Share

Bab 3

Author: Wanabuana
“Ah! Aku nggak sengaja…”

Tyo tampak bingung, tetapi alih-alih pergi, dia melangkah lebih dekat dan menutup pintu di belakangnya.

Aku tersadar dari lamunanku, segera bangun dari ranjang untuk mengenakan bajuku. Berpura-pura cuek dan bertanya dengan datar, "Ada urusan apa?"

Tyo terkekeh pelan. “Dokter keliahatan paling cantik saat sedang kusut begini.”

Sebelum aku sempat mengeluarkan suara malu dan marah, Tyo segera mengungkapkan tujuannya, "Dokter belum menyembuhkanku.”

“Jelas-jelas kamu sudah operasi…”

"Tapi aku masih belum bisa ejakulasi. Dokter akan bertanggung jawab penuh, ‘kan?"

Dia berkata sambil berbaring di ranjang.

Melihat hal itu, aku tak punya pilihan lain selain membuka tirai dan menghampiri Tyo.

Lampu bangsal rumah sakit menyinari cincinku. Aku menatapnya, bertekad mengendalikan instingku.

Aku tak bisa mengkhianati tunanganku.

Tetapi Tyo tertawa, tampaknya sangat terangsang dengan keberadaan cincin itu.

"Dokter sangat cantik kalau begini."

Aku mengabaikan kata-katanya dan berdiri di samping ranjang, menyiapkan peralatan disinfeksi.

“Jaga sikapmu, aku akan mendisinfeksimu."

Sambil memegang bola kapas disinfektan, aku menarik selimut Tyo dan mendapati reaksi fisik Tyo yang sudah cukup intens.

“Dok, ini tegang karenamu, apa nggak mau coba?”

"Aku hanya bereaksi padamu."

Setelah operasi, bagian bawah Tyo menjadi lebih indah, bentuknya teratur, bulat dan halus, serta memiliki rona merah keunguan dan merah muda yang sulit untuk diabaikan.

Aku menggigit bibirku, berusaha menahan rasa gatal yang tiba-tiba dan tak tertahankan. Aku menggenggam miliki Tyo dengan asal, memulai proses disinfeksi.

Aku merapatkan kedua kakiku, godaan Tyo terngiang-ngiang di telingaku. Kurasa celana dalam tipisku hampir seluruhnya basah, meneteskan cairan.

"Dokter, jangan kasar begitu! Bagaimana kalau rusak dan Dokter tidak bisa menikmatinya lagi?"

Kata-kata Tyo membuat pikiran kosong. Aku meletakkan peralatan disinfeksi dan hendak beranjak pergi, tetapi Tyo segera duduk tegak.

Tangannya mengelus pipiku, lalu menggait daguku. Saat tatapan kami bertemu, jantungku berdebar kencang.

“Lihat ekspreksimu, jelas-jelas sangat nafsu, apa masih tidak mau?”

Selagi dia bicara, tangannya yang besar dan hangat perlahan menyentuh pantatku yang bulat dan kencang, lalu meremasnya dengan kuat.

Aku tersadar kembali dan mengerang pelan, lalu segera menutup mulutku.

Meskipun tidak ada orang lain di bangsal selain kami dan dia juga mengunci pintu setelah masuk, tetapi kedap suaranya buruk.

Tangan Tyo menyelinap ke balik rokku, entah sengaja atau tidak, jari-jarinya menyentuhku. Seluruh tubuhku gemetar, tetapi aku hanya bisa menutup mulutku dan tidak berani mengeluarkan suara.

Tak lama kemudian, Tyo mencengkeram pergelangan tanganku.

Lidah yang lincah itu dengan cepat menyelinap ke dalam mulutku.

Suara decakan ludah yang lembut menggema di ruangan rumah sakit yang sunyi.

Jantungku berdebar kencang, tetapi aku tak mampu lagi menahan godaan Tyo yang tak henti-hentinya, aku merasakan gatal yang tak tertahankan menjalar di sekujur tubuhku.

Aku terengah-engah. "Jangan…”

Detik berikutnya, Tyo menarikku ke ranjang rumah sakit dan mendudukkanku di pangkuannya.

