Home / Romansa / Jebakan Cinta Sang Pewaris / Chapter 043 [IDENTITAS]

Share

Chapter 043 [IDENTITAS]

last update Huling Na-update: 2024-12-19 10:25:08

"Ingat, Val. Ini hanya permainan!" batin Valerie.

Mencoba meyakinkan dirinya sendiri saat langkahnya bergandengan dengan Aldrich menuju tengah ballroom.

Dia tersenyum tipis pada para tamu yang menatap mereka dengan rasa ingin tahu, tetapi hatinya terus mengingatkan bahwa semua ini hanyalah sandiwara.

Namun, suasana berubah ketika Bella, masih dengan gaun merah menyala yang mencolok, mendekati mereka lagi. Kali ini, wajahnya dipenuhi rasa tidak suka yang tak tersamarkan.

“Valerie,” katanya dengan nada manis palsu.

“Aku heran, apa yang Aldrich lihat darimu? Maksudku, kau hanya seorang sekretaris rendahan, kan?”

Valerie menghela napas panjang, berusaha tetap tenang. Dia tahu Bella sengaja memancing keributan. Sebelum dia sempat membalas, Aldrich berbicara lebih dulu, suaranya tajam namun tetap tenang.

“Bella, berhenti mempermalukan dirimu sendiri.”

Bella terkekeh kecil, tidak menggubris peringatan Aldrich. Dia justru mendekat ke Valerie, menatapnya dari ujung kepala hingga kaki dengan
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Wi2t(MACAN)
Bastian km tak salah memilih calon menantu, bnr2 perfect
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 044 [DANSA]

    Valerie mendelik ke arah ayahnya. “Ayah, sudah kubilang ini hanya sementara. Aku belum sepenuhnya setuju dengan—”“Aldrich adalah pilihan yang sempurna, Valerie,” potong Bastian dengan nada penuh keyakinan. “Dia pria yang cerdas, sukses, dan berasal dari keluarga terhormat. Aku tidak akan membiarkanmu melepaskan kesempatan emas ini.”Aldrich, meski terbiasa dengan situasi seperti ini, tetap menjaga sikapnya. “Tuan Bastian, saya sangat menghormati keputusan Anda. Tapi, tentu saja, kebahagiaan Valerie adalah prioritas utama saya.”Bastian tertawa kecil. “Itulah yang membuatku yakin padamu, Aldrich. Kau tahu bagaimana memperlakukan seorang wanita, terutama putriku. Jangan biarkan dia terlalu keras kepala.”Valerie menghela napas panjang, mencoba menahan ketidaksukaannya terhadap campur tangan ayahnya. Namun, dia tahu ini bukan waktu atau tempat untuk memperdebatkannya. “Ayah, aku bisa memutuskan sendiri. Aldrich tahu itu.”Bastian menatap Valerie sejenak, lalu tersenyum tipis. “Kau ter

    Huling Na-update : 2024-12-19
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 045 [MEMEGANG KENDALI]

    Setelah pulang dari pesta, Aldrich membawa Valerie kembali ke mansion nya. Kali ini, suasana di antara mereka terasa lebih santai, jauh dari kecanggungan seperti sebelumnya.Valerie melangkah ke dalam kamar utama Aldrich yang mewah, dengan dekorasi modern dan warna-warna netral yang menciptakan suasana nyaman.“Kau ingin membersihkan diri terlebih dahulu?” tanya Aldrich santai sembari membuka kancing kemejanya satu per satu.Valerie menggeleng, lalu melepaskan sepatu hak tingginya sebelum menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang besar berlapis seprai sutra putih. Dia memiringkan tubuhnya, menopang kepala dengan tangan, matanya tertuju pada Aldrich yang kini berdiri hanya beberapa langkah darinya.Aldrich melemparkan kemejanya sembarangan ke kursi di sudut ruangan, memperlihatkan tubuh atletisnya dengan otot-otot yang terdefinisi sempurna. Cahaya lampu di kamar itu mempertegas lekukan tubuhnya, membuat Valerie tanpa sadar mengamati lebih lama dari yang seharusnya.“Menikmati pemandangan

