Saat ini Max mengenakan kemeja biru muda kotak-kotak dipadukan dengan sweater tanpa lengan berwarna coklat. Pria itu mengenakan pakaiannya terlalu rapi bahkan dia mengancingkan kancing paling atas. Rambut bagian depan Max biasanya dibuat berdiri menggunakan gel rambut. Tapi saat ini pria itu membiarkan rambutnya turun menutupi dahinya. Tidak hanya itu Max juga mengenakan kacamata berbentuk kotak yang besar. Terlihat begitu culun namun tidak menghilangkan ketampanan pria itu.“Dia tidak terlihat seperti Max. Juga tidak terlihat seperti si preman Rey. Dan jauh berbeda dengan Troy si playboy. Jadi bisakah kamu memberitahuku siapa dia, Mr. Caspari?” tanya Orlena yang berdiri di samping Altherr.Tanpa mengalihkan pandangannya dari Max, Altherr pun menjawabnya. “Dia adalah kepribadian kelima dari Max. Namanya adalah Kurt.”“Kurt?” Orlena mengulang nama yang disebutkan oleh sekretarisnya Max.Altherr menganggukkan kepalanya. “Benar, Miss Orly. Artinya kamu sudah melihat semua kepribadian dar
“Stalemating adalah menciptakan jalan buntu adalah saat Raja tidak dalam sekak, tetapi tidak dapat bergerak tanpa terjebak dalam sekakmat. Dan hal itu hanya diketahui oleh pemain yang mahir dalam bidang catur saja. Bagaimana bisa kamu melakukannya?” Kurt tampak terkejut karena dirinya dikalahkan oleh wanita yang sebelumnya diremehkan olehnya.Orlena menyunggingkan senyuman penuh kemenangan. Dia mencondongkan tubuhnya. Meletakkan satu tangan di meja, kemudian dia meletakkan dagu di atas telapak tangannya.“Keasalahan terbesarmu adalah meremehkanku hanya karena aku seorang wanita, Kurt. Kamu masih memiliki pemikiran kuno di mana wanita tidak bisa melakukan apapun yang dilakukan oleh para pria dengan benar. Sayangnya aku harus membuatmu menelan pemikiran itu. Aku sudah sering bermain catur. Aku bahkan mempelajarinya sejak bertahun-tahun yang lalu.”Untuk menjadi primadona dalam dunia kupu-kupu malam tidak hanya menggunakan tubuh indah dan wajah cantik saja, tapi Orlena juga membutuhkan k
“NONA CANTIK!!!”Seketika panggilan itu membuat Orlena bersorak senang. Pasalnya hanya satu kepribadian Max yang memanggilnya dengan panggilan ‘Nona cantik’, yaitu Troy. Artinya Orlena memenangkan taruhannya bersama Altherr. Dia menoleh ke arah sekretaris Max. Pria itu menghela nafas berat karena kalah taruhan. Orlena mencondongkan tubuhnya ke arah Altherr. “Aku menang, Mr. Caspari. Kamu harus mentraktirku.”Altherr menganggukkan kepalanya dengan bahu terkulai lemas. “Aku tahu, Miss Orly. Aku harap kamu tidak akan menguras kantongku.”Orlena terkekeh mendengarnya. “Tenang saja, aku masih tahu batasannya. Meskipun aku tidak akan meminta traktiran murahan. Aku akan memikirkan tempatnya. Setelah kamu mengantar Max pergi, aku akan mengirimkan nama dan alamat restoran yang aku inginkan.”“Mengantar Max? Aku tidak bisa mengantar Max dalam kondisi seperti ini. Meskipun Troy tidak membawa masalah seperti Rey dan Jean, tapi tetap saja dengan tingkah playboy-nya, dia bisa membuat masalah bagi
"MAX!!! BANGUN, MAX!!!"Samar-samar Max mendengar suara wanita yang memanggilnya. Dia ingin sekali membuka matanya. Tapi terasa sangat berat. Sehingga dia mengalami kesulitan. Suara siapa? Tapi sepertinya aku mengenal suara itu. Tapi siapa? tanya Max dalam hatinya. "Bocah sialan, kamu tidak akan bisa kabur dariku."Tubuh Max menegang mendengar suara pria yang begitu dalam. Suara itu begitu tegas dan menyimpan kengerian yang membuat tubuh Max menggigil ketakutan. Pria itu menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia menggunakan kedua tangannya untuk menutupi telinga. Berharap dia tidak mendengar suara itu lagi. "Jangan lakukan itu! Hentikan, aku mohon!" Max merintih sembari meneteskan air matanya. Orlena yang duduk di atas ranjang tepat di samping Max menatap pria itu kebingungan. Wanita itu dengan tidak malu memamerkan tubuhnya telanjang tanpa menggunakan selimut untuk menutupi tubuh indahnya. Wanita itu baru saja bercinta dengan Max, lebih tepatnya bercinta dengan Troy. Tatapan wanita it