"Dokter, silakan periksa sendiri dan lihat bagaimana pemulihannya... Begitu aku mendapat jawabannya, aku akan pergi dengan patuh dan tidak akan merepotkanmu lagi."

Tanganku gemetar sesaat, tetapi aku tetap meletakkannya di bahunya.

“Setelah ini… tolong segera pergi…”

"Baik."

Tyo berkata sambil meletakkan tangannya di pinggangku dan memaksaku menegakkan punggungku, lalu mengarahkanku ke tempat di mana ada cairan bening menggantung.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jatuhnya Sang Dokter Andrologi   Bab 9

    Suara tamparan yang keras itu membuat pikiranku kosong, yang bisa kulakukan hanyalah menutupi pipiku yang panas.Entah kapan, Tyo telah pindah ke sisi lain dan duduk di ranjang sambil merokok dengan tenang.Asap putih mengepul perlahan, membuat tenggorokanku gatal.Aku segera duduk dan meraih tangan Yoga. “Dengarkan penjelasanku, aku…”“Aku tak tahu apa yang salah denganku, aku tak bisa menahan diri, tapi aku mencintaimu."“Aku sungguh mencintaimu, kamu bisa merasakan cintaku padamu.”Mata Yoga memerah, dipenuhi guratan-guratan merah yang mengerikan.Dia mencengkaram bahuku, tak lagi selembut sebelumnya, mengerahkan begitu banyak kekuatan hingga hampir meremukkan bahuku.Aku menjerit kesakitan, tetapi sia-sia.Matanya melotot seolah akan jatuh ke wajahku sedetik kemudian. Dia berteriak dengan serak, "Kalau aku tidak melihat pesan di ponselmu, berapa lama kamu akan merahasiakannya dariku?!"“Aku sangat mencintaimu dan memperlakukanmu dengan sangat baik, mengapa kamu masih perlu mencari

  • Jatuhnya Sang Dokter Andrologi   Bab 8

    Di tengah hembusan angin dingin, aku menatap alamat yang dikirim pria itu di ponselku dan naik taksi.Jendela mobil terbuka, membuat hembusan angin dingin menerpa pipiku yang panas, menyebabkan rasa sakit yang menusuk.Namun, jantungku berdebar kencang saat aku semakin dekat.Membayangkan apa yang mungkin terjadi selanjutnya saja sudah membuat bulu kudukku berdiri.Tak lama kemudian, taksi itu berhenti di pinggir jalan.Menatap hotel mewah yang terang benderang di hadapanku, membuat jantungku berdebar kencang. Aku bergegas ke meja resepsionis, check-in, dan naik ke atas.Aku berdiri di ambang pintu, tanganku melayang di udara, siap mengetuk.Seketika, sosok Yoga yang sibuk di dapur terlintas di benakku, menghampiriku sambil membawa makanan di tangannya dan meminta pujian.Namun, adegan ini tak berlangsung lama sebelum terhenti sepenuhnya oleh pintu yang tiba-tiba terbuka.Aku bersumpah ini terakhir kalinya.“Olivia, akhirnya kamu datang. Aku sudah lama menunggumu.”Suara yang familiar

  • Jatuhnya Sang Dokter Andrologi   Bab 7

    Seorang pria muncul di layar ponsel.Sosok pria itu familier, kulitnya yang seperti gandum berkilau bak Dewa Sungai Nil di bawah cahaya redup, memancarkan kilauan.Otot-otot dengan garis-garis yang sangat kencang itu membuat air liurku menetes, terutama ketika ponsel bergerak turun dan menyinari bagian bawahnya yang menghantuiku. Aku merasakan perasaan aneh dan tak biasa itu muncul lagi dalam diriku.Di area sensitifku terasa seolah-olah ada hasrat api yang berkobar membakar tubuhku tanpa henti, dan menggerogoti syarafku.Membuatku tak kuasa menahan diri untuk mengulurkan tangan dan menyentuh tubuhku sendiri.Jari-jari tebal pria itu membelai tubuhnya sendiri, membuat telingaku berdengung, hingga napas teratur Yoga saat dia tidur tidak terdengar lagi.Saat itu, tangan pria itu terasa seperti mendarat di tubuhku, membuat sekujur tubuhku bergidik dan mati rasa.Aku menyipitkan mata dan menyaksikan video menggoda yang dikirim pria itu, hingga terbuai.Sensasi yang dia berikan kepadaku ada

