Beranda / Romansa / Jatuh ke Pelukan Musuh / Kesepakatan yang Berbisik Pelan

Share

Kesepakatan yang Berbisik Pelan

Penulis: Skywinter
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-21 18:17:00

Andre tetap berdiri di hadapannya, menunggu. Sorot matanya mengatakan ia sudah siap dengan apapun “syarat kecil” yang dimaksud Keira.

Keira meneguk sisa sampanye di gelasnya, lalu meletakkannya di meja terdekat. “Syaratnya sederhana,” katanya santai, seolah ini hanya percakapan ringan. “Mulai besok, aku ingin kembali ke perusahaan. Ke posisiku semula… sebagai sekretarismu.”

Andre mendengus pelan, seperti tidak percaya. “Kamu bercanda.”

“Tidak.” Keira menyandarkan tubuhnya sedikit, suaranya tetap stabil. “Kalau kamu ingin aku membantu di tender ini, aku harus berada di posisi yang memberiku akses penuh. Semua rapat, semua dokumen, semua orang yang terlibat.”

Andre menatapnya tajam. “Aku tidak butuh sekretaris yang—”

“Yang diam-diam menjadi agen ganda untuk ayahmu?” Keira memotong cepat, suaranya rendah tapi menusuk.

Andre terdiam sepersekian detik, tapi sorot matanya mengeras. “Jadi kamu mengaku?”

Keira tersenyum tipis. “Tidak. Tapi aku tahu itu yang kamu pikirkan selama ini. Dan aku siap membuktikan kalau itu tidak benar.” Ia melangkah sedikit lebih dekat, menatap Andre lurus tanpa berkedip. “Kalau aku bisa membuktikannya, kamu harus menerima tawaran dariku.”

Sekilas Keira melihat rahangnya mengatup lebih keras, seperti menahan sesuatu. Keira tahu ia sedang menimbang. Ia benci merasa terpojok, tapi egonya juga terlalu besar untuk menolak tantangan. Itu sebabnya Keira berani menaruh seluruh kartuku di meja. Karena Keira tahu, Andre Ravindra tak pernah mundur jika ada taruhan… bahkan jika taruhannya adalah kendali atas dirinya sendiri.

Andre terdiam beberapa detik, matanya mengunci Keira seolah berusaha menembus pikirannya. Keira bisa merasakan napasnya yang tenang tapi berbahaya, seperti singa yang sedang menilai apakah mangsa di depannya layak diburu atau dibiarkan pergi.

“Baiklah,” ujarnya akhirnya, suaranya rendah namun tajam seperti pisau. “Buktikan dulu padaku.”

Keira mengangkat dagunya sedikit, tak ingin Andre melihat betapa cepat detak jantungnya sekarang. “Kamu akan menyesal sudah meremehkanku.”

Senyum tipis terbentuk di bibir Andre. Bukan senyum ramah — ini adalah senyum seorang pria yang baru saja menerima tantangan, dan siap membalikkan permainan kapan saja.

“Aku akan menagih janji itu, Keira,” katanya pelan, nyaris seperti ancaman. “Kalau kamu gagal… tak akan ada lagi tempat untukmu di sisiku. Di perusahaan… atau di hidupku.”

Kalimat itu membuat Keira sadar, taruhan ini jauh lebih berbahaya dari yang ia pikirkan. Tapi ia tetap menatapnya, tanpa mundur. “Siapkan kursimu, Andre. Aku akan mengambilnya kembali.”

Lampu meja di apartemen Keira temaram, hanya menyisakan cahaya hangat di permukaan laptop. Di layar, draft email yang ia buat terlihat biasa saja — cukup formal, cukup teknis, tapi dengan detail yang sengaja ia selipkan. Detail yang akan membuat Gunawan mengira dia mendapatkan celah emas untuk menjatuhkan Andre.

Keira mengetik pelan, memilih kata-kata seperti seseorang yang baru saja membocorkan informasi “berharga” kepada pihak yang salah. Padahal semua itu adalah potongan puzzle yang sengaja ia susun: sebagian fakta, sebagian jebakan, semuanya terbungkus manis.

Di ujung email, ia menandatanganinya dengan nama samaran yang hanya dikenal di lingkaran dalam Gunawan. Orang-orangnya akan percaya ini adalah kebocoran yang otentik.

Jarinya berhenti di atas tombol “Send”. Sesaat ia terdiam, membayangkan reaksi Andre kalau tahu ia melakukan ini. Lelaki itu mungkin akan mengira Keira gila — atau terlalu berani. Tapi ia butuh langkah besar untuk menghancurkan tuduhan “agen ganda” yang Andre lemparkan padanya.

Klik. Email terkirim.

Sekarang permainan dimulai.

Kalau Gunawan memakan umpannya, dia akan bergerak. Dan saat itu terjadi, Keira akan punya bukti bahwa ia tidak pernah berada di pihaknya.