    Huling Na-update : 2024-12-19
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 046 [DESAHAN YANG BERSAUTAN]

    "Ahh...."Valerie menutup mulutnya dengan tangan, mencoba meredam desahannya. Wajahnya bersemu merah, seolah panas dari tubuh Aldrich telah menjalar ke seluruh tubuhnya. Sebelah tangannya yang lain meremas selimut, mencengkeramnya dengan kuat, sementara kain itu sudah kusut tak beraturan.Aldrich menundukkan tubuhnya, wajahnya tenggelam di lekukan leher Valerie. Napasnya terasa berat, dan bibirnya menyentuh kulit Valerie dengan lembut namun penuh intensitas. Dia menyesap aroma lembut Valerie, campuran parfum dan esensi alami wanita itu yang membuat pikirannya kacau. Rasanya candu, sebuah ketergantungan yang tak bisa dia jelaskan.“Katakan kau juga menginginkanku, babe,” bisik Aldrich dengan suara serak, hampir seperti perintah, tapi lebih seperti permohonan yang tidak bisa dia tahan lagi.Valerie membuka matanya perlahan, napasnya tersengal. Dia menggigit bibir bawahnya, enggan memberikan jawaban. Dia tahu Aldrich memegang kendali, namun sikapnya yang santai membuat Valerie merasa

    Huling Na-update : 2024-12-19
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 047 [MASAKAN PERTAMA]

    Pagi itu, Valerie terbangun lebih dulu. Tubuhnya terasa kaku dan nyeri di setiap sendi, mengingat malam yang panjang. Dia melirik wajah Aldrich yang tertidur dengan tenang, seolah tidak pernah menyiksa dirinya beberapa jam sebelumnya. Matanya lalu berpindah pada jam dinding yang menunjukkan pukul 05.30. Itu artinya dia hanya tidur dua jam."Tenaganya benar-benar tidak masuk akal," keluh Valerie sambil menggelengkan kepala.Perlahan, dia memungut pakaian yang berserakan di lantai dan melangkah menuju kamar mandi. Begitu membuka pintu, aroma khas kayu cedar dan mint menyambutnya. Kamar mandinya luas dan modern, dengan dinding marmer hitam yang memantulkan cahaya lembut dari lampu gantung kecil. Shower berbentuk persegi besar menggantung di langit-langit, mengalirkan air seperti hujan deras yang menyegarkan. Valerie memutar keran dan membiarkan air hangat mengalir deras di atas kepalanya, meluruhkan lelah dan sisa malam tadi. Uap mulai memenuhi ruangan, membungkusnya dalam kehangatan

    Huling Na-update : 2024-12-19
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 048 [RENCANA HARI INI?]

    “Ayo, cicipi,” kata Valerie sambil meletakkan piring berisi pasta di depan Aldrich. Ia menarik kursi di hadapan pria itu dan duduk dengan tenang, sambil memperhatikan reaksi Aldrich dengan penuh antisipasi.Aldrich menghirup aroma pasta yang mengepul hangat, senyum kagum terpancar dari wajahnya. “Aromanya wangi sekali. Ini sudah seperti masakan bintang lima,” pujinya dengan nada tulus.Valerie menyibak rambutnya ke belakang, menyembunyikan rasa bangga yang jelas terpancar dari wajahnya. “Tentu saja,” jawabnya santai.Aldrich mengambil garpu dan pisau, namun sebelum mencicipi, ia menatap Valerie sambil tersenyum penuh arti. “Alangkah baiknya jika kita tinggal serumah,” katanya setengah bercanda, nada suaranya terdengar ringan tapi menggoda.Valerie memutar bola matanya, kebiasaannya yang makin sering muncul jika berbicara dengan Aldrich. “Dan Ayah serta Daddy-mu akan senang sekali,” komentarnya, sarkasme di suaranya jelas terasa.Aldrich terbahak, lalu mulai mencicipi pasta buatan

