Share

Perlindungan dari sang CEO

Penulis: Simplyree
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-21 11:26:58

“Ada apa ini?!”

Teriakan terdengar dari arah gerbang. Terlihat Evan yang turun dari mobilnya. Ia berjalan mendekati Ivy dan kedua karyawannya. Evan mengerutkan keningnya melihat Ivy sedang memegang pisau sambil mengacungkannya ke arah Hendrik dan Andre.

“Ada apa?” tanya Evan kepada Ivy.

“Aku mau pergi tapi mereka maksa ikut,” jawab Ivy pelan.

Evan diam, ia bergantian menatap Hendrik dan Andre menuntut penjelasan.

“Maaf pak, tapi kami hanya menjalankan tugas untuk menjaga nyonya sampai bapak kembali,” ucap Hendrik sopan.

“Dia benar, saya yang nyuruh mereka buat jaga kamu. Bahaya untuk kamu bepergian sendiri,” jelas Evan dengan lembut.

Ivy memutar bola matanya dengan malas, tidak mengerti dengan semua ini.

“Sini pisaunya,” ujar Evan lembut. Evan mengerti kondisi mental Ivy sedang tidak stabil. Namun Ivy masih tidak memberikan pisau itu.

“Sini pisaunya kasih ke saya,” ujar Evan masih dengan nada lembut.

“Kamu mau pergi kemana? Biar saya anterin,” tanya Evan.

“Cuma mau p
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Jejak Cinta Bersama CEO Di balik Pintu kamar   Hari pertama bulan madu

    Setelah berkendara sekitar lima belas menit, mobil perlahan masuk ke jalan kecil yang sedikit menurun. Tak lama kemudian, mobil berhenti di depan sebuah vila dua lantai yang tampak mewah tapi tetap menyatu dengan alam sekitarnya.Vila itu berdiri menghadap laut dengan desain tropis modern. Bagian depannya didominasi oleh kaca besar yang memantulkan cahaya matahari. Sopir memarkir mobil di bawah carport, lalu segera turun dan membuka pintu belakang. Evan turun lebih dulu, disusul oleh Ivy.Begitu berdiri dan melihat bangunan vila itu secara langsung, Ivy sempat terdiam. Matanya menyapu pelan dari bawah hingga ke lantai atas. Detail eksterior yang rapi, perpaduan warna alami, serta latar belakang laut biru yang luas membuat tempat itu terasa begitu indah.Ia menoleh ke Evan.“Ini... vilanya?” tanyanya pelan setengah tidak percaya."Iya, kamu suka?" tanya Evan sambil tersenyum."Suka, cantik banget," puji Ivy. Evan tersenyum puas melihat reaksi Ivy.Sementara itu, sopir mulai mengangka

  • Jejak Cinta Bersama CEO Di balik Pintu kamar   Memulai perjalanan

    Setelah boarding pass sudah di tangan dan koper mereka diserahkan ke bagasi, Evan dan Ivy langsung menuju lantai atas menuju lounge eksekutif. Proses pemeriksaan keamanan berjalan cepat tanpa antre panjang, karena jalur khusus untuk penumpang first class sudah disediakan.Ketika pengumuman keberangkatan untuk penerbangan ke Labuan Bajo terdengar, Evan mengecek boarding pass mereka lalu bangkit. Ivy ikut berdiri, dan mereka berjalan santai ke gate yang telah ditentukan. Petugas di pintu boarding langsung menyambut mereka begitu melihat label “First Class” di tiket. Tanpa harus antre panjang, mereka diarahkan melewati jalur khusus dan masuk lebih dulu ke pesawat.Begitu memasuki kabin, Ivy langsung melambat. Ini adalah kali pertamanya terbang menggunakan first class, dan kekaguman di wajahnya begitu jelas terlihat.Diam-diam Evan melirik ke arahnya. Senyum kecil muncul di sudut bibirnya saat melihat ekspresi Ivy yang begitu polos dan kagum. Ada sesuatu yang menyenangkan dari cara Ivy me

  • Jejak Cinta Bersama CEO Di balik Pintu kamar   Persiapan berlibur

    Keesokan paginya, Ivy duduk bersila di lantai dengan koper terbuka di depannya. Alisnya mengerut dalam dengan wajah serius, memerhatikan tumpukan pakaian di hadapannya.Tangannya sibuk memilih-milih pakaian, mencoba mencocokkan atasan dengan bawahan lalu menatanya satu per satu ke dalam koper. Sesekali ia berhenti hanya untuk mengambil napas lalu menggeleng frustrasi.“Duh, ini cocoknya sama celana putih apa rok coklat ya…” Gumamnya sambil mencocokkan dua pilihan di depan cermin.Ia lalu meraih beberapa pakaian santai, baju renang, kacamata hitam, topi lebar, bahkan sandal jepit. Semua disiapkannya dengan teliti. Satu minggu di Labuan Bajo, ia harus siap dengan berbagai kemungkinan di sana.Ivymelirik jam di dinding. Sudah lewat pukul enam, dan Evan belum juga kembali. Padahal usai salat Subuh tadi, Evan sempat pamit dan bilang hanya pergi sebentar untuk menyelesaikan urusan. Tapi hingga sekarang, bayangnya belum juga terlihat.Walaupun Evan belum juga kembali ke kamar, Ivy mencoba u