Ia bersandar di kursi, meneguk kopi yang sudah mulai dingin. Dalam permainan ini, Keira bukan hanya berusaha membersihkan namanya. Ia ingin Andre tahu satu hal — kalau ia melindunginya, ia tidak melakukannya setengah hati.

Tiga hari kemudian, Keira duduk di sudut lounge hotel yang menghadap lobi. Tangannya menggenggam cangkir teh, tapi matanya memantau setiap tamu yang melintas. Ia sudah mendapat kabar dari orang kepercayaannya di dalam jaringan Gunawan — umpan itu berhasil.

Seorang pria berjas abu-abu memasuki lobi. Gerakannya cepat tapi penuh percaya diri, seperti seseorang yang membawa kabar penting. Di tangannya, ada map hitam yang Keira kenali. Itu persis seperti yang ia harapkan.

Keira menunggu sampai pria itu melewati meja resepsionis, lalu berdiri dan berjalan dengan langkah tenang. Ia memotong jalannya tepat di lorong menuju lift.

“Maaf, ini jatuh,” katanya sambil menjatuhkan kertas kosong ke lantai. Saat pria itu menunduk untuk mengambilnya, Keira dengan cekatan menyelipkan alat perekam mini ke dalam saku jasnya.

Ia tahu, pertemuan pria itu selanjutnya adalah dengan Gunawan. Dan rekaman itu akan merekam setiap kata, termasuk bukti bahwa Gunawan sedang membicarakan informasi “bocoran” yang sebenarnya hanya jebakan Keira.

Beberapa jam kemudian, Keira duduk di apartemennya, earphone menempel di telinga, mendengarkan rekaman yang baru ia ambil dari alat itu.

“…kalau benar data ini, Andre akan kehilangan peluang sebelum tender dimulai,” suara Gunawan terdengar jelas.

“Siapa sumbernya?”

“Seseorang dari dalam. Dia tak sadar kalau kita memanfaatkannya,” jawab pria berjas abu-abu itu.

Keira memutar ulang bagian itu tiga kali. Senyum tipis muncul di wajahnya. Ini bukan hanya bukti — ini senjata.

Ia menyalin rekaman itu ke flashdisk, lalu menyimpannya di dalam saku jasnya. Besok, ia akan menemui Andre. Dan kali ini, ia akan berdiri di hadapannya bukan untuk membela diri, tapi untuk membuktikan bahwa ia layak kembali… dan mungkin, untuk membuatnya menelan kata-katanya sendiri.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Jatuh ke Pelukan Musuh   Lubang Perangkap yang Dibuat Sendiri

    “Aku mencoba melindungimu,” kata Andre akhirnya, suaranya lebih rendah, hampir berbisik. Keira tertawa dingin. “Melindungi saya? Saya tidak butuh perlindungan Anda. Yang saya butuhkan adalah Anda berhenti memperlakukan saya seperti saya ini masalah.” Andre menghela napas panjang, berusaha menguasai dirinya. “Keira, aku hanya ingin memastikan ini tidak akan merusak pekerjaan kita. Itu saja.” Keira menggeleng, melangkah mundur dengan tatapan penuh kekecewaan. “Jangan bawa-bawa aturan atau posisi Anda, Tuan. Anda takut kehilangan kendali, itu saja. Masalahnya bukan pada saya, Tuan Ravindra, tapi tentang Anda yang tidak bisa menghadapi apa yang Anda rasakan.” Andre tidak menjawab. Hanya ada keheningan di antara mereka, diisi oleh ketegangan yang tak terlihat. Keira akhirnya menghela napas, menyadari bahwa tidak ada gunanya memperpanjang perdebatan ini. “Kalau itu saja yang Anda ingin bicarakan, saya pikir pembicaraan ini s

  • Jatuh ke Pelukan Musuh   Konfrontasi Panas Andre dan Keira

    Keesokan paginya, tepat jam 9, Keira dan tim terkait pelaksanaan proyek berkumpul di ruang rapat untuk melakukan pembahasan lanjutan seperti yang sudah dijadwalkan. Di dalam ruangan rapat, suasana tegang terasa menyelimuti. Andre duduk di ujung meja, tetapi tatapan matanya seolah menyiratkan bahwa dia merindukan kehadiran Keira. Keira berusaha fokus pada agenda, tetapi hatinya masih terikat pada kata-kata Andre sebelumnya.Rapat itu berlangsung tegang. Andre memimpin diskusi dengan nada dingin dan tegas, tak memberikan celah bagi siapa pun untuk menyimpang dari topik. Namun, saat giliran Keira mempresentasikan ide, ia tampak sengaja mempermasalahkan setiap poin yang Keira sampaikan. “Ide yang bagus, tetapi kita perlu mempertimbangkan faktor risiko dengan lebih serius,” katanya, berusaha menjaga nada suaranya tetap netral. Keira merasa sakit hati. “Tuan Ravindra, saya mengerti bahwa kita perlu berhati-hati, tetapi kita juga perlu mengambi

