Galih tahu orangtuanya menyayangi Jelita sebagai menantu walau selama ini berbeda pandangan dalam berumah tangga. Terbukti, mereka jelas berada di pihak Jelita saat tahu dia salah kemarin.“Kasihan cucu-cucuku, Lita. Mereka masih kecil sekali untuk memahami perpisahan kalian nanti. Coba kamu pikirkan lagi perasaan mereka ….”“Kalau aku tidak memikirkan perasaan anak-anakku, Mas Galih dan wanita itu sudah kulaporkan dengan pasal perzinahan, Ma. Nyatanya tidak ‘kan? Aku tidak melakukannya karena tidak mau anak-anakku mempunyai Ayah seorang mantan napi. Apalagi, kalau teman-teman Bella sampai tahu, anak itu pasti jadi bahan olok-olokan temannya. Aku tidak melakukan itu karena memikirkan mereka. Kalau menurutkan sakit hati, ingin sekali aku melihat pasangan pengantin baru itu menikmati bulan madu di balik jeruji besi.”Galih mengepalkan tangan mendengar suara Jelita yang bergetar di dalam sana. Tangisan Tiwi yang semakin kencang pun membuat rasa bersalah semakin memenuhi hatinya. Lelaki i
“Ini namanya ujian pernikahan, Yang.” Amanda mengulas senyum saat Galih memejamkan mata menikmati pijatannya. Dia senang karena Galih pulang. Entah kemana suaminya itu seminggu ke belakang. Galih tidak ada kabar sama sekali dan Amanda hanya mengirim pesan mengingatkan jangan lupa makan dan istirahat. Dia tidak mau sampai Galih merasa terganggu karena dia bawel ini itu.“Semoga setelah semua terlewati, kita bisa membangun keluarga yang bahagia. Walau awal mulai pernikahan ini tidak kita kehendaki, tapi menjadi bagian dari dirimu seolah mimpi yang menjadi nyata bagiku.” Amanda mengangguk saat Galih membuka mata dan menatapnya. Dia mengelus wajah Galih pelan. Wanita itu tahu betul apa yang Galih inginkan dari dengusan napas lelaki itu yang tidak beraturan dan dia dengan senang hati memenuhi apa yang Galih butuhkan.“Amanda ….” Napas Galih bersahutan saat Amanda bergerak teratur di atasnya. Semua beban dan pikiran yang selama beberapa waktu ini membuat pundaknya terasa berat malam ini per
“Woi, Bro, santai, Bro ….” Arul yang duduk paling dekat dengan mereka langsung memeluk Galih agar tidak menyerang Farhat kembali. Sementara rekan kerja mereka yang lain langsung mengangkat Farhat ke sofa depan dan berusaha menyadarkan lelaki itu. Mereka bergegas membawa Farhat ke rumah sakit terdekat saat Farhat tidak juga sadarkan diri karena khawatir ada cedera serius karena benturan tadi.“Tambah-tambah masalah aja begini ini!” Arul menolak tubuh Galih hingga lelaki itu terduduk di kursinya lagi. Lelaki itu memijat kepalanya yang berdenyut sakit mengingat bagian belakang Farhat tadi membentur meja cukup kencang. “Berdoalah semoga Mas Farhat tidak parah dan bisa langsung bekerja kembali. Hari ini, ada pekerjaan penting yang harus dia tangani. Jangan sampai karena hal ini, tim kita kembali menjadi bulan-bulanan direksi.”Galih berdecak pelan mendengar ucapan Arul barusan. Dia tidak bisa mengendalikan diri saat Farhat berbicara melecehkan Amanda tadi. Sebagai seorang suami, dia jelas
Keesokan harinya, Galih masuk kantor disambut dengan semburan amarah dari ketua divisi. Lelaki itu tidak bisa melakukan pembelaan apapun karena memang salahnya. Selain tidak masuk tanpa kabar sama sekali, ponselnya mati seharian karena dia mau menenangkan diri. Galih memutuskan tidur di penginapan tadi malam, menyendiri dalam kegelapan karena lampu kamar tidak dia nyalakan sama sekali sepanjang malam tadi.“Semua orang punya masalah pribadi, Mas Galih, tapi begitu sampai di kantor, tinggalkan semua itu! Perusahaan tidak mau tahu bagaimana kamu diluar sana, yang manajemen tahu kamu dibayar untuk bekerja dan memberikan keuntungan pada perusahaan. That’s it!” Raka memuntahkan kekesalannya pada Galih, salah satu bawahan terbaik yang dia miliki.Kemarin, jadwal meeting mingguan dengan jajaran direksi. Tim mereka gelagapan saat menyampaikan progress kinerja karena Galih tidak ada koordinasi sama sekali kalau absen masuk. Mereka tidak ada persiapan sama sekali. Jadilah akhirnya mereka semua
Rintihan Dery yang semakin kencang kembali menarik kesadaran Galih. Dia mengembuskan napas kencang membayangkan hidupnya bisa berada di titik ini. Dery, karena bersimpati dan kasihan dengan anak yatim itu, dia mendadak merasa jauh dengan anak-anaknya sendiri. Karena iba dengan Amanda yang bekerja keras memenuhi kebutuhan dan biaya pengobatan anak seorang diri karena sudah menjadi janda, kini dia akan menjandakan istrinya sendiri.“Jelita …, Maaf ….” Galih menghapus ujung matanya yang basah. Lelaki itu tahu betul dia sudah tidak bisa lagi mempertahankan rumah tangga mereka dengan cara apapun. Saat bertatapan tadi, dia bisa melihat sedalam apa luka yang sudah dia goreskan di hati istrinya. Cukup. Galih tidak hendak menambah luka itu semakin perih dengan menyiram air garam di atasnya. Kalau memang Jelita ingin berpisah, maka akan dia turutkan. Galih sepenuhnya menyadari kalau sudah ada penumpang baru di kapalnya saat ini.Suara ponselnya yang mendadak berisik sekali membuat Galih meraih
“Alhamdulillah, aman kalau sudah sah. Tuh, bisa kruntelan seharian kalian sambil saling garuk biar nggak kegatelan lagi.” Rahmi tertawa lebar bersama warga yang menyaksikan akad nikah pagi menjelang siang itu. “Kok ya bisa-bisanya selingkuh dari istrinya sih, Mas? Padahal itu istrinya dibandingkan dengan Mbak Manda ya jauh kemana-kemana. Pakaiannya tertutup sopan, wajahnya ayu menyejukkan. Kalau Mbak Manda ini ‘kan memang biasa pakai baju-baju kekurangan bahan.”“Bukan kekurangan bahan lagi, tapi memang sengaja dibuka mau pamer badan.” Vera yang sejak tadi tertawa-tawa ikut menyahuti. Dia sudah lama resah dengan Amanda yang sering sekali duduk di teras dengan baju-baju ketat dan seksi. Tetangga barunya itu memang jarang berinteraksi dan terlibat kegiatan setempat, tapi melihatnya begitu tidak urung membuat Vera panas dingin juga kalau-kalau suaminya melirik setiap kali lewat di depan rumah si Janda.“Dada diumbar-umbar, paha dibuka lebar, sudah merasa paling bagus saja bodinya.” Vera