Short
Wanita Berhati Es

Wanita Berhati Es

By:  IswaraKumpleto
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Hindi Sapat ang Ratings
8Mga Kabanata
8views
Basahin
Idagdag sa library

Share:  

Iulat
Buod
katalogo
I-scan ang code para mabasa sa App

Aku terlahir tanpa banyak hasrat. Namun, saat pergi ke rumah sakit untuk pemeriksaan, aku tak pernah menyangka akan bertemu dengan seorang dokter yang ahli dalam mempermainkan wanita. Perlahan, dia mengubahku, dari seorang wanita polos menjadi sosok yang haus akan nafsu, tanpa lagi mengenal rasa malu.

view more

Kabanata 1

Bab 1

Karena sejak lahir aku dingin secara seksual, pacarku akhirnya ingin meninggalkanku. Aku pun pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan diri, berharap menemukan jawabannya. Namun siapa sangka, dokter yang kutemui di sana justru seorang ahli dalam mempermainkan perempuan.

Sedikit demi sedikit, dia mengubahku menjadi wanita nakal yang kehilangan rasa malu, hanya hidup untuk mengejar nafsu semata.

Hari itu, aku memakai masker dan kacamata hitam, lalu mendorong pintu klinik kebidanan. Tapi ternyata, yang ada di dalam adalah seorang dokter pria.

"Silakan duduk," katanya sambil mengambil buku rekam medis dari tanganku dan menulis sesuatu di atasnya. Suaranya dalam dan tenang. "Namaku John Pablo, kau bisa memanggilku Dokter John."

Mungkin karena nada profesionalnya, aku pun sedikit merasa lebih nyaman.

"Aku ini dingin secara seksual, pacarku mau putus denganku..."

Tangan John yang sedang menulis di rekam medis itu berhenti, lalu dia kembali mengangkat matanya menatapku.

Aku tak berani menatap balik, hanya terus berbisik pelan, "Aku sebenarnya mau saja tidur dengannya, tapi... tapi, begitu dia menyentuh bagian pribadiku, aku langsung merasa sangat tidak nyaman..."

John meletakkan pena, menyatukan jemari panjangnya di depan dada.

"Apakah kau pernah mengalami kekerasan seksual? Seperti pemerkosaan, pemaksaan dengan obat-obatan, atau pelecehan oleh orang yang kau kenal?"

"Tidak," aku menggelengkan kepala.

"Coba pikir baik-baik, pernahkah suatu hari kau bangun tidur dan merasa tubuhmu nggak enak?"

"Benar-benar nggak pernah."

Sebelum datang ke sini, aku sempat mencari tahu tentang penyebab dinginnya hasrat seksual di internet. Beberapa orang menyebutkan kemungkinan adanya trauma.

Tapi aku yakin, aku sama sekali tidak pernah mengalami kekerasan atau insiden semacam itu.

John mengangguk kecil.

"Penyakitmu bisa disembuhkan."

Hatiku langsung berbunga-bunga, aku lupa rasa maluku, dan spontan menggenggam tangan John.

"Benarkah?"

"Ya, hanya saja..."

"Hanya saja apa?"

"Tapi kondisimu ini spesial. Tidak bisa ditangani dengan metode biasa. Dalam proses pengobatan nanti, aku akan melakukan kontak yang cukup dalam dengan area-area pribadimu. Jadi, kau masih mau melanjutkan? Kalau tidak, kau bisa pergi sekarang."

Wajahku langsung memerah lagi, sempat ingin kabur keluar. Tapi saat teringat penderitaan pacarku, aku akhirnya menahan diri.

"Dokter John, aku mau!"

"Kalau begitu, berbaringlah. Aku akan memeriksa tubuhmu dulu."

John menarik tirai di belakangnya, memperlihatkan ranjang kecil berwarna putih di baliknya.

Aku menurutinya dan berbaring.

John pergi ke kamar mandi kecil di dalam ruangan untuk mencuci tangan, lalu dengan serius mendisinfeksi tangannya, memakai sarung tangan sekali pakai, dan berdiri di samping ranjang.

Dalam ruang tertutup itu, aku bisa mendengar napasku sendiri yang gugup. Membayangkan Dokter John yang tampan dan asing ini akan menyentuh bagian tubuhku yang sensitif, aku jadi merasa malu dan canggung.