  • Jatuh ke Pelukan Musuh   Pertarungan di Dalam Diri Andre

    Di sisi lain, Keira juga masih terjaga di apartemennya. Pikirannya berputar tentang momen indah dansa dengan Andre yang berakhir pahit, tentang kalimat tajamn dan sikap dinginnya Andre. Meskipun dia berusaha keras untuk tetap fokus pada misinya, ketegangan yang membara di antara mereka tidak dapat diabaikan. Keesokan harinya, Keira mencoba mengabaikan insiden di gala tersebut dan fokus pada pekerjaannya. Namun, pesan-pesan dari nomor anonim yang terus masuk membuat pikirannya semakin kacau. “Kamu sudah terlalu terlibat. Ingat, misimu lebih penting daripada perasaanmu." Keira menghela napas panjang, menggenggam ponselnya erat-erat. Apa yang sedang kulakukan? Aku tidak boleh kehilangan arah. Tetapi setiap kali dia mencoba memfokuskan dirinya pada tugasnya, bayangan Andre selalu hadir, mengacaukan semuanya. Beberapa hari berlalu, dan Keira berusaha untuk mengalihkan fokusnya pada pekerjaan. Namun, suasana di kantor terasa lebih berat

  • Jatuh ke Pelukan Musuh   Insiden Gala

    Malam gala tiba, dan Keira mengenakan gaun merah yang ketat dan menawan, yang menggoda tanpa mengurangi kelas. Setiap langkahnya di atas karpet merah menarik perhatian banyak orang. Keira merasakan semua mata tertuju padanya, tetapi yang paling penting, dia mencari sosok Andre. Ketika dia akhirnya melihatnya, Andre berada di tengah kerumunan, dikelilingi oleh kolega dan investor. Dia tampak luar biasa dalam setelan hitamnya, dan aura karismatiknya membuat Keira terpesona. Ketika mata mereka bertemu, ada momen keheningan di antara mereka yang hanya bisa mereka rasakan. Keira mengambil napas dalam-dalam dan mendekati Andre, yang langsung menyadari kedatangannya. “Kamu datang,” kata Andre, senyumnya membuat jantung Keira berdebar. “Terima kasih atas undangannya. Saya tidak ingin melewatkan kesempatan ini,” jawab Keira, berusaha menjaga suara dan sikapnya tetap tenang. Mereka berbincang-bincang dengan ringan ditemani dengan gelas anggur ya

  • Jatuh ke Pelukan Musuh   Jebakan di Gudang

    Suasana kantor Ravindra Group masih tegang. Desas-desus kecurangan mulai menyebar: laporan gudang cabang Surabaya diduga dimanipulasi. Berita itu bergerak cepat seperti api yang disiram bensin, menyusup ke telinga para manajer, bahkan direksi.Andre menatap layar laptop dengan ekspresi keras. Beberapa lembar laporan fisik berantakan di mejanya. “Kalau benar ada selisih sebesar ini, media akan mencium baunya. Dan kalau itu terjadi, Gunawan hanya tinggal duduk manis sambil menyaksikan kita jatuh.”Keira berdiri di seberangnya, kedua tangannya bersedekap. “Aku sudah memeriksa sekilas. Selisih ini terlalu rapi, Andre. Terlalu presisi. Seolah-olah sengaja diciptakan untuk terlihat mencurigakan.”Andre menegakkan tubuh, sorot matanya menajam. “Kamu bilang… jebakan?”Keira mengangguk. “Ya. Dan kita tidak boleh terpancing. Kalau kita bereaksi gegabah, mereka menang. Tapi kalau kita bisa menemukan bukti bahwa ada tangan luar yang bermain, ini akan berbalik jadi bume

  • Jatuh ke Pelukan Musuh   Bayangan Serangan Balasan

    Langit Jakarta malam itu mendung, hujan tipis menetes di jendela kaca Ravindra Group. Keira masih berdiri di dekat jendela, sorot matanya kosong menatap cahaya kota yang berkilau samar. Kata-kata Andre beberapa jam lalu masih menggema di kepalanya—“buktikan kalau kau di pihakku.”Bukan sekadar permintaan. Itu ujian. Dan Keira tahu, ujian ini bisa menentukan hidup dan matinya. Keesokan paginya, suasana kantor Ravindra Group semakin berat. Seperti udara yang dipenuhi kabut tak kasat mata, membuat semua orang melangkah hati-hati. Tatapan para karyawan jatuh pada Keira setiap kali ia melewati lorong. Ada rasa ingin tahu, ada curiga, dan ada juga ketakutan.Keira berusaha menjaga langkahnya tetap tenang. Mereka menunggu aku salah langkah, pikirnya. Sekali saja aku goyah, mereka akan menjadikannya alasan untuk menjatuhkan.Di ruang rapat kecil, Andre duduk dengan tim manajemen. Keira ikut hadir, menempatkan diri di sudut meja dengan catatan di tangannya. Pe

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status