Ella Prameswari adalah wanita berusia 35 tahun, anak adopsi dari keluarga biasa pasangan Singgih dan Endah. Ia diadopsi ketika berusia 13 tahun. Saat Ella sedang menyelesaikan skripsi, Singgih dan Endah mengalami kecelakaan. Namun tak ada yang tahu kronologi kecelakaan tersebut. Ella hanya mendapat kabar, lalu melihat jenazah kedua orang tua angkatnya itu dimakamkan. Sungguh ironis apa yang menimpanya.
Tak butuh waktu lama Tuhan mempertemukan Ella dan Surya. Sehingga bagi Ella, Surya adalah malaikat pelindungnya.Dan kini ia sedang dalam keadaan yang canggung. Keluarga Wirata yang dulu menolaknya, kini dengan tangan terbuka menerima dirinya dan anak – anaknya. Iya, baginya yang terpenting adalah anak – anaknya bisa diterima di keluarga ini sebagai keturunan keluarga Wirata.Ella berjalan mengikuti Surya yang berada di depannya bersama Jupiter, dengan menggandeng Luna. Dan akhirnya, tibalah mereka di ruang makan utama yang besar. Meja itu memanjang dengan masing – masing 9 kursi di kedua sisinya. Tampak di sana duduk beberapa orang yang Ella yakini adalah adik – adik Surya. Namun tidak satu pun Ella mengenali mereka karena tidak pernah ada komunikasi di antara mereka.Tuan Prabu mengatur duduk Nyonya Jane, menggendongnya untuk didudukkan di kursi paling ujung disisi kanannya. Sementara dirinya duduk di meja paling ujung. Surya mengambil kursi di sisi sebelah kiri Tuan Prabu diikuti Jupiter, Luna, dan Ella duduk berurutan di sampingnya.Suasana hening sesaat, kemudian datang beberapa pelayan membantu menghidangkan makanan. Dan saat itu juga Ella merasa ada yang sedang memperhatikannya. Ia memberanikan diri menatap orang – orang di seberang meja makannya.“Apa kabar kakak ipar? Apa kamu masih ingat aku?” gaya yang ramah namun sedikit selengekan ini pasti lah si bungsu di keluarga ini.“Kamu pasti Jackson kan? Tentu aku ingat” Ella tersenyum berusaha menutupi bahwa ia sebenarnya hanya menebak saja.“Wah, luar biasa. Sudah 10 tahun lebih tidak bertemu, tapi daya ingatmu masih kuat kak. Kak Surya memberimu vitamin dengan baik”.“Jaga sopan santunmu Jack! Sapalah kakakmu dulu.” Nyonya Jane tidak suka anak bungsunya itu selalu seenaknya.“Ah aku bosan dengan Kak Surya. Aku juga sudah sering meneleponnya tapi dia sangat sibuk. Bukankah baru-baru ini saja dia baru bisa di hubungi?”Tanpa basa basi, Ella menyela.“Jupiter, Luna, perkenalkan diri kalian kepada om kalian”. Ella tidak memperkenalkan nama adik iparnya satu per satu karena hanya Jackson yang ia kenali.“Hai Om, aku Jupiter 10 tahun”.“Hai Om, aku Luna 6 tahun”.Keduanya tampak menggemaskan karena terlihat malu – malu.“Hai bocil, namaku Jackson. Panggil aku uncle Jack. Dan ini di sebelah kiriku uncle Levin, yang di sebelah kananku uncle Rigel”Ah, Ella melirik ke para adik iparnya itu satu per satu. Ia mulai mengingatnya, 12 tahun yang lalu saat ia menikah dengan Surya, Jackson masih berumur 14 tahun, Rigel 15 tahun, Levin 17 tahun, sedangkan Surya sendiri masih berusia 20 tahun saat itu. Ella memang lebih tua dari Surya, namun Ella tetap memutuskan untuk memanggilnya dengan sebutan Mas. Surya meminang Ella saat masih menjadi mahasiswa di salah satu perguruan tinggi ternama. Karena kekeh menikahi gadis pujaannya inilah akhirnya ia meneruskan kuliah di universitas lain yang lebih dekat dengan tempat tinggalnya bersama Ella sembari bekerja.