    Huling Na-update : 2024-12-19
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 049 [TERASA CANGGUNG]

    Setelah sarapan, Valerie kembali ke kamar untuk bersiap. Kali ini, dia memilih setelan kerja sederhana—blus putih dengan detail kerah rapi dan rok pensil hitam selutut. Rambutnya yang biasanya tergerai diikat kuda dengan rapi, membuatnya terlihat profesional sekaligus anggun. Sepatu hak tinggi hitam melengkapi penampilannya.Saat Valerie keluar dari ruang pakaian, Aldrich yang sedang membaca berkas di ruang tamu menoleh dan tersenyum puas.“Kau terlihat seperti pegawai teladan,” komentarnya santai sambil menyandarkan punggung ke sofa.“Dan kau terlihat seperti bos yang terlalu banyak aturan,” balas Valerie tanpa melihat ke arah Aldrich, berjalan menuju cermin untuk memeriksa tampilannya sekali lagi.Aldrich meletakkan berkasnya di meja dan berdiri, menghampiri Valerie. “Sayang sekali, aku memang bosmu. Dan aku memastikan setiap pegawai harus terlihat sempurna, terutama kau.”Valerie mendengus kecil sambil memutar bola matanya. “Aku bisa sempurna tanpa komentar sarkastikmu, Aldrich.”

    Huling Na-update : 2024-12-20
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 050 [TIDAK SAAT HANYA ADA KITA]

    “Astaga, kenapa sulit sekali untuk fokus!”Valerie mengetik dengan ritme cepat, mencoba mengalihkan perhatiannya dari semua hal yang berbau Aldrich. Tetapi, fakta bahwa ia masih bisa mencium aroma khas pria itu pada dirinya membuatnya hampir kehilangan konsentrasi. “Kenapa dia selalu membuat segalanya lebih rumit?”Ia menghela napas, melirik jam di laptopnya. Presentasi rapat pagi ini sudah hampir selesai disiapkan, namun pikirannya tetap terganggu. “Dia bosmu, Valerie. Fokus. Jangan sampai ada yang salah hari ini.”Ketukan di pintu membuyarkan lamunannya. “Masuk,” katanya tanpa menoleh.Pintu terbuka, dan suara langkah yang sudah terlalu familiar membuat tubuhnya sedikit menegang. Aldrich masuk dengan percaya diri, membawa cangkir kopi di tangannya. Tatapan Valerie langsung terangkat, bertemu dengan senyum kecil pria itu yang entah kenapa selalu terasa berbahaya.“Aku hanya ingin memastikan kau sudah siap,” katanya ringan.Valerie mengangkat satu alis. “Aku selalu siap, Tuan Aldri

    Huling Na-update : 2024-12-21
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 051 [30 MENIT ATAU SEUMUR HIDUP]

    Valerie menepuk-nepuk pipinya pelan, mencoba menenangkan diri setelah kejadian barusan. “Dia benar-benar tidak punya malu!” pikirnya sambil menghela napas panjang. Ia segera melangkah cepat menuju ruang kerjanya, berusaha menghindari tatapan siapa pun yang mungkin curiga.Sesampainya di ruang kerja, Valerie menutup pintu rapat-rapat dan menyandarkan punggungnya ke pintu. Jantungnya masih berdetak cepat. Ia menunduk, menatap ujung sepatunya, sambil berusaha memahami perasaannya sendiri.“Kenapa aku harus terjebak dengan pria seperti itu?” gumamnya pelan, mengacak rambutnya dengan frustrasi. Namun, bayangan wajah Aldrich dan cara dia memandangnya tadi terus muncul di benaknya. Valerie menggelengkan kepala keras-keras. “Fokus, Valerie. Jangan biarkan dia mengendalikanmu!”Ia kembali duduk di mejanya, mencoba melanjutkan pekerjaannya. Namun, pikirannya terus melayang pada Aldrich. Bagaimana pria itu dengan mudah menggoda, membuat dirinya terpojok, tapi tetap merasa aman dalam pelukann