"Aku... aku sudah siap. Silakan mulai."

Dari balik kacamata berbingkai emasnya, tatapan John begitu lembut sekaligus tenang, memberiku rasa aman.

"Sekarang, aku akan mulai memeriksa tubuhmu," ujarnya.

"Mm." Aku mengangguk kecil.

Lalu, dengan perlahan, John mulai membuka kancing kemejaku satu per satu.

Dia begitu dekat denganku, sampai-sampai napas panasnya terasa di wajahku, membuat seluruh tubuhku menegang seketika. Aku tak sadar, mataku terpejam sendiri.

"Buka matamu. Kau harus belajar memahami tubuhmu sendiri."

Nada suara Dokter Song lembut, namun entah kenapa, kata-katanya justru memberiku ketenangan yang luar biasa, meredakan kegugupanku.

Perlahan-lahan aku membuka mata.

Begitu mataku terbuka, aku langsung berhadapan dengan tatapan John.

Berbeda sekali dengan pacarku yang kasar dan terburu-buru, John tidak berusaha dengan tergesa-gesa membuka paksa kakiku, juga tidak mengucapkan kata-kata yang memalukan. Tatapannya justru penuh ketenangan dan profesionalisme.

Saat kancing baju terbuka, pakaian dalam di balik kemeja pun terlihat.

"Buang semua pakaian dalam berwarna gelap di rumah. Mulai besok, kau hanya boleh memakai warna-warna cerah, seperti merah atau oranye."

"Baik, Dokter John," jawabku sambil menunduk, pipiku memerah.

Memang, sejak kecil aku selalu memakai pakaian dalam berwarna biru, hijau, atau putih. Pantas saja aku jadi kurang bergairah.

Lalu, John melepas pakaian dalamku, memperlihatkan dadaku yang gemetar halus.

"Apa yang kau rasakan?"

Dia mengulurkan tangan, menutupi seluruh dadaku, lalu memijatnya perlahan.

"Ngg... nggak... nggak ada rasa apa-apa."

Karena malu, wajahku panas seakan terbakar, tapi bau disinfektan yang tercium dari tubuhnya membuatku tetap patuh dan jujur menjawab.

John mempererat cengkeramannya, berpindah posisi, dari pijatan lembut berubah menjadi sedikit lebih kasar, tapi tetap tidak membuatku merasa sakit.

"Kalau sekarang?"

"A-ada..."

Sensasi aneh saat dadaku dipermainkan oleh pria asing membuatku menggigit bibir, jemariku mencengkeram erat sprei, dan tanpa sadar mengeluarkan suara kecil dari tenggorokanku.

"Tubuhmu ada sedikit masalah, kurang sensitif,"

John menyimpulkan dengan tenang. Tangan besarnya kemudian bergerak turun, dari pusarku ke perut bagian bawah, menuju ke bagian pribadiku.
Palawakin
Susunod na Kabanata
I-download

