Share

24. Orang di Masa Lalu

“Mentari.” Panggilan pelan yang tertangkap telinga Mentari membuat Mentari mengangkat wajah.

Seorang pria baya bertubuh tinggi dan sedikit berisi dalam balutan jas abu-abu tersenyum hangat kepadanya. Rambut putih kecokelatannya tampak berkilat tertimpa sinar lampu yang gemerlap. Meskipun tanpa senyuman, tetapi kesejukan dan ketulusan terlukis di wajahnya.

“I-iya.” Mentari menjawab dengan ragu-ragu sambil memberanikan diri memandang wajah pria tersebut.

“Kenalkan, aku Barry. Barry Haryanto. Aku teman ibumu.” Pria itu mengulurkan tangannya.

Mentari mengernyitkan dahi. Skeptisisme tiba-tiba berkembang di benaknya. Ia pikir teman mamanya tidak akan berpenampilan se-fashionable para pria classy. Mengingat semasa hidup, mamanya jarang bergaul dengan orang lain terutama pria. Namun, akhirnya Mentari menyambut uluran tangan Barry dan berjabat tangan.

“Mentari Sekar Ayu,” ucap Mentari.

“Boleh aku duduk?” Pandangan pria itu kemudian ditujukan pada kursi kosong di samping kursi Mentari.

“Silak
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status