Altherr menghentikan mobil sedan hitam yang dikendarainya tepat di depan sebuah hotel mewah. Pria itu menoleh ke belakang di mana Max sudah tampil menawan mengenakan tuxedo hitam lengkap dengan dasi kupu-kupu yang melingkar di lehernya.“Beruntung kamu tidak terlambat, Max. Acara akan dimulai beberapa menit lagi. Aku yakin istri dan ayah mertuamu sudah berada di dalam. Aku sudah meminta mereka untuk berangkat lebih dahulu.” Jelas Asltherr.Pandangan Max yang semula tertuju di jendela langsung berbalik menoleh ke arah sekretarisnya. “Terima kasih sudah membantuku, Altherr.”“Sebenarnya aku tidak banyak membantu, Max. Miss Orly yang melakukannya. Dia membuat Kurt dan Troy tertidur dengan mudahnya.”Max teringat saat dia membuka matanya, orang pertama yang dilihatnya adalah Orlena. Dia juga sudah mendengar ucapan Orlena mengenai cara yang diberitahukan oleh Troy untuk bisa membangunkannya.“Pesta akan berakhir jam sepuluh malam. Tapi jika kamu ingin pulang lebih awal, kamu bisa menghubun
Orlena sudah berdiri di salah satu kamar VIP. Dia ingat benar kamar itu dulu pernah digunakan Rey untuk menunggunya. Feyrin tidak memberitahu Orlena siapa yang mencarinya. Dia mengatakan jika Orlena akan mengetahuinya sendiri. Sehingga Orlena menjadi penasaran dengan orang yang mencarinya.Wanita itu mengulurkan tangannya untuk meraih gagang pintu lalu membukanya. Saat itulah wanita itu melotot kaget melihat seseorang yang dikenalnya tengah duduk di atas sofa menantikan dirinya.“Daddy Bruno?” seru Orlena menghampiri pria yang saat ini mengenakan setelan hitam.Melihat kedatangan Orlena, Bruno Jannings langsung berdiri dan memeluk wanita itu. Kemudian pria itu melepaskan pelukannya dan mengajak Orlena duduk di sampingnya.“Aku benar-benar sedih saat mendengar seseorang sudah menyewamu selama sebulan. Sehingga aku tidak bisa menghabiskan waktu denganmu.” Sedih Bruno menyentuh pipi Orlena dengan lembut.Wanita itu menyentuh tangan Bruno yang ada di pipinya. Dia memejamkan matanya merasa
Esmee menatap layar ponselnya dengan gusar. Hatinya terasa tidak nyaman. Bahkan wanita itu sampai menggigiti kuku jari tangannya karena terlalu cemas akan sesuatu. Meskipun banyak orang-orang terkenal memenuhi ruangan pesta itu serta banyak makanan lezat, tapi tidak bisa menyingkirkan rasa cemas dalam hati Esmee.“Apakah kamu baik-baik saja, Esmee?” tanya Kevin yang duduk di samping putrinya.Wanita yang saat ini mengenakan gaun panjang berwarna peach itu memaksakan senyuman di wajahnya. “Aku baik-baik saja, Pa.”“Apakah kamu masih memikirkan suamimu? Padahal sebentar lagi acara dimulai tapi dia belum juga datang.” Kevin mendengus kesal pada menantunya.“Maafkan aku terlambat datang.”Suara itu membuat Esmee dan Kevin menoleh. Mereka bisa melihat Max yang sudah duduk di samping Esmee. Pria itu terlihat menawan dengan tuxedo hitam. Rambutnya disisir rapi ke belakang. Menampilkan aura kewibawaan membuat siapapun yang melihatnya akan terpesona.Esmee menyunggingkan senyuman. Dia mengulur
“Max.”Panggilan itu membuat Max menoleh. Dia terkejut mendapati Esmee berdiri di luar area toilet untuk menunggunya. Seketika tubuh Max membeku mengingat apa yang baru saja dilakukan olehnya di dalam toilet. Dia bertanya-tanya apakah Esmee mendengar pembicaraannya dengan Altherr.Tidak, Max. Kamu harus tenang dan jangan membuat Esmee menjadi curiga padamu. Max meyakinkan dirinya sendiri.“Ada apa, Esmee? Kenapa kamu menyusulku kemari?” tanya Max.Esmee tampak ragu mengatakannya. Tapi rasa gundah dalam hatinya mendorong wanita itu mengatakannya pada suaminya. “Max, aku tahu kamu hanya sebatas suka dan tidak bisa mencintaiku. Dan aku merasa sangat bahagia bisa menikah dengan pria yang sangat kucintai.”Max memicingkan matanya mendengar ucapan Esmee yang bertele-tele. “Sebenarnya apa yang kamu inginkan, Esmee? Apakah pembicaraan ini tidak bisa ditunda besok? Kita masih menghadiri pesta. Bagaimana jika ayahmu kesal karena kita menghilang begitu lama.”Esmee menarik nafas panjang. Seakan