Share

Bab 3. Rigel : Malam ini kamu milikku!

Aura serius mulai menyelimuti seisi ruangan. Pun juga Ella dan dua bocilnya yang telah kembali dari toilet sejak 7 menit yang lalu. Setelah suasana tenang, barulah Tuan Prabu memulai perbincangan utama yang ditunggu.

“Baiklah, pertama Papa dan Mama ingin mengutarakan permintaan maaf kepada Surya dan Ella. Selama ini kita belum menyambut baik mereka di keluarga Wirata. Papa berharap mulai saat ini, kita bersatu kembali menjadi keluarga yang utuh. Juga selamat datang cucuku yang manis – manis. Jika ada yang kalian butuhkan, bilang saja ke Nenek atau Kakek” ucapan Tuan Prabu menghangatkan hati seisi ruangan, juga si kecil Jupiter dan Luna yang terlihat tersipu.

“Mulai saat ini juga, panggil Surya Tuan dan Ella Nyonya. Jangan lupa itu Tiko” seraya memandang Om Tiko dan segera direspon olehnya.

“Baik Tuan besar”

“Dan kamu Ella, jangan panggil kami Tuan dan Nyonya lagi. Panggil Papa dan Mama."

“Baik Pa.” Ella tersenyum sumringah kepada kedua mertuanya itu.

“Lalu inti dari Papa dan Mama mengundang kalian kemari adalah kami ingin kalian semua pindah ke kediaman ini, karena Papa berencana pensiun sebagai CEO Wirata Grup.”

Ketiga bersaudara, Levin, Rigel, dan Jackson belum mendengar kabar ini sama sekali, sehingga terkejut luar biasanya. Mereka saling berpandangan kemudian menatap sang ayah dengan penuh pertanyaan.

“Oh, come on Dad! Apa ini? Kenapa tiba – tiba? Apa ada masalah lain selain sakitnya Mama?” Jackson telah meluap – luap.

“Iya Pa, apa ada masalah? Mungkin kami bisa membantu Papa?” timpal Levin.

“Sudahlah, dengar dulu penjelasan Papa!” tegas Rigel yang sejak tadi terlihat tenang.

Ella dan Surya sedikit tegang meski telah mengetahuinya sejak sore tadi.

Tuan Prabu menghela napas sebelum melanjutkan pembicaraannya.

“Papa sudah merasa lelah, dan ingin menjaga Mama kalian yang sedang sakit ini. Jadi Papa harap kalian segera pindah ke kediaman ini dan Papa akan segera menunjuk salah satu di antara kalian untuk menggantikan Papa sebagai CEO Wirata Grup.” wajah Tuan Prabu terlihat sendu ketika mengucapkan ini seraya menggenggam erat tangan istrinya.

“Lalu, kapan tepatnya Papa akan mengumumkan pengganti Papa?” tiba – tiba Surya mengucapkan ini, yang membuat semua menatapnya heran. Terutama Ella yang reflek memelototi Surya semacam kode peringatan untuk kalimatnya yang dinilai kurang pantas.

Tuan Prabu dan Nyonya Jane juga saling bertatapan, lalu diikuti pernyataan.

“Papa belum tahu kapan pastinya, yang penting semua harus pindah dulu ke kediaman ini. Baru Papa akan menilai performa kalian. Malam sudah semakin larut, Papa akan mengantar Mama untuk beristirahat dulu.” Tuan Prabu beranjak bersama Nyonya Jane yang duduk di kursi roda. Diikuti oleh Surya yang berniat membantu mendorong kursi roda Nyonya Jane.

Tinggallah Ella dan kedua anaknya di meja makan itu bersama Levin , Rigel, dan Jackson.

Ella merasa sedang diperhatikan seseorang, saat dia menoleh ternyata Rigel. Rigel menatap Ella dengan tatapan yang tajam. Entah apa yang dipikirkannya, hingga membuat Ella tidak nyaman dan segera mengajak kedua anaknya kembali ke kamar.

*****

Jupiter sudah terlelap, begitu juga Luna. Mereka kelelahan karena perjalanan jauh hari ini. Ella yang masih terjaga karena menunggu Surya kembali dari kamar kedua orang tuanya membuka jendela kamarnya. Rupanya jendela itu menghadap ke arah taman depan rumah. Terlihat juga jalan yang menghubungkan kediaman Wirata dengan pagar besi yang menjulang untuk memasuki area kediaman itu.

Kamar Ella dan Surya memang berada di lantai 4, sehingga pemandangan di luar tampak jelas. Kata Om Tiko, Surya lah yang memilih kamar itu sendiri sebelum datang di kediaman.