“Apa kabar Kak Ella, selamat datang kembali di kediaman keluarga ini” sapa Levin tersenyum ramah.“Hai Lev aku baik, bagaimana denganmu? Aku dengar kamu telah menikah, lalu di mana istrimu?” Ella membalas keramahan adik ipar yang tampan dan tampak lembut mirip dengan Surya.“Ah, sepertinya Kakak ketinggalan berita. Sebentar lagi mungkin aku akan bercerai”“Eh? Maaf aku tidak tahu Lev” Ella merasa tidak enak hati. Ia melirik ke Surya.“Ehem, sudahlah ayo kita mulai makan” Surya mulai mengalihkan pembicaraan.“Kak Rigel, kenapa diam saja? Kamu tidak ingin menyapa Kakak ipar?” Jack mulai meledek sang kakak yang sejak tadi diam namun sedikit mencuri pandang ke Ella.“Dia sudah tau aku, mau apa lagi?” tanggapan Rigel yang dingin ini tidak mengejutkan orang – orang di ruang makan itu.Ella tiba - tiba teringat beberapa tahun lalu setelah menikah, ia sempat bertemu dengan Rigel. Dan ada kenangan buruk yang membuatnya tidak ingin mengingatnya lagi.Hening..“Sudahlah, jangan biarkan masakan ini dingin. Ayo cepat makan. Setelah ini ada yang ingin Papa dan Mama sampaikan” Nyonya Jane mencoba mencairkan suasana.Para pelayan sedang membersihkan meja makan. Namun keluarga itu masih belum beranjak dari meja makan, mereka masih berbincang ringan.Tiba – tiba Luna meringis sambil memegangi perutnya. Ella yang menyadarinya segera menanyakan kondisi putri kecilnya itu.“Luna kenapa? Sakit perut?”“Iya Ma, mau ke toilet”“Baiklah, ayo Mama antar ya” mereka beranjak dari duduknya dan segera menuju toilet yang mengharuskan mereka keluar dari ruangan itu.“Mama tunggulah di luar saja, aku bisa sendiri” Luna memang anak imut yang mandiri.“Oke, nanti kalau sudah selesai panggil Mama ya” Luna hanya mengangguk lalu segera masuk ke toilet. Sedangkan Ella keluar dari setelah membasuh tangannya di wastafel.Ella bersandar di dinding sambil menundukkan kepalanya, ia berpikir apa yang akan terjadi setelah ini? Apa Surya dan saudara – saudaranya akan memperebutkan kekuasaan? Ia yakin Surya adalah orang yang sederhana, bukan laki – laki yang haus kekuasaan. Surya memang saat ini memiliki perusahaan travel yang dibekali oleh Tuan Prabu. Levin, sudah memiliki jabatan di salah satu anak perusahaan milik Tuan Prabu juga. Jackson berkecimpung di dunia modeling. Sedangkan Rigel, di usianya yang masih 27 tahun ini baru saja mendirikan sebuah perusahaan di bidang pengembangan teknologi.Ella yang sedang memainkan kakinya lalu tersadar ada yang menghampirinya, berdiri tepat di depannya.“Lama tak jumpa, Ella”Ella mendongak karena orang itu lebih tinggi darinya. Wajahnya tampan dengan garis wajah yang tegas. Sesaat ia terdiam karena mengagumi wajah adik iparnya itu.“Oh, Rigel. Iya lama tak jumpa, mungkin sudah 12 tahun. Dulu kamu masih sekolah saat terakhir kita bertemu” Ella sedikit tergagap karena canggung. Ia takut Rigel akan mengingat dan membahas masa lalu.