Share

Bab 3

Author: Nilamwangi
last update Last Updated: 2025-10-04 09:29:06

Setelah selesai berbelanja, Cantika mengajak menantunya untuk segera kembali kemobil.

Wanita paruh baya yang masih terlihat cantik diusianya yang berumur empat puluh lima tahun itu mengerutkan keningnya, saat melihat sang putra yang sudah menunggunya diluar mobil.

"Mama itu belanja apaan sih, lama banget? Aku dari tadi mau pulang, Ma! Rasanya badanku capek sekali!" kata Sofian dengan wajah masam menatap pada sang Mama.

Namun, laki-laki itu sama sekali tidak mau menatap pada wanita muda yang sedang berada disamping Cantika, meskipun hanya sedetik.

Laras merasa semakin tidak enak pada pria berwajah tampan yang berdiri dihadapannya, seolah-olah laki-laki itu memang tidak menganggapnya.

"Ya, sabar dong sayang! Kamu jangan marah-marah begitu, nanti setelah sampai dirumah, kamu bisa meminta istrimu memijat tubuhmu, agar rasa capekmu hilang! Iya kan, Laras?" Cantika berucap sambil mengusap bahu menantunya.

Wajah Sarah bersemu merah saat mendengar perkataan Mama mertuanya itu.

Sofian hanya mendengus kesal, lalu ia segera kembali kedalam mobilnya.

Cantika dan Laras segera menyusul masuk kedalam mobil pribadi Burhan, lalu mobilpun melaju melanjutkan perjalanan.

Tiba saatnya, mobil milik Burhan berhenti disebuah rumah yang sangat mewah meskipun tidak terlalu besar.

Kondisi rumah yang berdiri disebuah kompleks perumahan yang elit, membuat rumah itu semakin terlihat nyaman.

Sofian merasa heran, karena dirinya dibawa oleh orang tuanya ke kompleks perumahan yang padat penduduk. Namun bukan rumah yang ia tinggali sebelumnya bersama kedua orang tuanya.

Setelah mobil masuk ke pekarangan rumah mewah berlantai dua itu, Burhan segera mengajak keluarganya keluar dari mobil dan masuk kedalam rumah tersebut.

Sofian tidak bertanya apapun pada kedua orang tuanya, laki-laki itu hanya menatap datar keseluruh penjuru rumah.

"Bagaimana Nak, apa kamu menyukai rumah ini?" tanya Cantika tiba-tiba dan disambut senyuman dari Burhan.

Alis Sofian bertaut, ia sama sekali belum mengerti apa yang dimaksud oleh Cantika.

"Maksud Mama apa?" tanya Sofian sambil menatap Ibu kandungnya itu.

"Oh iya! Mama belum memberitahukan sama kamu, kalau Mama dan Papa sengaja membeli rumah ini sebagai hadiah pernikahan kalian berdua.." ujar Cantika, wanita itu menjelaskan pada Sofian, anaknya.

Sofian merasa sangat kaget dengan pengakuan Cantika, ia tidak menyangka kalau kedua orang tuanya itu sudah menyiapkan segalanya jauh-jauh hari.

"Tapi, untuk apa Papa dan Mama harus membeli rumah segala sih! Kan aku masih bisa tinggal serumah bersama kalian?" protes Sofian, pria itu merasa kurang suka dengan keputusan orang tuanya.

Cantika hanya tersenyum lembut, menanggapi perkataan Sofian.

"Sofian! Mulai hari ini kamu itu sudah menjadi seorang suami, jadi sudah sepatutnya kamu dan istrimu tinggal terpisah dengan kami. Ya, itu semua Mama lakukan agar kalian berdua bisa belajar mandiri!" jawab Cantika sambil mengusap pipi putranya yang putih.

"Tapi kenapa mendadak begini sih Ma! Bahkan Mama dan Papa sama sekali tidak meminta pendapatku dulu! Kenapa sih kalian bertindak seenaknya seperti ini?" ujar Sofian, merasa keberatan.

"Sofian, kamu harus menerima apapun keputusan yang sudah Mama dan Papa buat! Lagi pula Mama sangat yakin kalau Laras akan mengurus kamu dengan baik, saat kalian berdua tinggal disini! Ya kan sayang?" kata Cantika sambil melirik kearah sang menantu.

