Share

BAB 83

last update Last Updated: 2025-07-12 11:01:09

Suara ketukan di pintu membuat Amanda mengangkat kepala dan meletakkan ponselnya. Dia menatap Galih yang masuk ke rumah dengan wajah sumringah. Wanita itu mengembuskan napas panjang saat mendengar Galih bersiul pelan, seolah hatinya sedang berbunga-bunga dan sangat bahagia. Dia berdiri dan mengikuti Galih ke kamar. “Yang habis makan bareng sama mantan istri, senang banget kayaknya.”

Galih menautkan alis mendengar nada suara Amanda yang sedikit berbeda. Lelaki itu menghela napas panjang saat melihat wajah Amanda yang biasanya selalu tersenyum itu terlihat sedikit kusut. “Aku senang karena bisa makan bersama anak-anakku. Selain itu aku juga senang karena hubunganku dengan orangtua Jelita bisa tetap baik-baik saja. Aku dan Jelita juga bisa berinteraksi dengan baik sehingga kedepan tidak akan ada masalah dalam membersamai perkembangan Bella dan Zaky.”

Amanda mengembuskan napas kencang mendengar jawaban Galih. Wanita itu tahu Galih memang sempat resah memikirkan hal itu. Galih selalu berce
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Jejak Dusta di Rumah Kita   BAB 84

    “Ya namanya usaha masih merangkak, cara promosinya seperti ini. Ikut mengisi stand-stand kalau ada acara sehingga bisa dikenal masyarakat langsung.” Langit bertepuk tangan saat Zaky berhasil menyelesaikan rancangan kincir dari lego yang disusunnya. “Hebat! Nanti Om belikan mainan kincir biar sama dengan legonya ya.”“Kenapa tidak fokus ke usaha katering saja, Nak Langit?” Asep bertanya setelah sejak tadi hanya menjadi pendengar saja. Mereka kenal cukup baik karena Langit sering datang kesana setiap ada yang perlu dibicarakan dengan Jelita. Lelaki itu tahu kalau Langit ada usaha lain yang sudah kuat selain usaha sabun herbal yang kini sedang dikerjakan bersama Jelita.“Kalau bisa dua, kenapa harus satu, Pak?” Langit terkekeh pelan. “Itu usaha punya orangtua. Saya hanya meneruskan saja. Dulu, kuliah ambil jurusan kimia. Jadi usaha sabun herbal ini untuk menyalurkan hobi. Dari dulu saya itu suka membuat formula produk. Ya karena katering sudah jalan dan manajemennya sudah kuat, saya jadi

  • Jejak Dusta di Rumah Kita   BAB 83

    Suara ketukan di pintu membuat Amanda mengangkat kepala dan meletakkan ponselnya. Dia menatap Galih yang masuk ke rumah dengan wajah sumringah. Wanita itu mengembuskan napas panjang saat mendengar Galih bersiul pelan, seolah hatinya sedang berbunga-bunga dan sangat bahagia. Dia berdiri dan mengikuti Galih ke kamar. “Yang habis makan bareng sama mantan istri, senang banget kayaknya.”Galih menautkan alis mendengar nada suara Amanda yang sedikit berbeda. Lelaki itu menghela napas panjang saat melihat wajah Amanda yang biasanya selalu tersenyum itu terlihat sedikit kusut. “Aku senang karena bisa makan bersama anak-anakku. Selain itu aku juga senang karena hubunganku dengan orangtua Jelita bisa tetap baik-baik saja. Aku dan Jelita juga bisa berinteraksi dengan baik sehingga kedepan tidak akan ada masalah dalam membersamai perkembangan Bella dan Zaky.”Amanda mengembuskan napas kencang mendengar jawaban Galih. Wanita itu tahu Galih memang sempat resah memikirkan hal itu. Galih selalu berce

  • Jejak Dusta di Rumah Kita   BAB 82

    Jelita tersenyum puas saat Amanda tidak lagi membalas pesannya. Wanita itu tahu mantan temannya itu tidak lagi memiliki kata untuk membalas ucapan telaknya barusan. Dulu, wanita itu sengaja benar membuat postingan barang-barang Galih saat sedang bersama sebagai kode untuk memanasinya. Sekarang, dia bisa membalas semua itu dengan terang-terangan memposting foto Galih tanpa harus kode-kodean segala.“Mari bersenang-senang, Amanda ….” Jelita terkekeh pelan. Apa dia belum move on? Jelas belum. Sebelas tahun pernikahan yang bahagia, di dalamnya mereka merajut mimpi menua bersama, terlebih ada anak dalam pernikahan mereka, tidak akan bisa lupa dalam beberapa bulan saja. Bahkan di setiap sisi rumah, dia masih sering melihat sosok Galih disetiap sudutnya. Beruntung ada kedua orangtuanya disini yang membuat dia tidak merasa sendiri.Jelita menghela napas panjang melihat foto keluarga di dinding. Kalau menurutkan hati, ingin dia buang saja. Namun, tidak dia lakukan karena tahu kedua anaknya ber