“Lalu, bagaimana sekarang?” Rigel melontarkan pertanyaan itu seraya perlahan melangkah mendekati Ella lalu sedikit membungkuk hingga wajahnya kini berhadapan dengan Ella dalam jarak beberapa sentimeter saja.“Apa?” hanya kata itu yang keluar dari mulut Ella saking terkejutnya.Tatapan tajam dan aroma parfum yang menguar dari tubuh Rigel membuat Ella mematung, namun juga sedikit berdebar. Bahkan hampir sesak napas!“Aku tanya, bagaimana aku yang sekarang?” ia masih menunggu jawaban.“Oh, ya.. kamu sudah dewasa.” jawab Ella singkat sembari tersenyum kaku.“Mama sama Om lagi ngomongin apa?” tatapan polos Luna mengejutkan kedua orang itu.Rigel menatap dalam kedua mata Luna. Sepasang netra cokelat milik Luna mirip dengannya. Begitu juga dengan Jackson, netra cokelat itu diturunkan oleh nyonya Jane.“Om sedang menyapa Mamamu, apa kamu keberatan gadis kecil? Baiklah Ella, jika kamu membutuhkan bantuanku hubungi aku atau suruh pelayanmu menemuiku.” Rigel beranjak kembali ke ruang makan.Ella hanya terdiam karena bingung dengan sikap Rigel. Lalu seketika ia sadar ada Luna yang menunggunya dari tadi. Ia segera membawa Luna kembali ke ruang makan.Aura serius mulai menyelimuti seisi ruangan. Pun juga Ella dan dua bocilnya yang telah kembali dari toilet sejak 7 menit yang lalu. Setelah suasana tenang, barulah Tuan Prabu memulai perbincangan utama yang ditunggu. “Baiklah, pertama Papa dan Mama ingin mengutarakan permintaan maaf kepada Surya dan Ella. Selama ini kita belum menyambut baik mereka di keluarga Wirata. Papa berharap mulai saat ini, kita bersatu kembali menjadi keluarga yang utuh. Juga selamat datang cucuku yang manis – manis. Jika ada yang kalian butuhkan, bilang saja ke Nenek atau Kakek” ucapan Tuan Prabu menghangatkan hati seisi ruangan, juga si kecil Jupiter dan Luna yang terlihat tersipu. “Mulai saat ini juga, panggil Surya Tuan dan Ella Nyonya. Jangan lupa itu Tiko” seraya memandang Om Tiko dan segera direspon olehnya. “Baik Tuan besar” “Dan kamu Ella, jangan panggil kami Tuan dan Nyonya lagi. Panggil Papa dan Mama."“Baik Pa.” Ella tersenyum sumringah kepada kedua mertuanya itu. “Lalu inti dari Papa dan Mama
Ella tersentak hingga menghentikan langkahnya tatkala melihat Surya yang sudah duduk di ranjang mereka berdua. Surya sedang menyisir rambutnya yang basah.“Dari mana saja kamu Ella? Sudah malam begini, aku kira kamu sudah tidur tadi.”“Oh.. aku habis jalan – jalan cari angin. Di sini agak jenuh dan sedikit panas. Kamu sendiri dari mana Mas? Aku nunggu Mas Surya lama banget.” Ia sedikit gugup, masih gemetar, namun berusaha tetap tenang. Karena ia berencana menyembunyikan kejadian yang baru saja menimpanya.“Aku tadi habis dari kamar Mama nemenin Mama sampai Mama tertidur karena Papa ada urusan mendadak. Ya udah, ayo kita tidur. Ini sudah larut.” Surya beranjak merebahkan badannya ke kasur.Ella yang tiba – tiba penasaran dengan rambut Surya yang basah akhirnya bertanya, “Kamu abis mandi ya Mas? Kok rambutnya basah gitu?”“Oh, iya. Memang agak panas malam ini. Jadi aku mandi lagi.” “Oh.. aku mau cuci muka dulu.” Ella bergegas ke kamar mandi untuk cuci muka. Di kamar mandi, Ella menggo