Pinakabagong kabanata

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Mga Comments

Walang Komento
8 Kabanata
Bab 1
Karena sejak lahir aku dingin secara seksual, pacarku akhirnya ingin meninggalkanku. Aku pun pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan diri, berharap menemukan jawabannya. Namun siapa sangka, dokter yang kutemui di sana justru seorang ahli dalam mempermainkan perempuan.Sedikit demi sedikit, dia mengubahku menjadi wanita nakal yang kehilangan rasa malu, hanya hidup untuk mengejar nafsu semata.Hari itu, aku memakai masker dan kacamata hitam, lalu mendorong pintu klinik kebidanan. Tapi ternyata, yang ada di dalam adalah seorang dokter pria."Silakan duduk," katanya sambil mengambil buku rekam medis dari tanganku dan menulis sesuatu di atasnya. Suaranya dalam dan tenang. "Namaku John Pablo, kau bisa memanggilku Dokter John."Mungkin karena nada profesionalnya, aku pun sedikit merasa lebih nyaman."Aku ini dingin secara seksual, pacarku mau putus denganku..."Tangan John yang sedang menulis di rekam medis itu berhenti, lalu dia kembali mengangkat matanya menatapku.Aku tak berani menatap ba
Magbasa pa
Bab 2
Aku tak bisa menahan getaran tubuhku, secara naluriah menahan tangannya, mencegahnya untuk melanjutkan."Ada apa?"John menatapku dengan ekspresi penuh perhatian."Nggak apa-apa, aku hanya... sedikit gugup," jawabku pelan, sambil perlahan menarik kembali tanganku dan memalingkan wajah, tak berani menatapnya."Angkat sedikit pinggulmu, aku perlu membantumu melepas rok," ucapnya dengan tenang.Aku menurut, mengangkat tubuh bagian bawah sedikit. Dengan gerakan hati-hati, John membuka resleting rokku dan melepaskan pakaian dalamku, lalu meletakkannya rapi di samping."Mulai besok, pakaian dalammu juga harus berwarna cerah." "Baik, Dokter John."Dia lalu bertanya, "Apa ini dicukur sendiri?"Aku menggeleng, "Bukan, memang dari lahir sudah seperti ini.""Sangat indah."Entah kenapa, aku menyadari napasnya menjadi agak berat, bahkan kehangatan dari tangannya terasa semakin nyata."Dokter John..." aku memanggil dengan suara bergetar."Jangan takut, ini cuma pemeriksaan biasa, buka kakimu..." S
Magbasa pa
Bab 3
“Tok tok tok.”Tiba-tiba, suara ketukan pintu terdengar dengan tajam. Suara itu seketika menarik pikiranku kembali ke jalur yang benar. Seluruh tubuhku bergetar hebat, telingaku berdengung.John juga terlihat panik, dia tiba-tiba melepaskanku. Reaksinya menunjukkan dengan jelas apa yang baru saja terjadi. Kesadaranku langsung kembali, dan alarm kewaspadaanku menyala.John cepat tanggap, lebih dulu menutup bibirku, mencegahku mengeluarkan suara. Dengan suara rendah, dia bertanya, "Kau nggak datang sendirian, kan?"Aku tak bisa berteriak, hanya bisa mengeluarkan suara lirih terbata-bata, seperti seseorang yang menemukan harapan hidup.“Aku… pacarku… ikut datang bersamaku!”Mendengar itu, pupil mata John mengecil, tampak kaget, lalu ia segera melepaskan ikatan di tanganku dan mengancam dengan dingin.“Apa yang baru saja terjadi, nggak boleh kau ceritakan pada siapa pun, sepatah kata pun nggak boleh!”John di hadapanku sekarang benar-benar seperti berubah menjadi orang lain. Seluruh tubuhn
Magbasa pa
Bab 4
Tapi entah kenapa, aku merasa seluruh tubuhku lemas, seperti terbaring di atas kapas, tak ada tenaga sama sekali. Karena kelelahan yang melanda, aku pun tertidur begitu saja.Dalam sekejap, Juan sudah kembali ke rumah, membangunkanku dari tidur.Tidurku memang sangat nyenyak, tapi anehnya setelah bangun, aku malah merasa semakin lelah, bukannya segar seperti seharusnya.Dia memelukku, kepalanya menyandar di leherku.“Sss...”Entah dia menekan bagian mana, tapi aku mengerang pelan karena rasa sakit.Juan langsung menyadari ada yang tidak beres.“Kenapa? Kau sakit di mana?”Aku menggeleng tanpa tahu harus berkata apa. Juan menyalakan lampu di samping tempat tidur, dan memeriksa tubuhku dengan teliti. Saat itulah aku baru sadar, ada memar di pahaku!“Ini kenapa bisa ada luka begini?”“Kau terbentur di mana? Atau...”Ucapannya menggantung di udara, dan saat dia mulai mengingat-ingat semua kejanggalan hari ini, ia menepuk bahuku, bertanya serius.“Ngomong-ngomong, kau belum cerita, sebenarn