Mendapat pertanyaan dari Mama mertuanya, Laras hanya mengangguk kikuk.

"Tapi Ma...?" ucapan Sofian terhenti, karena Burhan segera memotong perkataan anaknya itu.

"Tidak ada tapi-tapian! Pokoknya kamu harus tinggal disini bersama istrimu! Lagipula kamu dan Laras masih boleh berkunjung kerumah Papa dan Mama sesuka hati kalian, dan kami sama sekali tidak akan melarang! Tapi saat ini, kalian harus tinggal disini untuk saling mengenal! Dan satu lagi, Papa berharap kalian bisa segera memberikan kami cucu, hehehe..." kata Burhan seraya terkekeh.

Sofian hanya terdiam, ia tidak lagi berani membantah apa yang sudah diputuskan oleh orang tuanya itu.

Meskipun dengan berat hati, ia terpaksa menyutujui untuk tinggal bersama Laras dirumah pemberian orang tuanya tersebut.

"Bagaimana Laras? Kamu tidak keberatan kan, tinggal disini berdua dengan Sofian?" Cantika bertanya sambil membelai lengan sang menantu.

Laras hanya mengangguk sambil tersenyum kearah Ibu mertuanya itu, membuat Cantika tersenyum lega.

"Syukurlah sayang! Tapi Mama minta maaf, ya? Karena Mama belum mendapakan ART untuk mengurus kebutuhan kalian disini! Tapi Mama janji, secepatnya akan mencarikan ART untuk mengurus kalian dan juga rumah ini." ujar Cantika merasa tidak enak.

"Tidak apa-apa kok, Ma! Aku bisa mengurus pekerjaan rumah sendiri, jadi Mama tidak perlu khawatir!" jawab Laras, sambil menggenggam tangan Ibu mertuanya.

"Alhamdulillah kalau begitu! Ternyata kita tidak salah memilih menantu ya, Pa? Selain memiliki wajah yang cantik, ternyata Laras juga seorang menantu idaman, yang bisa mengurus rumah tangga!" Cantika memuji menantunya.

Burhan tersenyum mendengar penuturan sang istri.

Tidak lama kemudian, Burhan dan istrinya pamit pulang dan meninggalkan Laras dan Sofian berdua dirumah itu.

Sebelum pergi, Burhan mewanti-wanti, agar Sofian bisa menjadi suami yang bertanggung jawab terhadap istrinya.

Sofian hanya menanggapinya dengan anggukan tanpa menjawab ataupun membantah perkataan Burhan, karena ia tidak ingin dianggap sebagai anak yang tidak berbakti.

Setelah kepergian mertuanya, Laras melangkah kedapur dan menyiapkan secangkir teh untuk suaminya.

Setelah selesai membuat teh, Laras membawa teh yang ada didalam cangkir tersebut kehadapan Sofian, yang sedang duduk sambil memainkan ponselnya diruang tengah.

"Mas! Ini aku buatkan teh, diminum dulu!" kata Laras sambil meletakkan cangkir teh itu diatas meja.

Sofian hanya melirik sekilas kearah cangkir teh itu, lalu ia melanjutkan menatap ponselnya tanpa memandang kearah istrinya.

Laras pun merasa tidak enak hati dengan sikap suaminya, akhirnya ia memutuskan untuk masuk kedalam kamar.

Wanita itu berniat membersihkan dirinya dikamar mandi.

Setelah menanggalkan semua pakaian, Laras masuk kekamar mandi dan mengguyur tubuhnya dengan air yang terasa dingin dan menyejukkan.

Setengah jam lamanya, Laras berada dikamar mandi, hingga akhirnya ia menyudahi ritual mandinya dan keluar dari kamar mandi tersebut untuk menggunakan pakaian.

Namun, saat ia membuka pintu kamar mandi, alangkah terkejutnya wanita cantik itu, karena ia mendapati suaminya sudah berdiri didepan pintu kamar mandi sambil menatap kearahnya.

Hampir saja ia berteriak karena merasa malu pada sang suami yang melihatnya hanya menggunakan handuk tanpa berpakaian.

"Mas Sofian!" Laras memekik pelan, dan reflek kedua tangannya menutup bagian dada.