“Hahahahahha.. apa semalam kamu menggunakan gaun tidur Ella?” Rigel menyeringai.Pertanyaan Rigel membuat Ella gemetar, karena ia sendiri ingat dengan jelas. Semalam ia menggunakan setelan piyama, bukan gaun tidur. Dan Rigel juga tahu itu.Raut muka Marry berubah, ia bingung dengan maksud candaan Rigel. Namun ia tetap memilih diam, takut salah bicara.“Apa ada lagi yang diceritakan anak – anak, Marry?” Ella masih memendam rasa penasaran.“Tidak Nyonya, hanya itu yang saya dengar dari anak – anak.” Jawab Marry singkat.Beberapa menit berlalu, dan suasana di mobil itu semakin sunyi. Walau sesekali Rigel menyeringai tanpa disadari Ella.Akhirnya, tibalah mereka di kediaman keluarga Wirata. Ella yang sudah merasa engap berada 1 mobil dengan Rigel, buru – buru membuka pintu berniat keluar.“Tunggu! Jangan keluar dulu, ada yang ingin aku bicarakan.” Perintah Rigel kepada Ella.Marry yang mengerti maksud Rigel segera turun dari mobil. Sedangkan Ella, kembali duduk di kursinya dan membanting
"Apa? Di mana kalian berdua sekarang?" Suara lantang Surya menggema di ruang kamar, hingga Ella terbangun dari tidurnya."Ada apa Mas?""Rigel berulah di sekitar sini, aku akan menjemputnya. Kamu tunggu di rumah dengan Jupiter ya." Terang Rigel seraya menutup teleponnya."Rigel di sekitar sini? Apa yang terjadi Mas?" Pertanyaan Ella tak sempat terjawab lantaran Surya sudah bergegas pergi.Satu jam lebih Surya baru kembali ke rumah. Ella yang melihatnya membopong seseorang segera menghampirinya. Rupanya Surya tidak sendiri, ia bersama dengan laki - laki berjas rapi dan berkaca mata. Dani yang menyadari bahwa ia diperhatikan oleh Ella segera menganggukkan kepala isyarat menyapa.Mereka merebahkan Rigel di tempat tidur kamar tamu. "Ella, ini Dani asisten sekaligus pengawal Rigel." Surya memperkenalkan."Ah, iya. Apa yang terjadi dengannya?""Hari ini Tuan Rigel ada urusan pribadi dengan teman kuliahnya. Lalu setelah pertemuan selesai, beliau mengajak saya ke sebuah bar. Entah apa yang m
"Dan, kamu jangan jemput aku hari ini. Aku berencana beberapa hari tinggal di sini. Untuk kuliahku, tolong atur saja. Lalu, aku butuh bantuanmu mencari tahu sesuatu tentang kakakku dan juga istrinya." Pagi itu Rigel berkeliling sekitar rumah, baru kali ini ia berkunjung ke rumah Surya dan Ella. Ia ingat betul keluarganya tidak menerima Ella pada awalnya. Namun akhirnya mereka merestui, dengan catatan mereka harus tinggal jauh dari kediaman Wirata. Hingga saat ini, Rigel masih penasaran apa yang menyebabkan keluarganya tetap tidak mau menerima kedatangan Ella. Alasan karena anak adopsi bukanlah alasan yang masuk akal baginya. Bagaimana tidak, Surya sebenarnya adalah anak adopsi juga!Rigel sedang duduk di bangku kuliah, namun masih belum mengerti tentang banyak hal rumit di keluarganya. Dan setelah kejadian memalukan semalam, ia mulai penasaran dengan rumah tangga kakaknya. Dari gelagat Ella tadi, ia bisa menyimpulkan bahwa rumah tangga mereka sedang tidak baik - baik saja. Tapi kenap