    Huling Na-update : 2024-12-22

Pinakabagong kabanata

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 217

    Aldrich tak sabar ingin segera mengabari Valerie. Dalam perjalanan pulang, setelah membuka kaca jendela, membiarkan angin dingin masuk, ia menatap buah kecil yang ditaruhnya di tisu di kursi depan. Lalu dengan sebelah tangan mengetikkan pesan untuk Valerie. Aldrich :Aku berhasil mendapatkannya.Valerie :Hah? Kamu beneran dapat?!!!Aldrich :Langsung dari pohonnya. Satu biji. Tapi ini… buat kamu dan si kecil.Valerie :Aku nangis.Aldrich :Jangan. Nanti buahnya asin.Valerie terkekeh sambil memeluk guling. Pipinya memanas. Ada geli yang menjalari perut, tapi juga sesak hangat yang menyeruak dari dalam dada. Matanya berkaca-kaca, tak jelas apakah itu karena tertawa atau karena haru.Setelah menggelapkan layar ponselnya dan menaruh ke meja kecil disamping tempat tidur, perlahan, ia pun menghempaskan tubuhnya ke ranjang, tenggelam dalam lembutnya selimut dan bantal-bantal empuk. Kepalanya menengadah ke langit-langit kamar.Senyum tipis terukir di wajahnya.Tangannya terangkat, menepu

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 216

    Aldrich menatap mall di depannya sekilas, sebelum masuk ke dalamnya. Beberapa mata langsung tertuju pada Aldrich, bahkan, secara terang-terangan menatap lapar ke arah pria itu. Aldrich tidak peduli, dia acuh. Kaki panjangnya langsung melangkah mantap memasuki supermarket di dalam mall tersebut. Bergegas menuju bagian buah impor dan lokal.“Maaf, Mas,” ucap Aldrich mencegat petugas yang baru saja meletakkan keranjang buah di sisi pojok. Petugas itu menoleh dan tersenyum sopan. “Iya, Mas? Ada yang bisa saya bantu?” tanyanya. Aldrich mengangguk, lalu menatap cepat ke sekeliling. “Saya mau nyari buah mundu atau jawura. Di bagian mana ya?” “Mundu? Jawura?” petugas itu mengulangi pertanyaan Aldrich seolah itu mantra asing. “Mohon maaf, kami nggak ada stok itu.”Aldrich mengelus rambutnya, frustrasi. “Oh ya? Terima kasih, Mas.”“Sama-sama, mas. Mari, permisi.”Menghela nafas panjang, Aldrich keluar dari mall, berdiri di bawah lampu jalan yang mulai redup, menatap layar ponsel.Pukul 20.0

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 215

    Valerie tertawa. “Astaga… aku ingat sedikit. Ayah sempat nangis juga, ya?”“Iya, sambil bilang, ‘Anakku sudah bisa kabur dari rumah!’” ujar Bunda menirukan suara Bastian dengan gaya dramatis, dan mereka berdua meledak dalam tawa.Halaman demi halaman Valerie buka, menemukan momen-momen kecil yang dulu hanya kabur dalam ingatan: waktu ia nyasar di taman belakang dan ditemukan tidur di bawah pohon mangga, saat menangis karena balon ulang tahunnya meletus, atau saat mencoret-coret dinding dengan krayon lalu menyalahkan “kucing tetangga.”“Aku… beneran dulu segemas ini ya Bun?” Valerie mencubit pipinya sendiri.“Gemes banget, sampai bikin Bunda takut kamu cepat besar dan ninggalin Bunda,” ucap Bunda sambil mengelus rambut Valerie.Valerie diam sejenak, menatap satu foto lama. Itu adalah fotonya dan Jennifer, masih berseragam sekolah, tersenyum sambil memegang bunga matahari yang mereka tanam bersama.Wajah Valerie perlahan berubah. Tangannya menyentuh foto itu sejenak, lalu cepat-cepat me

