“Jumat, Sabtu, Minggu. Aku bisa pada hari itu.” Jayden melempar Claire ke ranjang. Dia langsung memposisikan dirinya di atas tubuh Claire.
“Tiga dari tujuh hari? Aku tidak bisa menerimanya.” Jayden menaikkan dress Claire dan melepas celana dalam wanita itu.
“Jayden, kita sedang ... ah!” Claire mendesah saat merasakan benda kenyal menjilat organ intimnya.
“Jayden ....” Claire ingin protes, tapi tidak bisa mengeluarkannya. Lidah Jayden bergerak dengan terampil untuk memuaskannya. Tangan Claire meraih kepala Jayden—dia meremas rambut pria itu. Dia tenggelam dalam kenikmatan yang Jayden berikan dan tidak sadar pria itu sudah melepas celananya. Claire membuka matanya saat merasakan Jayden berhenti.
“Kenapa kau—“ protesnya terpotong karena Jayden menghujamkan miliknya ke dalam Claire. Wanita itu mendesah karena kenikmatan penyatuan mereka. Namun, matanya melebar setelah menyadari s
Kedua pria itu terkejut mendengar suara feminin yang memanggil Jayden. Claire mendekati mereka. Jayden berusaha mengatur ekspresinya sebelum tersenyum melihat Claire. Dia tidak mendengar apa yang Jayden ucapkan ‘kan?“Aku pulang sekarang.” Jayden menatap Claire lembut.“Kau tidak mau tinggal sebentar lagi?” kalau saja Donghyuk tidak mengganggunya, dia pasti membuat Claire tidak bisa turun dari tempat tidurnya saat ini.“Tidak.” Donghyuk hanya melihat interaksi mereka. Claire tidak meliriknya sedikitpun sejak wanita itu menghampirinya dan Jayden.“Sampai jumpa.” Jayden hendak mencium Claire, tapi wanita itu menghindar.“Jangan.” Matanya bergerak ke arah Donghyuk mengisyaratkan mereka tidak sendiri. Jayden menghela napas, bahkan Donghyuk membuatnya tidak bisa mencium Claire.“Kau akan menemuiku besok?”“Aku tidak janji.” Lalu Claire berjalan menuju
Jayden menatap nanar gambar Claire yang sedang menyuapi pria bersamanya dengan sumpit. Dia merasa dibodohi. Claire mengatakan dia pergi bersama temannya. Dia tidak tahu jika temannya itu adalah seorang pria. “Mereka bukan hanya makan bersama saja,” Jayden melihat Donghyuk, tangannya menyodorkan kembali ponsel kepada pemiliknya. “Mereka juga jalan-jalan, melihat-lihat suvenir.” Sudut kanan bibir Jayden naik, lalu dia tertawa—tawa yang mengejek dirinya—membuat Donghyuk yakin dengan dugaannya. Wanita itu bukan sekedar teman tidur Jayden. “Aku ingin menyapanya, tapi kami tidak kenal.” “Terima kasih infonya, Kak.” Jayden berdiri lalu pergi ke ruang tidur. Dia tidak percaya Claire berhasil membodohinya. Apa Claire masih bersama pria itu? Apa mereka mereka tidur bersama sekarang? Jayden menutup pintu ruang tidurnya dengan keras. Lalu bagaimana dengan kesepakatan mereka? *** “Aku menikmati malam ini,” kata Andrew setelah mereka berada di depan gerbang rumah Claire. Makan malam di Chinato
Walaupun Jayden tidak melihat langsung, tapi foto yang ditunjukkan Donghyuk sudah menjelaskan semuanya.“Apa ... ah!” tangan Jayden mendarat di bokongnya lagi.“Apa kau mau membandingkan kami sekarang?” Claire menggigit bibirnya. Dia tidak mengerti apa yang Jayden bicarakan.“Setelah kau selesai denganku, apa kau akan pergi padanya?” Jayden mencengkeram pinggang Claire erat, itu pasti meninggalkan bekas. Namun, Jayden seperti kehilangan kesadarannya karena emosi yang tidak bisa dia kontrol.“Apa itu yang dinamakan ekslusif, Claire?” Pria itu bergerak dengan cepat, hujaman keras di dalamnya membuat mulut Claire terbuka—hanya desahan nikmat yang keluar.“Artinya aku juga bisa melakukan seks dengan wanita lain ‘kan?” ucapan itu membuat Claire bisa berpikir kembali. Namun, ombak kepuasan menyapu kata-kata yang hendak Claire ucapkan.“Ah ... Jayden!” pria yang dipanggil namanya tertawa.“Benar, Sayang. Aku akan memastikan mulutmu hanya bisa mendesahkan namaku,” Jayden mengerang merasakan k
Langkah Claire terhenti.Deg ... deg ... deg.Jantung Claire berdetak kencang mendengar ucapan Jayden. Apa maksudnya? Tidak mungkin Jayden memiliki perasaan yang sama sepertinya. Claire menggenggam erat tas pakaiannya. Dia harus pergi. Jayden tidak mungkin sungguh-sungguh mengatakannya.“Aku kesal karena kau tidak mau menemuiku.”“Kenapa kau merasa seperti itu? Berikan alasan yang masuk akal.” Balas Claire tanpa membalikkan tubuhnya. ‘Karena kau milikku selama aku tinggal di sini.’ Sahut Jayden dalam hati. Dia berjalan mendekati Claire.“Aku tidak bisa mendeskripsikannya. Aku hanya ....” Jayden melingkarkan tangannya di tubuh Claire.“Ingin selalu berada di dekatmu.” Kata-kata itu menyentuh hati Claire. Dia memejamkan matanya. Jika saja Jayden tidak memperlakukannya seperti itu, mungkin dia masih mau melanjutkan hubungan tanpa nama ini.“Maafkan aku.” Suara Jayden lembut.“Aku tidak pernah bermaksud membuatmu merasa rendah, Claire. Aku marah karena berpikir kau tidur dengannya.”“Seha