Dengan tatapan setengah kosong, Ella masuk ke dalam mobil Rigel. Ella pun tak mengerti dengan dirinya sendiri, kenapa ia tak menolak saja. Harusnya ia bisa lebih tegas menolak tawaran Rigel. Meski hujan deras, bisa saja ia menjemput Jupiter dengan motor dan menggunakan mantel.Tapi penyesalan itu tetap sia - sia lantaran mobil itu sudah melaju kencang di jalan yang terguyur oleh derasnya hujan.Mereka berdua hanya saling membisu satu sama lain selama beberapa saat. Hingga Rigel mencoba memulai pembicaraan."Mulai besok aku yang akan mengantar Jupiter, selama Kak Surya tidak di rumah. Kamu cukup di rumah saja." Kata Rigel dengan percaya diri seolah ia adalah ayah Jupiter.Ella yang sejak tadi hanya fokus melihat pemandangan dari jendela pintunya, mengalihkan pandangan ke Rigel sambil memicingkan matanya karena keheranan. Namun, tak sepatah kata pun keluar dari bibirnya.Ella tetap enggan bicara dengan Rigel selama perjalanan pulang setelah menjemput Jupiter. Bahkan saat sampai di rumah
"Apa kabar Nona Ella?" Sapa Dani dengan senyuman. Senyuman hangat yang membuat Rigel terus memelototi asistennya itu."Iya, Baik. Kamu mau menjemput Rigel?" Tanya Ella saat sedang duduk santai di ruang tamu."Ah, tidak. Tuan Surya memintanya untuk di sini sementara bukan?""Iya benar." Jawab Ella singkat."Saya hanya menengok Tuan Rigel. Apa Anda merasa terganggu?" Selidik Dani.Ella tak langsung menjawab. Beberapa detik kemudian baru ia mengeluarkan kalimat, "Tidak. Silakan jika ingin bersantai di rumahku." Ella beranjak dari duduknya, meninggalkan Rigel dan Dani. "Kapan pencarian akan dimulai Tuan? Nona Ella terus berada di rumah." Tanya Dani dengan suara yang pelan. Rigel menghela napas lalu hendak menjawab Dani, namun tiba - tiba Ella kembali bersama Jupiter."Aku akan keluar berbelanja, mungkin sekalian makan malam di luar. Kalau butuh apa - apa, kalian bisa minta ke Bi Tami termasuk makan malam." Ucap Ella, lalu Jupiter menarik tangannya."Aku mau diantal Om... " Rengek Jupite
Ella sedang berpikir, mungkin Jackson mengerjainya. Bagaimana bisa sudah hampir satu jam tidak ada kabar apapun darinya. Nomor ponselnya pun sulit dihubungi. Seharusnya dia bilang kalau memang sedang sibuk. Pagi ini Ella bahkan tidak sempat sarapan karena harus pagi - pagi datang ke kantor agensi. Hampir saja Ella beranjak dari tempat duduknya. Hingga akhirnya yang di tunggu pun tiba."Maaf, sudah menungguku lama." Ujar Jack dengan senyum tengil khasnya."Aku kira kamu sedang mengerjaiku." Gerutu Ella dengan muka masam."Mana berani aku, Kak." "Lihat saja penampilanku, kenapa aku harus menutupi kepalaku dengan syal, memakai masker. dan kacamata hitam begini? Aku juga sudah menunggumu lama. Lagi pula kita satu rumah, kenapa kita tidak bicarakan di rumah saja sih?" Ella yang terlanjur kesal tidak sengaja mengoceh di lobi kantor yang tidak terlalu ramai orang.Dan dengan sigap Jackson menyambar tangan Ella serta menariknya untuk segera pergi meninggalkan lobi. "Sebentar Jack, lepaskan