Victoria membalas pelukan putranya.“Kau hebat, kau memang putraku.” Samantha tersenyum, kini hatinya merasa lega. Namun, di satu sisi dia tidak dapat membayangkan rumahnya hancur oleh serangan. Kenangan masa kecilnya, peninggalan orang tuanya. Semua itu dibayar dengan keselamatan orang-orangnya.Udara terasa dingin, rumput dan dedaunan masih basah oleh sisa hujan dini hari. Keamanan semakin diperketat, para penjaga bergantian berjaga. Gedung bagian utama mansion dipenuhi oleh peluru, lampu gantung di luar baik di dalam bergoyang, ada juga yang sudah berjatuhan di lantai.Lucien berdiri di depan jendela besar, mengenakan kemeja putih yang kini penuh noda debu dan bercak darah kering. Matanya menatap ke luar. Di belakangnya, Jason masih sibuk berbicara dengan pengawal, mengatur pergeseran posisi penjagaan.Langkah cepat terdengar dari arah koridor.“Lucien,” suara Cameron terdengar berat. “Lucas dan Kilian tiba di bandara satu jam yang lalu. Mereka dalam perjalanan ke sini.”Lucien ti
“Jika Tuan muda tahu Anda menyerang mansion, dia—”Wajah Alessandro menghitam seketika.“Aku tidak butuh izinnya,” katanya dingin, menendang kursi di depannya hingga terjungkal dan menghantam dinding.Paul yang berdiri di ruangan itu mendadak diam membeku. Tak seorang pun berani menyahut ketika Alessandro mulai berjalan mondar-mandir. Sorot matanya menyala, berisi bara kemarahan yang sulit dikendalikan.“Dia memang putraku, tetapi dia tidak bisa mengendalikanku,” gumam Alessandro pelan namun mengerikan. “Lucien, sudah menyeberang batas. Dan malam ini, aku pastikan mereka semua tidak akan pernah lagi tidur dengan tenang.”Salah satu bawahannya, akhirnya berbicara.“Tapi mereka berhasil menahan semua pasukan kita. Tidak ada satu pun yang kembali.”Alessandro berhenti, menoleh. Matanya menyorot tajam pria itu. Paul memberikan isyarat agar pria itu tidak lagi berbicara. Jika ingin selamat.Alessandro menyeringai. “Lalu, kau menyalahkanku?” tanyanya pelan, namun suaranya menggema dingin.“
Lizbeth mencoba memahami ucapan neneknya. Jika Samantha bahkan tidak bisa mengatasinya. Orang ini pastinya akan sulit ditaklukkan.“Lalu, kita harus bagaimana sekarang?” tanya Lizbeth.“Pihak kerajaan pasti akan mencurigai kita. Namun, tenang saja akan aku pastikan semuanya baik-baik saja. Namun, adik iparku lebih baik dari Alessandro. Setidaknya dia masih punya hati meskipun bersikap dingin. Alessandro cukup menghormatinya.”Samantha memegang tangan Lizbeth. “Kamu tidak boleh terlibat, kamu harus menjaga dirimu dan bayimu Lilibeth. Jangan keras kepala.”Lizbeth menurunkan pandangannya. Lalu mengangguk pelan. Ia tidak tahu di luar seperti apa, Lucien sedang berjuang. Dia tidak ingin menyerahkan Freya seperti yang diinginkan Alessandro. Ia hanya bisa berdoa agar Lucien kembali dengan selamat. Tanpa kekurangan.Samantha berdiri. “Aku harus kembali.”Lizbeth dan Edwina terkejut.“Nenek, akan lebih aman Nenek di sini.”“Aku tidak bisa meninggalkan mansion lebih lama. Quintessa, masih di s
Edwina terdiam sejenak. Sorot matanya meredup.Ia menunduk, kedua tangannya meremas ujung rok panjangnya.“Aku masih ingat,” katanya lirih. “Orang itu bekerja di mansion ini, waktu kami kecil. Dia bukan siapa-siapa, hanya seorang pengurus taman.Sebenarnya aku tidak sengaja mendengar pembicaraan mereka—”“Mereka siapa?” tanya Lizbeth.Edwina menatap mata kakak iparnya. “Saat itu aku tidak sengaja mendengar pengurus taman berbicara dengan Lucas. Pengurus taman bilang, Lucas sangat beruntung bisa diterima di dalam keluarga Kingsley. Jika waktu itu berlaku, mungkin ada tiga tuan muda.”Lizbeth terkejut. Ia menyentuh tangan Edwina dengan lembut.“Apakah dia masih bekerja di sini sekarang?”“Aku tidak tahu. Sejak kembali ke rumah ini, aku belum melihatnya.Sepertinya dia sudah lama pensiun, atau kamu bisa tanyakan kepada Lucas. Mereka cukup dekat.”Mata Lizbeth menyipit, lalu ia berdiri. Tubuhnya memang masih lemah karena kehamilannya, tapi pikirannya cukup kuat.“Aku akan mencarinya. Kita ha
“Aku tidak tahu namanya,” ujar Freya. “Tapi aku tahu ciri-cirinya. Dia bukan seperti putra kesayangan para mafia kebanyakan. Dia bersembunyi di balik topeng yang tak mudah dikenali. Meskipun tidak pernah bertemu langsung, aku pernah melihatnya sebanyak dua kali dari belakang dan samping. Ia pernah berbicara langsung pada Alessandro dengan bahasa yang tidak digunakan sembarangan oleh orang luar. Dia memanggilnya padre.”Lucien menyipitkan mata. “Berapa umurnya sekarang?”Freya seperti mengingat sesuatu dan menghitungnya. “Seharusnya seusia Anda. Mungkin bisa juga sedikit lebih tua dari Anda. Sekarang dia tumbuh menjadi sangat karismatik. Dia tak pernah terlibat langsung dalam aksi. Tapi semua perintah penting dari Alessandro, dialah yang menjalankannya di balik layar. Dia juga yang mengatur semua yang terjadi di sini.”Lucien terdiam sejenak. “Apa dia sangat berharga bagi Alessandro?”Freya mengangguk pelan. “Dia tidak hanya berharga. Dia bagaikan duplikat Anda Tuan, dari yang pernah
“Tetap saja, aku mencemaskan Pak Lucien. Seharusnya aku akan menemaninya dan tidak kembali.”Lucas menepuk pundak Kilian. “Aku akan mencoba menghubungi ayahku. Setelah ada kabar, aku akan memberitahumu.”Lucas pergi mengayunkan kakinya menuju ruangan kerjanya. Kilian menghela napas, mungkinkah dia berpikir berlebihan? Jika memang terjadi sesuatu, Lucien pasti sudah memberitahunya. Namun, Kilian tidak diam begitu saja, dia mencoba menghubungi Lucien dan orangnya sekali lagi.Hingga sore waktu Los Angeles, langkah Kilian cepat masuk ke dalam ruangan kerja Lucas tanpa permisi. Lucas yang semula menatap layar komputernya kini mengalihkan pandangannya pada Kilian.“Belum ada kabar dari London?” tanya Kilian membuka percakapan, nadanya rendah.Lucas mengangkat bahu. “Kita tak bisa terus menebak-nebak. Kalau terjadi sesuatu, tim pengamanan pasti sudah menghubungi kita.”Kilian mengangguk pelan, tapi kekhawatiran masih menguasai pikirannya. “Aku hanya merasa aneh. Sudah beberapa hari, dan Luc