“Iya. Kami juga punya agensi di sini,” Donghyuk terdiam sebentar. “Bagaimana mungkin tidak ada agen yang menghampirimu?” Claire mengangkat bahunya. “Mungkin aku tidak menarik.” “Oh, jangan bicara seperti itu, Claire. Saya merasa bersalah sebagai manajer model.” Donghyuk melihat Claire dari kepala sampai kaki. “You’re drop dead gorgeous.” Jayden setuju dengan ucapan manajernya. Dia melihat Claire yang tersenyum pada Donghyuk. Claire hanya merendah. Wanita ini jelas mengetahui pesonanya dan Jayden tidak mau kecantikan Claire terpampang untuk dilihat seluruh dunia. “Terima kasih.” Balas Claire untuk pujian Donghyuk. Sebenarnya beberapa agensi model pernah meminta Claire untuk bergabung dengan mereka, tapi dia tolak karena dia tidak tertarik dengan profesi tersebut. Selain itu, keluarganya menentang pekerjaan di dunia hiburan. “Jadi, bagaimana? Apa kamu mau bergabung dengan kami? Walaupun kami punya cabang agensi di sini, saya sarankan kamu bergabung dengan agensi kami di Seoul. Buka
Jayden tertawa renyah karena pertanyaan Claire.“Aku akan mencoba melakukan apa yang kau rekomendasikan, Claire.”“Aku tidak bercanda, Jayden.” Balas Claire serius. Mereka belum terlambat membatalkan ucapan Jayden.“Pikirkan lagi. Penthouse ini pasti lebih sering kosong. Jangan melakukan hal yang tidak berguna. Bukankah lebih baik jika kau membeli penthouse di Seoul?” harganya pasti lebih murah karena Jayden membelinya dalam mata uang negaranya.“Aku sudah punya.” Jayden juga menatap Claire serius.“Kau tidak perlu khawatir, Claire. Aku bukan penipu.” Jayden mengeluarkan ponselnya dari saku celananya.“Penghasilanku menjadi model memang belum bisa membeli apartemen ini, tapi, aku punya penghasilan lain.” Jayden memberikan ponselnya pada Claire. Wanita itu melihat grafik saham milik Jayden di situs trading. Warna hijau mendominasi grafiknya.“Aku bukan sekedar wajah saja, Claire.” Jayden berkata sambil menunjukkan wajahnya.“Aku juga menggunakan ini,” Jayden mengetuk pelipisnya.“Untuk
Claire menatap Mia tajam karena ucapannya.“Kenapa kau berkata seperti itu? Kau tidak mengenal Jayden.”“Apa kau mengenal Jayden?” tanya Alicia tepat sasaran karena dia yakin Claire tidak mengenal Jayden selain fisiknya.“Aku cukup mengenalnya.” Alicia menggeleng kecil mendengar nada suara Claire yang defensif.“Apa kau akan mengungkapkan perasaanmu?” tanya Evelyn.“Tidak dalam waktu dekat ini.”“Sebaiknya jangan, Claire. Dia pasti menolakmu.” Claire melihat Mia kesal. Siapa dia hingga bisa menilai Jayden seperti itu?“Aku tahu kalian tidak menyukai Jayden. Tapi, apa kalian tidak bisa berhenti membuatku patah semangat? Asal kalian tahu, Jayden tidak menemui siapa pun sejak berhubungan denganku.”“Kami menyukai orangnya, Claire. Tapi cara pandangnya,” Evelyn diam.“Dia tidak serius, kalian bertolak belakang.” Suara Evelyn lembut berharap ucapannya tersampaikan dan bisa diproses Claire.“Lalu kenapa? Aku juga tidak memikirkan komitmen saat ini.”“Jadi, tidak masalah jika kau tidak bisa
“Huh?” Claire membeo. Apa Jayden baru saja mengajaknya tinggal bersama?“Tinggal bersamaku.” Jayden mengulang ucapannya.“Dengan begitu kita tidak perlu mengatur waktu untuk bertemu. Aku bisa melihatmu kapan saja.” Itu ajakan yang sangat menggoda. Namun, Claire tidak bisa langsung menjawab Jayden.“Aku tidak akan kesepian jika kau tinggal di sini.” Suara Jayden lembut. Dia harus berhasil membujuk Claire. Sia-sia dia membeli penthouse kalau wanita itu hanya mampir saja.“Aku mau, tapi ....” Claire menggigit bibirnya. Dia sudah sering memakai alasan menginap di apartemen temannya, Claire tidak yakin ayahnya akan mengizinkan dia menginap di luar rumah lagi.“Jangan,” Jayden mengusap bibir bawah Claire yang digigitnya.“Kau harus menghilangkan kebiasaan ini jika tidak mau aku serang.” Jayden menangkupkan tangannya di wajah Claire lalu mengecup bibir wanita itu lembut.“Apa kau memiliki perasaan yang mengganjal tentang diriku?” lebih baik Jayden bertanya langsung daripada Claire menghilang