Sofian yang melihat penampilan Laras saat ini hanya bisa menelan ludah.

Walau bagaimanapun, dia adalah seorang laki-laki normal dan mempunyai nafsu terhadap perempuan. Apalagi melihat tubuh mulus sang istri yang saat ini terpampang jelas didepan matanya, naluri kelelakiannya terasa memberontak.

Namun ia segera menguasai perasaannya tersebut, dengan memalingkan wajahnya kearah lain.

"Segera kenakan pakaianmu!" ucap Sofian, kemudian ia melangkah keluar dari kamarnya, dan meninggalkan Laras yang masih saja menutup dadanya yang putih bersih.

Bersambung...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jejak Lara Setelah Perceraian.   Bab 65

    Sofian yang saat ini jatuh terduduk ditanah. Hanya meraba bagian keningnya yang terasa sangat sakit.Tiba-tiba ia merasa kalau telapak tangannya basah, dan pandangannya buram.Laki-laki itu menggelengkan kepalanya berulang kali.Preman yang saat ini menatap kearahnya tertawa senang."Mampus lo! Makanya, jangan coba-coba ikut campur urusan kami, hahaha... "Ujar preman itu sambil tertawa."Siapa suruh lo jadi pahlawan kesiangan?" sambungnya lagi."Eh goblok, ini tengah malam bukan siang! Dasar tolol!" maki salah satu temannya yang berada dibelakang, kemudian temannya itu kembali mengaduh kesakitan."Nggak nyambung! Lo lebih goblok. Memangnya lo pernah dengar, ada yang namanya pahlawan kemalaman?" protes temannya satu lagi."Diam kalian semua! Berisik!" teriak kepala preman. Yang juga tergeletak diantara teman-temannya."Wooii... Lo hajar terus itu laki-laki sialan! Berani-beraninya dia membuat kita babak belur seperti ini! Kenapa lo masih diam aja? Takut lo...?" sambungnya lagi.Preman

  • Jejak Lara Setelah Perceraian.   Bab 64

    Dan tiba-tiba saja...Laras melihat ada beberapa pria yang sedang mengendari motor secara ugal-ugalan.Wanita cantik itu bisa menyimpulkan, kalau laki-laki yang berjumlah lima orang tersebut, sedang berada didalam pengaruh minuman keras.Terlihat dari cara mereka mengendarai motornya dengan tidak seimbang.Tampang mereka pun terlihat seperti preman.Laras merasa sangat takut, sampai-sampai ia memeluk tas kecil miliknya dengan erat.Saat melihat Laras, para preman tersebut hanya menatap kearah wanita itu. Lalu kemudian, mereka melewati Laras begitu saja.Tentu saja hal tersebut membuat Laras menghembuskan nafas lega.Setidaknya, walaupun para preman-preman tadi sempat menatap kearahnya. Namun ternyata, mereka sama sekali tidak berniat mengganggu atau pun berbuat jahat pada wanita itu.Laras kembali berjalan, agar dirinya lekas sampai dirumah Hilda.Namun, baru saja ia berjalan beberapa langkah, raungan sepeda motor terdengar jelas dari arah belakangnya dan terasa memekakkan telinga.Sa

  • Jejak Lara Setelah Perceraian.   Bab 63

    Setelah selesai mengerjakan pekerjaannya. Laras keluar dari restaurant tempat ia bekerja dan menuju ke tempat parkir.Ia berniat menunggu Hilda yang berjanji akan menjemputnya saat dirinya pulang kerja.Namun, setelah dua jam menunggu, tapi sahabatnya itu tidak kunjung datang.Wanita berdagu lancip itu berusaha menghubungi nomor sahabatnya tersebut. Namun ternyata, ponsel Hilda juga sedang tidak aktif."Hilda kemana ya, apa dia ketiduran?"Laras bertanya pada dirinya sendiri.Akhirnya, Laras memutuskan pulang menggunakan taksi.Tapi, karena malam yang mulai larut, Laras juga sangat sulit menemukan taksi yang lewat.Sehingga, dengan perasaan yang was-was, akhirnya ia berjalan pelan menyusuri jalan yang terasa semakin sunyi dan mencekam.Udara malam yang dingin terasa menusuk sampai ke tulang-tulangnya.Laras mengusap-usap kedua lengannya menggunakan telapak tangan untuk mengusir rasa dingin.Gadis itu mulai bingung, bagaimana ia akan sampai kerumah kalau hanya berjalan kaki seperti itu