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 214

    Tok. Tok.Ketukan lembut terdengar di pintu kamar Valerie. Suaranya disusul suara lembut yang tak pernah gagal membuat Valerie merasa seperti anak kecil lagi.“Sayang, Bunda boleh masuk?”Valerie yang sejak tadi hanya duduk di tepi ranjang, memeluk bantal sambil memandangi jendela, menunggu pesan dari Aldrich, menoleh pelan. Ia mengangguk meski tahu sang bunda tak bisa melihatnya.Pintu terbuka perlahan. Wanita elegan dengan balutan blouse biru pastel itu melangkah masuk, menenteng secangkir susu hangat. Senyum hangatnya muncul lebih dulu, sebelum ia duduk di sisi tempat tidur Valerie.“Apa kamu merasa nyaman?” tanya Bunda, mengusap pelan tangan Valerie.Valerie mengangguk kecil. “Nyaman, Bun. Lebih dari nyaman.”Tapi bundanya tahu, di balik senyuman itu, ada hal-hal yang masih mengganjal di hati putrinya.Sambil menyerahkan cangkir susu, Bunda menarik napas panjang. “Kamu tahu, waktu Bunda hamil kamu dulu, Bunda juga sering menangis diam-diam.”Valerie menoleh cepat, kaget.“Bunda?”

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 213

    Ruang interogasi siang itu tak terlalu ramai. Hanya ada dua penyidik, satu pengacara pendamping dari pihak kepolisian, dan Aldrich yang duduk dengan ekspresi tegas di sisi kanan meja.Jennifer duduk di seberang, tangannya terikat borgol, tapi senyumnya masih setengah mengejek seperti biasa. Rambutnya diikat asal, dan tatapannya tajam menusuk ke arah Aldrich.“Jadi,” ujar penyidik, membuka catatan. “Kita ingin memastikan, benar bahwa semua rencana penjebakan, pengawasan, penyebaran video tak senonoh itu berasal dari Anda?”Jennifer menyandarkan tubuh ke sandaran kursi, menarik napas panjang, lalu melirik Aldrich sejenak. Bibirnya terangkat dalam senyum malas.“Ya,” katanya enteng. “Itu semua ideku.”Ruangan mendadak sunyi.Aldrich hanya memiringkan kepala sedikit, menatapnya lebih dalam. “Kenapa, Jennifer?”Jennifer mendecakkan lidah pelan. “Kenapa? Serius nanya begitu?”Ia mengangkat alis, lalu melipat tangan di atas meja. “Kau tahu, dulunya aku dan Valerie itu sahabat. Bestie, begitu

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 212

    “Karena… kamu sangat cantik pagi ini. Dan aku butuh waktu untuk menikmati itu tanpa disela siapa pun,” jawabnya jujur, dengan suara rendah dan dalam.Valerie tertawa kecil, menunduk menahan senyum. “Gombal!”“Tidak.” Aldrich melangkah mendekat. “Kamu makin bersinar sejak hamil. Kulitmu, matamu, senyummu… aku bahkan tidak yakin bisa berkonsentrasi bekerja hari ini.”Valerie menegakkan dagunya, pura-pura berani. “Berarti salahku kamu jadi malas kerja?”“Tentu.” Aldrich menatap mata Valerie begitu dekat sekarang. “Dan karena itu…”Tiba-tiba, ia mencondongkan tubuhnya cepat dan mencuri satu kecupan ringan di bibir Valerie, hanya sekelebat, nyaris tak tersentuh angin.Valerie terkejut. “Aldrich!”Tapi sebelum ia bisa berkata apa-apa lagi, Aldrich sudah menjauh setengah langkah dengan senyum tak berdosa. “Apa? Aku hanya mengambil hakku sebagai tunangan.”“Kalau dilihat Bunda, aku bisa dikunci di kamar sebulan!” Valerie menepuk dada Aldrich dengan gemas, tapi rona merah sudah merayap sampai