  • Jatuhnya Sang Dokter Andrologi   Bab 6

    Aku mengerucutkan bibirku erat-erat, hidungku perih dan air mata menggenang di pelupuk mataku.Aku membuka mulut dan dengan hati-hati memanggil pacarku, "Sayang...""Ada apa? Jangan diam saja, kamu benar-benar membuatku khawatir setengah mati." Yoga mengguncang bahuku dengan cemas.Air mata menggenang di mataku dan mengalir di pipi hingga daguku.Aku terisak dan memeluk leher pacarku erat-erat, seolah mencoba melampiaskan semua emosi yang rumit ini.“Jangan menangis, beri tahu aku apa yang terjadi.”Air mataku membasahi bahu Yoga. Aku terisak tak terkendali, air mata dan ingus mengalir di wajahku.Aku bersalah padanya.Begitu aku memikirkan betapa baiknya dia padaku, tetapi aku justru secara impulsif melakukan hal itu, rasanya seperti pisau tumpul menusuk hatiku berulang kali, menyebabkan rasa sakit yang luar biasa.Aku tidak berani memberi tahu pacarku tentang hal ini.Aku bahkan lebih tidak berani membayangkan apa yang akan terjadi padaku jika dia tahu.Aku tak bisa meninggalkannya.

  • Jatuhnya Sang Dokter Andrologi   Bab 5

    Setelah gairah mereda, aku berbaring di ranjang rumah sakit, bajuku acak-acakan, bahkan celana dalamku menggantung di pergelangan kakiku.Tyo berdiri, tampak cukup puas. Dia menyingsingkan celananya dan dengan santai membetulkan ikat pinggangnya, dengan sebatang rokok masih menggantung di mulutnya.Dadaku berdegup kencang, aku merasakan kenikmatan yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Bahkan dengan pacarku, tak pernah sebahagia dan secandu ini.Ini terlalu gila.Di bangsal rumah sakit, bahkan sebagai seorang dokter dan pasiennya sendiri... Tak berani percaya...Aku benar-benar melakukan hal seperti itu.Tyo menyeka keringat di dahinya, lalu dengan santai melemparkan kotak tisu ke arahku, mengenai perut bagian bawahku.Aku mendengus, melihatnya mengangkat bajunya dan berkata, "Bersihkan dirimu sendiri, aku harus pergi."Entah kenapa, menghadapi sikap acuh tak acuh dan dingin Tyo, aku tidak merasa kecewa atau marah, melainkan sedikit senang diperlakukan seperti ini."Tunggu sebentar..

  • Jatuhnya Sang Dokter Andrologi   Bab 4

    “Dokter Oliv!”Sebelum kami sempat melanjutkan, suara seorang perawat menggema di koridor, diiringi langkah kaki yang tergesa-gesa.Jantungku berdebar kencang, darahku membeku, bahkan hasratku pun sirna seketika.Aku mencoba berdiri, tetapi Tyo menahanku dengan kuat di atas tubuhnya.Aku panik, memukul tangannya. "Kamu gila? Ada yang datang!"Aku merendahkan suaraku, tetapi aku tak dapat menyembunyikan getaran dalam nada suaraku."Dokter Oliv, apa kepala perawat sudah memeriksa ruangan? Tidak sadar aku pergi ke toilet… Eh, kenapa pintunya terkunci?"Aku mendengar suara seseorang mencoba membuka pintu, rasa takut membuat tubuhku semakin sensitif.Tyo mengerutkan kening, melirik ke arah pintu, lalu menjawab dengan lambat dan santai sambil menggoda, "Dokter sedang memeriksa saya sekarang. Saya tidak terlalu suka ada orang lain yang lihat, jadi pintunya dikunci." Perawat itu tampak agak bingung."Oh, begitukah?"Tyo tersenyum dan tatapannya jatuh pada tubuhku, lalu dia mencubit bagian ten

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status