Magbasa pa
Bab 5
Lingkaran gelap di bawah matanya dan janggut tipis yang mulai tumbuh di dagunya membuat Juan terlihat sangat kelelahan. Perasaanku campur aduk, aku mengangkat tangan, menyentuh lembut pipinya.Juan terbangun oleh gerakanku. Matanya langsung terbuka lebar, dan ia menggenggam tanganku erat-erat, bertanya penuh perhatian.“Kau sudah bangun? Gimana rasanya sekarang?”Aku menggeleng pelan, lalu memaksakan senyum menenangkan. Setelah membersihkan suara serak di tenggorokan, aku bertanya, “Aku nggak apa-apa… tapi, apa yang sebenarnya terjadi kemarin?”“Kau pingsan. Di rumah sakit, mereka ambil darah dan hasilnya menunjukkan ada zat yang bisa bikin orang pingsan, sepertinya kau dikasih obat.”Mendengar itu, aku langsung mengepalkan tangan, mencoba mengingat setiap detail dalam beberapa hari terakhir.Selain ke rumah sakit swasta itu, tidak ada kejadian mencurigakan.Tiba-tiba, pikiranku tersentak, aku sempat minum kopi instan di ruang Dokter John, kan?Jangan-jangan... kopi itu yang dicampur o
Magbasa pa
Bab 6
Mata Juan memancarkan api amarah yang tak bisa dipadamkan. Meski enggan menyerah begitu saja, dia juga sadar tak bisa berbuat banyak tanpa bukti.“Tunggu saja, kau!”Kata-kata itu keluar dari sela-sela giginya yang terkatup rapat, penuh amarah.Dia menggenggam tanganku dan membawa aku pergi dari rumah sakit.Kunjungan kami tadi memang terlalu terburu-buru, tanpa persiapan yang matang, dan akhirnya kalah telak.Namun Juan tidak berniat menyerah.Dia sengaja mengambil cuti beberapa hari dari kantor, mulai mengumpulkan bukti dari internet, mewawancarai rekan kerja di rumah sakit, bahkan menunggu pasien-pasien John untuk mencari tahu reputasi dan karakter asli si dokter itu.Namun John terlalu pandai berpura-pura.Setiap orang di sekitarnya hanya bisa memuji-muji, tak ada satu pun celah yang bisa digali.Melihat Juan yang mulai jarang makan dan minum, matanya merah karena begadang mencari informasi, aku benar-benar merasa sakit hati.Dengan lembut, aku mencoba membujuknya.“Gimana kalau… k
Magbasa pa
Bab 7
Aku bisa merasakan dengan sangat dalam posisi dia saat ini, seolah-olah ikut merasakan ketakutan dan kehancurannya. Dan di saat yang sama, aku sadar, inilah waktunya membalas dendam pada John.Melalui akun media sosial yang berhasil diungkap oleh para netizen, aku mengirimkan pesan pribadi padanya.“Halo, bisakah kita bertemu? Aku bisa membantumu membongkar siapa sebenarnya John, dan membersihkan namamu!”Aku tahu, dalam ribuan pesan yang membanjiri kotaknya, pesanku tak ubahnya seperti jarum dalam tumpukan jerami. Maka aku kirimkan berkali-kali, berharap satu saja bisa menarik perhatiannya.Akhirnya, di hari ketiga sejak video itu viral, aku menerima balasannya.“Pukul lima sore, aku tunggu di Kafe Grande.”Dia bersedia mempercayaiku, dan hanya dengan bersedia bertemu, itu sudah merupakan langkah awal yang besar.Perasaan senang sulit disembunyikan. Aku datang tepat waktu sesuai janji.Cahaya senja mewarnai langit, matahari perlahan tenggelam di cakrawala. Aku melangkah menuju kafe sa
Magbasa pa
Bab 8
Menghadap ke kamera, aku dan Nanda mengungkapkan satu per satu kebusukan John, mengisahkannya dengan penuh emosi hingga aku sendiri tak bisa menahan air mata."Kami berharap pengalaman pahit kami ini bisa menjadi peringatan bagi lebih banyak gadis tak bersalah, agar terhindar dari kejahatan orang-orang seperti dia!"Dalam perang tanpa asap mesiu ini, akhirnya aku menemukan rekan seperjuangan yang bisa bertarung bersamaku.Kebenaran suatu hari nanti pasti akan terungkap. Saat awan kelam menghilang, para penjahat tak akan bisa lagi bersembunyi.Begitu video itu diunggah, ia langsung menimbulkan gelombang besar di internet, memicu kehebohan yang luar biasa, dan terus mendulang perhatian.Awalnya, belum ada gadis yang berani berdiri dan menanggapi kami. Namun, seiring semakin meluasnya kasus ini, mereka akhirnya berani maju.Satu per satu pesan pribadi dan video bermunculan, semuanya menuntut keadilan dan mengungkap kejahatan John yang bersembunyi di balik nama baik dunia medis.Semakin ba
Magbasa pa
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status