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 211

    Suara bel utama mansion menggema lembut ke seluruh penjuru rumah, membuyarkan tawa keluarga kecil itu di ruang makan.Salah satu maid segera berjalan cepat menuju pintu depan. Tak lama, ia kembali sambil tersenyum, membungkuk sedikit kepada Valerie.“Maaf, Nona Valerie… ada tamu. Tuan Aldrich sudah tiba.”Wajah Valerie seketika berubah. Matanya membulat kecil. “Ha? Aldrich?”Sebelum ia bisa berdiri dari kursinya, langkah-langkah mantap terdengar mendekat. Di ambang ruang makan yang luas dan berlapis marmer itu, Aldrich muncul, membawa sebuket bunga peony berwarna putih kekuningan yang indah, dengan satu kantong kertas berisi botol minuman herbal yang tampaknya dikemas dengan cantik.“Pagi semuanya.” Suaranya rendah dan tenang, tapi senyumnya penuh kelembutan, terarah hanya pada satu orang—Valerie.Valerie yang semula bersandar santai kini duduk lebih tegak. Wajahnya langsung merona. Tangannya refleks menyentuh pipinya yang terasa hangat, lalu menatap Aldrich dengan cemberut malu-malu

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 210

    Begitu ia menginjak lantai marmer utama, aroma masakan segar langsung menyergap lebih kuat. Valerie menuju ruang makan, dan saat pintu geser dibuka oleh seorang pelayan lain, matanya langsung dimanjakan oleh pemandangan yang menggugah selera.Ruang makan itu luas, dengan langit-langit tinggi dan lampu kristal utama bergaya baroque menggantung anggun di tengah ruangan. Meja makan panjang dari kayu walnut mengkilat ditata sempurna dengan taplak putih bersih dan peralatan makan perak. Di tengah meja, berjejer aneka masakan yang menggoda. Omelette keju, salmon panggang, salad buah segar, aneka roti dan croissant hangat, potongan alpukat dan telur rebus, bubur ayam kampung, serta teh melati dan kopi hitam yang masih mengepul.Di ujung meja, sang ayah, Bastian, sudah duduk santai dengan koran pagi terbuka di depan wajahnya, namun begitu Valerie masuk, ia menurunkannya dan langsung tersenyum lebar.“Lihat siapa yang akhirnya bangun!” serunya sambil berdiri. “Nak, daddymu curiga, bundamu s

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 209

    Cahaya matahari pagi menyelinap masuk lewat celah tirai kamar Valerie, menyapu lembut wajahnya yang tenang dan sedikit mengantuk. Kulitnya tampak lebih bercahaya dari biasanya, dengan pipi yang merona alami, sebuah pesona baru yang muncul sejak ia mengandung. Rambutnya yang sedikit berantakan justru membingkai wajah ovalnya dengan manis, membuatnya terlihat semakin menawan meski baru saja terbangun.Ia mengenakan daster satin berwarna lembut—biru muda dengan renda tipis di bagian lengan dan kerah. Bahannya yang jatuh mengikuti lekuk tubuh membuatnya tampak anggun meski dalam kesederhanaan. Valerie menggeliat pelan di atas ranjang, lalu meraih ponsel yang tergeletak di atas nakas.Senyuman tipis langsung mengembang di wajahnya begitu layar menyala, ada notifikasi dari Aldrich.Aldrich [07.02 AM]:Pagi, sayang. Sudah bangun?Valerie mengetik dengan cepat, senyumnya makin lebar.Valerie [07.03 AM]:Sudah. Tapi belum mandi. Masih mager di kasur.Kenapa tidak bangunkan aku langsung saja?

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status