  • Jejak Lara Setelah Perceraian.   Bab 62

    "Keluar kalian berdua dari rumah ini sekarang juga!" ucap Sofian sambil menatap kearah lain.Mendengar hal itu, Yuda dan Celina sangat terkejut."Apa kalian tidak mendengar apa yang aku katakan? Cepat keluar dari rumah ini, dan jangan pernah lagi kalian berani memperlihatkan wajah kalian itu dihadapanku!" ujar Sofian dengan suara lantang."Tapi Sofian...?""Keluaaarrr...!!!"Suara Yuda tertahan kala Sofian membentaknya.Celina berusaha mendekati kekasihnya. Bahkan ia memegangi kedua kaki Sofian sambil meraung."Mas, maafkan aku! Tolong kamu jangan bersikap begini, aku sangat mencintaimu dan aku tidak ingin pergi darimu!" ujar Celina.Perkataan Celina justru membuat Sofian berdecih."Cinta?? Cuiih... Bulshit! Kau masih berani mengaungkan cinta dihadapanku, Celina? Sedangkan diluar sana kau menjajakan tubuhmu pada laki-laki lain! Apa yang kau harapkan? Apakah kau menginginkan uang? Baiklah kalau begitu!" ujar Sofian.Kemudian laki-laki itu berjalan masuk kekamarnya.Dan tidak lama kemud

  • Jejak Lara Setelah Perceraian.   Bab 61

    "Celina!!"Yuda menatap perempuan itu dengan perasaan khawatir."Sedang apa kamu disini?" sambungnya lagi sambil menoleh kiri kanan dan juga menatap kearah pintu masuk.Yuda merasa takut karena bisa saja Sofian masih berada disana, dan melihat saat Celina memeluknya tadi."Kenapa kamu bertanya seperti itu, Mas? Mas Sofian itu kekasihku! Dan tidak lama lagi aku akan menjadi istrinya, jadi bebas dong kalau aku mau datang kerumah ini kapan pun!" jawab Celina datar."Celina, sebaiknya kamu batalkan keinginanmu untuk menikah dengan Sofian!" ujar Yuda Kemudian. Membuat Celina terbelalak."Apa maksudmu, Mas?" jawab Celina lagi. Sambil menatap Yuda dengan perasaan marah.Bisa-bisanya laki-laki itu memintanya membatalkan pernikahannya dengan Sofian. Laki-laki yang selama ini ia idam-idamkan untuk menjadi suaminya."Karena aku tidak ingin Sofian menikah denganmu!" ucap Yuda.Namun hal itu membuat Celina tersenyum miris."Kenapa Mas, apa kamu cemburu? Karena dulu aku menolakmu saat kamu mengajak

  • Jejak Lara Setelah Perceraian.   Bab 60

    Sudah beberapa hari Sofian tidak masuk kantor. Bahkan ia sama sekali tidak mengangkat ponsel saat Burhan menelfonnya.Pria itu benar-benar ingin menyendiri.Diatas meja ruang tengah rumahnya. Terdapat sebuah asbak yang sudah terisi penuh dengan puntung rokok.Entah sudah berapa banyak batang rokok yang telah ia habiskan, untuk meringankan beban fikirannya.Wajahnya yang terlihat lesu, dan rambutnya yang acak-acakan, menambah kesan bahwa laki-laki itu sudah tidak lagi mengurus dirinya.Saat ia sedang sibuk melamun, tiba-tiba saja bel rumahnya berbunyi.Sofian berusaha mengabaikannya. Tapi lama kelamaan bel itu semakin mengganggu ditelinganya. Karena seseorang yang berada diluar rumah menekannya terus menerus.Dengan perasaan malas, Sofian bangun dari tempat duduknya dan berjalan untuk membuka pintu."Ceklek."Sesaat setelah pintu terbuka, Sofian menatap laki-laki yang berdiri didepan pintu rumahnya itu. Seraya tersenyum kearahnya."Hallo, Sofian! Apa kabar lo?" sapa laki-laki yang tern

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status