  • Jejak Dusta di Rumah Kita   BAB 81

    “Iya, nanti kapan-kapan ya.” Galih mengelus kepala Zaky. Dia menyuapi anak lelakinya itu dengan telaten. Dia menghela napas lega karena urusan mereka selesai. Setidaknya, setelah ini mereka bisa fokus dengan kehidupan masing-masing. Masalah nafkah anak, Galih tahu kewajibannya. Rumah pun dia serahkan pada Jelita karena kedua anak mereka ikut dengan mamanya. Perjanjian mereka adalah tidak ada batasan Galih menemui anaknya. Lelaki itu bebas datang kapan saja untuk bertemu dengan mereka.Mereka berfoto bersama hari itu sebagai kenang-kenangan. Kedepan, entah kapan lagi ada kesempatan bertemu lengkap seperti hari ini. Mungkin nanti di pernikahan Bella dan Zaky. Itu juga kalau ada umur panjang. Setelah makan, mereka berpamitan. Tiwi memeluk Jelita lama dan erat. Matanya berkaca-kaca setelah kedekatan terlepas, begitu juga dengan Jelita. Mereka justru menjadi lebih dekat setelah Jelita dan Galih tidak lagi bersama.Keduanya sering berkirim pesan karena Tiwi minta dikirim foto cucunya. Sesek

  • Jejak Dusta di Rumah Kita   BAB 80

    Jelita menenangkan diri beberapa hari di Cianjur. Dia menikmati lagi waktu bersama kedua orangtuanya yang selama sebelas tahun ini tidak pernah seperti itu lagi. Setiap pulang, pasti kedua orangtuanya akan sibuk bermain dengan cucu mereka. Sementara Jelita merasa itu saatnya dia beristirahat dari rutinitas sehingga bisa me time, menikmati waktu dengan bertemu teman lama atau main ke rumah saudara.Kali ini, mereka seperti kembali lagi ke masa-masa Jelita belum menikah. Dia bahkan merasa menjadi anak kecil lagi karena begitu dimanja oleh kedua orangtuanya. Jelita bersyukur kehilangan suami tidak membuatnya kekurangan kasih sayang. Kedua orangtuanya cepat tanggap mengisi kekosongan hingga Jelita merasa hatinya penuh cinta dari orang-orang disekitarnya.Dua bulan berlalu tanpa terasa. Selama itu pula, Jelita sudah bisa menata kehidupannya kembali. Dia bahkan merasa lebih santai menjalani hari-hari setelah tidak ada Galih lagi. Apalagi, kedua orangtuanya ikut tinggal di Jakarta menemani.

  • Jejak Dusta di Rumah Kita   BAB 79

    “Allah ….” Jelita menekan dada mendengar kalimat talak yang diucapkan Galih. Sakit. Sakit benar terasa di ulu hatinya. Walau dia menginginkan perpisahan, tapi tidak dia pungkiri kalau dia terluka sangat parah atas keputusan yang sudah dia tetapkan. Dia tidak baik-baik saja saat sebelas tahun pernikahannya yang bahagia kini hanya tinggal cerita.“Pulanglah ….” Asep menatap Galih dan kedua orangtuanya setelah mereka terdiam cukup lama. Dia tidak ada waktu untuk berbasa-basi. “Maaf kalau kurang sopan, tapi anak saya sedang terluka dan butuh waktu untuk menenangkan diri. Bukan mengusir, tapi Bapak dan Ibu pasti paham kalau saat ini kami sekeluarga perlu waktu untuk berdamai dengan keadaan yang berubah sangat tiba-tiba.”Pras mengangguk maklum. Sebagai orangtua, dia mengerti perasaan mantan besannya. Lelaki itu mengulurkan tangan untuk bersalaman. Mereka berjabat tangan erat dan berpelukan cukup lama. Sungguh, sebelas tahu menjadi besan, mereka tidak pernah terlibat perselisihan. Itulah se

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status