Entah alasan apa yang membuatnya memilih lantai 4. Padahal di lantai 2 dan 3 masih ada yang kosong. Kamar Tuan dan Nyonya Wirata berada di lantai 1, juga Jackson dan Levin. Sedangkan Rigel di lantai 2. Sebenarnya di lantai 3 dan 4 ada beberapa kamar yang diisi oleh para pelayan. Tapi masih ada kamar khusus untuk keluarga Wirata juga.

Ella melamun sambil melihat pemandangan di luar jendela. Lamunannya buyar ketika melihat 2 mobil mewah keluar dari kediaman itu. Ella masih belum hafal pemilik mobil di keluarga ini. Tapi salah satu mobil itu mirip dengan ciri – ciri mobil yang diceritakan oleh Om Tiko siang tadi saat baru tiba di rumah, sedan mewah berwarna hitam milik Tuan Prabu.

“Kenapa jam segini Papa keluar? Ini sudah jam 10 malam. Dan bukannya Mas Surya tadi di kamar Papa?” Ella tak sadar bergumam.

Ella yang tiba – tiba haus lalu keluar dari kamarnya untuk mengambil air minum di dapur lantai 2. Ia sengaja tidak meminta bantuan pelayannya karena belum mengantuk juga sekalian mencari Surya yang belum kembali ke kamar.

Setelah pintu lift terbuka, ia berjalan menyusuri koridor yang sepi. Ia sedikit penasaran apa jam segitu memang pelayan sudah selesai dengan tugasnya dan sudah beristirahat.

Kini ia sudah sampai di dapur minimalis di lantai 2, memang sepi. Tidak tampak 1 pun pelayan di sana. Karena sedikit takut ia pun buru – buru meneguk segelas air putih dan berniat segera kembali ke kamarnya. Namun saat hendak berbalik badan, tiba – tiba ada yang memeluk pinggangnya. Gelasnya jatuh, dan ia hendak berteriak.

“Sssstttt... jangan berteriak sayang.” Bisik pria itu.

Dan kini mereka berdua bertatapan.

“Rigel??!! Apa yang kamu lakukan?!” jantung Ella berdegup sangat kencang. Badannya lemas saking kagetnya, apalagi dengan posisi mereka yang seperti berpelukan.

“Lepaskan aku Rigel! Jangan kurang ajar denganku!” Ella berontak berusaha lepas dari pelukan Rigel, namum sia – sia karena Rigel bertubuh tinggi dan kekar.

“Malam ini kamu milikku!” Rigel mengangkat Ella, membopongnya secara paksa. Ia tidak terpengaruh dengan gerakan meronta Ella.

Ella tidak menyadari bahwa di lantai 2 ada kamar Rigel. Tepatnya, di koridor sebelah kanan. Ella juga tidak menyadari bahwa tadi ia telah melewati kamar Rigel karena pintu kamar itu tertutup.

Rigel melempar Ella ke kasurnya setelah menendang pintu kamarnya agar tertutup. Ia segera menindih tubuh Ella yang terus meronta. Saat itu, Ella menyadari ada bau alkohol di badan Rigel.

“Rigel apa kamu mabuk? Cepat sadar dan lepaskan aku!”

“Kenapa? Kamu tidak suka denganku? Lebih suka dengan penipu itu? Kesabaranku sudah habis. Kamu itu milikku!”

“Dasar gila! Aku akan.. hhmmpp!!” Rigel segera membungkam mulut Ella dengan ciuman panasnya. Hingga Ella kesulitan bernapas.

Sekitar 30 menit, Ella sudah lemas karena sulit bernapas. Rigel memperlambat gerakan ciumannya. Kini ia melumat bibir Ella dengan lembut. Ella pasrah, selain tubuhnya telah lemas karena tertindih juga karena ia merasakan debaran aneh di dadanya. Lalu Rigel melepaskan ciumannya dan menatap Ella dalam – dalam.

“Mulai saat ini, jangan menghindariku karena kita satu atap. Kamu yang membuatku begini, jadi kamu harus bertanggung jawab!” ia perlahan melonggarkan tindihannya.

“Apa maksudmu? Dasar pemabuk!” Ella mengambil kesempatan itu untuk berontak dan lepas dari cengkeraman adik iparnya itu.

“Bahkan kamu bisa saja menikah denganku pada akhirnya Ella! Hahahah!”

“ Sinting!” Ella meninggalkan Rigel yang tengah mabuk dan membanting pintu kamarnya. Seluruh tubuh Ella gemetar, juga jantungnya yang berpacu sangat cepat.

Setengah berlari ia menuju kamarnya. Dan ternyata Surya sudah berada di kamarnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status