengong sejenak mendengar ucapan Jonny, lalu dari tertawa kecil. "Tenang saja, Jonny. Mas Sbastian tak mungkin salah paham. Dia baik hati dan berpikir terbuka kok," ucap Lisa, dengan manis pada suaminya dan juga Jonny. Mau tak mau Sbastian ikut tersenyum, padahal dalam hati dia kebakaran. Berpikir terbuka? Benar. Sebisa mungkin Sbastian berpikir terbuka. Akan tetapi jika mengenai masalah ini, dia tak ingin berpikir terbuka. Dia ingin semp

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status