Bab 16Mobil yang ku tumpangi menerobos lebatnya hujan. "Ini belok kemana?" Rizki bertanya saat ada persimpangan."Belok kiri Riz," balas ku. "Setelah ini lurus aja terus, karena tak ada belokan lagi," Sambung ku lagi. "Rumahmu masih jauh Ris,?""Sebentar lagi sampai kok Riz,""Itu rumah ku," aku menunjuk rumahku yang ada di samping kiri jalan. "Ah, akhirnya sampai juga," gumam ku pelan, setelah mobil Rizki memasuki halaman rumah."Makasih ya Riz, sudah mau repot nganterin aku sampai ke rumah, " ucap ku sebelum turun dari mobil Rizki"Santai aja Ris," balas Rizki. "Ayo turun mampir dulu Riz," ajak ku pada Rizki. "Ya udah ayo," dia juga turun dari dalam mobil. "Baru pulang kamu Ris, ibu khawatir takut terjadi sesuatu sama kamu, tadi ibu coba hubungi ponsel kamu kenapa gak aktif Ris," ibu mencecarku dengan pertanyaan hingga dia tak menyadari keberadaan Rizki."Loh, laki-laki ini siapa? " tanya ibu yang baru menyadari ada Rizki"Ini teman Risma bu, dan dia juga yang udah anterin a
bab 17Pov (3)Di kediaman Reza Kalista sedang meminta semua barang-barang yang pernah dia beli dengan uangnya. "Kunci mobil dan barang-barang yang pernah aku beli, akan aku bawa kembali, dan ingat Mas, aku akan segera menggugat cerai kamu." "Loh, ada masalah apa ini kenapa, kamu marah-marah Lis dan sampai mau cerai dari Reza." ujar Bu Lusi menghampiri anak dan menantunya yang sedang bertengkar. "Tanyakan pada anak ibu yang tak tahu diri ini, dia sudah membuat perusahaan papa di ambang kebangkrutan dan dia tak mau membiayai biaya operasi papa,!!" ujar Kalista dengan bentakan. "Yang sopan kamu Lis, pada ibu ku, dia ini masih ibu mertua mu, " Reza membentak Kalista yang tak sopan pada ibunya. "heh, kalian berdua tak perlu aku sopani, karena kalian sendiri pun tak memiliki sopan santun" Ujar Kalista mencibir. "Seharus nya kamu itu bersyukur karena Reza masih mau menerima mu sebagai istri, laki-laki mana yang akan mau menikahi wanita mandul seperti mu, ketika kamu berpisah dari Rez
bab 18Setelah bertangkar dengan Reza tadi Kalista memutuskan untuk pergi ke rumah mama Andre, setibanya di sana dia langsung masuk ke dalam rumah, kebetulan mama Andre sedang duduk di sofa ruang tamu, Kalista pun langsung memeluk Tante Juita.Sehingga membuatnya sedikit terkejut karena karena Kalista memeluknya secara tiba-tiba.Kalista menangis sesegukan di pelukan Tante Juita. "Kamu kenapa Lis, apa sebenarnya yang terjadi, kenapa menangis seperti ini?" Tante Juita bertanya sambil mengusap-ucap punggung Kalista agar dia sedikit lebih tenang. "Ada apa Lis, jawab tante jangan membuat tante khawatir," tapi Kalista masih tak menjawab dia menangis dalam pelukan Juita. "Siapa, Ma?" Andre bertanya pada mama nya, saat dirinya baru saja turun dari lantai atas. " Kalista An," mama Andre menjawab. Setelah mendengar nama Kalista, Andre pun langsung melangkah ingin keluar, tapi Kalista memanggil nya. "Tunggu An," Andre berhenti sejenak tanpa menoleh pada Kalista."Kenapa sikap mu begitu
"Maaf pak saya tak bisa," cicitku pelan, mencoba untuk menolak permintaan pak Andre. "Kenapa bapak tak mengajak Dewi saja dia pasti mau." ujarku mencoba memberi saran. "Saya hanya mau kamu, tidak mau yang lainnya, jika kamu tidak mau menjadi pacar kontrak saya, maka kamu harus siap angkat kaki dari kafe saya." pak Andre berujar dengan nada seriusnya membuatku tak tau harus menjawab apa, sungguh situasi ini membuatku bingung aku juga tak ingin kehilangan pekerjaan ini, karena aku sudah nyaman bekerja di sini di tambah gajinya yang lumayan besar sehingga membuatku tak ingin keluar dari disini. "Beri saya waktu untuk berfikir pa," ujar ku akhirnya, karena aku tak ingin berhenti dari pekerjaan ini."Saya beri waktu kamu berfikir satu hari, jangan membantah," ujar nya sebelum aku memberi bantahan.Hah? Satu hari bagaimana cara nya aku berfikir jika waktunya hanya satu hari, sunggu rasanya aku ingin menghilang saja dari situasi seperti ini. "Saya permisi dulu pak, jika sudah tak ada l