  • Jejak Cinta Bersama CEO Di balik Pintu kamar   Makanan terenak

    Mi di mangkuk habis tak tersisa, bahkan kuahnya pun sudah diseruput sampai tetes terakhir. Ivy meletakkan sendoknya ke pinggir mangkuk sambil menghela napas puas.“Enak banget! Pantes aja sih, kamu kan punya restoran sendiri,” ucap Ivy.Evan hanya mengangguk pelan, tidak terlalu menanggapi, tapi sorot matanya menunjukkan rasa puas tersendiri.Ivy menyandarkan tubuhnya di kursi, membiarkan perutnya yang kenyang beristirahat. Ia mengusap perutnya pelan sambil menoleh ke arah Evan.Wajah pria itu tampak berkeringat membuat Ivy tertawa. “Kamu keringetan banget,” komentar Ivy.Evan menyeka keningnya dengan tangan lalu menatap Ivy dengan tatapan malas.“Biasa. Chef capek habis masak buat tamu spesial,” balas Evan.Ivy terkekeh pelan, “Dih, gayanya.”Ia lalu menatap Evan yang masih sibuk menyeka keringat dengan tisu.“Kamu emang bener-bener suka masak, ya?” Tanya Ivy dengan nada penuh rasa ingin tahu.Evan menoleh, alisnya sedikit terangkat.“Iya, kenapa emang?” Tanya Evan.“Ya nggak apa-ap

  • Jejak Cinta Bersama CEO Di balik Pintu kamar   Senyuman manis

    Setelah Ivy masuk kembali ke dalam kamar, ia langsung menutup pintu dan duduk di pinggiran ranjang. Ia merenung, mengingat kembali ketika ia menguping percakapan Evan di telepon tadi. Dada Ivy seketika menghangat. Sedetik kemudian, sebuah senyum tipis muncul di wajahnya. Ivy tahu di balik sikapnya yang dingin dan tenang, Evan adalah seseorang yang akan selalu hadir untuknya. Tapi kali ini, Evan benar-benar menunjukkannya secara terbuka.Yah, walaupun tidak di hadapan Ivy langsung sih.Ivy terkekeh pelan. Bertepatan dengan pintu kamar terbuka, menampakkan wajah Evan yang terlihat lelah. Matanya terlihat sayu dan rambutnya acak-acakan. Ivy sontak mengalihkan pandangan dan menatap Evan. Pandangan mata mereka bertemu. Ivy semakin mengembangkan senyumnya.“Kenapa?” Tanya Evan heran melihat tingkah Ivy yang senyum-senyum sendiri, berbeda dari tadi sore. Tanpa menjawab, Ivy hanya menggeleng kecil sambil tetap tersenyum. Evan mengangkat bahu, malas berpikir terlalu jauh. Ia lalu meleta

  • Jejak Cinta Bersama CEO Di balik Pintu kamar   Rencana Bulan Madu

    Evan dan Ivy kembali masuk ke dalam mobil setelah menyelesaikan konsultasi dengan dokter Mila. Ivy duduk tenang di kursi penumpang, memasang sabuk pengamannya. Sementara Evan menyalakan mesin dan menyandarkan tubuh sejenak di kursi pengemudi. Dia tidak langsung menjalankan mobilnya. Ivy yang menyadari itu segera melirik Evan. Pria itu terlihat tengah memikirkan sesuatu. Beberapa saat kemudian, Evan akhirnya membuka suara.“Jadi gimana? Mau pergi liburan sekalian bulan madu?” Tanya Evan sambil menoleh ke arah Ivy.“Terserah,” jawab Ivy tak acuh.Evan mengernyit, “Kok terserah sih? Saya tanya kamu lho. Mau nggak?” Desak Evan lagi.Ivy menarik napas kecil lalu menoleh ke jendela. “Aku ngikut kamu aja,” ucapnya pelan."Oke. Nanti saya minta urus orang buat ngurusin liburan kita,” ucap Evan. Evan menduga mungkin Ivy masih memikirkan soal yang tadi disampaikan dokter, dilihat dari cara Ivy menjawab pertanyaannya dengan datar.Ia kemudian mulai menyalakan mesin mobil dan melajukan mobiln

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status