bab 20Di perjalanan pulang aku mengarahkan pandangan keluar kaca mobil, karena pak Andre juga tak berbicara sedikit pun, aku pun tak ingin berbicara pada pak Andre karena takut salah bicara nanti malah aku yang repot. "Hem" pak Andre berdehem entah apa maksudnya, aku masih tak mengalihkan pandangan."Minggu depan kamu harus ikut saya ke rumah untuk bertemu dengan mama saya," ujar pak Andre yang langsung membuatku menoleh ke arahnya. "Untuk apa saya harus bertemu dengan orang tua bapak, bukan kah saya masih belum setuju atas ajakan bapak tadi yang meminta saya menjadi pacar kontrak bapak" Ucap ku pada pak Andre."Bukan kah saya sudah bilang saya tidak menerima penolakan, " ujarnya tegas. "Dan saya mau besok kamu harus memberi jawabannya," ucapnya agi. "Tap...." "Tak usah membantah," pak Andre memotong ucapanku. Aku pun tak berani meneruskan ucapanku lagi dan memilih untuk diam. Suasana hening kembali mengelinuti. " Di depan belok kiri pak," aku memberi tahu pak Andre, karena
Mungkin karena sudah lelah bermain dengan pak Andre, Alvin sampai tertidur pulas di pangkuan pak Andre."Maaf membuat bapak repot, dan makasih karena sudah mau bermain dengan Alvin" ujar ku. "Ya, sama-sama," jawabnya dengan suara dingin dan ekspresi datar nya. Kenapa sikap pak Andre kepada ku sangat lah berbeda, jika berbicara dengan orang lain dia akan ramah dan sopan, tapi kenapa jika berbicara pada ku sikap nya selalu dingin dan datar, sikap nya memang tak bisa di tebak. "Kapan-kapan jika saya ingin mampir ke sini lagi boleh kan buk," Ujar pak Andre bertanya pada ibu, "Boleh banget nak Andre pintu rumah Ibu selalu terbuka,kapan pun nak Andre ingim mampir silahkan saja," Ujar ibu pada Pak Andre. Melihat interaksi Pak Andre yang sangat hangat pada ibu, entah kenapa hanya padaku yang bersikap dingin seperti itu. "Ya sudah saya pulang dulu ya buk," pamit pak Andre sambil mencium punggung tangan ibu."Ya, hati-hati di jalan nak," ucap ibu. "Ya bu terima kasih," balas Pak Andre
Bab 22"Cepat tanda tangan surat kontrak ini" ujarnya sambil menyodorkan sebuah kertas pada ku. Hah? Surat kontrak seniat itukah pak Andre ingin menjadikan ku pacar kontrak nya sehingga menyiapkan surat perjanjian seperti ini. Aku pun mengheka nafas kasar, lalu meraih surat yang di sodorkan pak Andre, dan menbaca isi di dalamnya. 1) (Pihak kesatu berhak melakukan apa pun terhadap pihak kedua) 2) (pihak kedua tidak boleh membantah setiap perintah yang di lontakan oleh pihak kesatu) 3) (Dan apa bila pihak ke satu membutuhkan bantuan maka pihak kedua harus selalu siap)4) (Jika pihak kedua tak patuh atau melanggar aturan maka pihak kedua harus membayar denda sebesar 10juta)Aku melongo tak percaya dengan isi surat perjanjian ini, kenapa isi perjanjiannya tidak menguntungkan ku sama sekali bahkan isi perjanjiannya kebayakan menguntungkan pak Andre."Saya tak ingin tanda tangan pak jika isi peraturannya seperti ini, karena ini sangat merugikan saya," Ujarku mencoba memperotes. kar
bab 23"Ayo masuk," pak Andre mengajakku untuk masuk. dan saat memasuki butik, aku terpesona melihat gaun-gaun mahal yang ada di sini, se umur-umur baru pertama kalinya aku masuk ke dalam butik .semewah ini. "Pilihkan gaun terbaik yang ada di sini" Ujar pak Andre pada salah satu karyawan butik ini."Baik tuan," karyawan itu membungkuk hormat pada pak Andre.Dan melangkah menghampiri ku yang masih berdiri memantung. "Mari nona ikut saya" Karyawan yang belum aku ketahui namanya itu menggandeng tangan ku menuju sederet gaun yang di gantung dengan rapi, sedangkan pak Andre duduk di sofa sambil memainkan ponsel milik nya. "Ini sepertinya cocok untuk nona pakai, pasti nona akan terlihat semakin cantik"Ujar nya sambil menyodorkan gaun berwarna biru laut, memang gaunnya terlihat simple tapi sangat elegan.Aku saja di buat jatuh cinta oleh gaun itu karena memang sangat cantik, aku pun meraih gaun itu dan membawanya ke ruang ganti.Setelah mengganti baju lusuh ku dengan gaun cantik ini, ak