Home / Urban / Jejak Lelaki Lain Di Tubuh Istriku / Dinda Pulang Bersama Orang Lain

Share

Dinda Pulang Bersama Orang Lain

Author: Calibrie
last update Last Updated: 2025-08-22 00:10:14

Setelah panggilan telepon yang terputus itu, tak ada komunikasi lagi. Aku tak menelepon Dinda kembali. Dia pun juga tak menghubungiku. Waktu terus berjalan dengan lambat, setiap detik terasa seperti satu menit. Jam dinding di ruang tamu berdetak keras, menggema di keheningan rumah yang kosong. Aku mondar-mandir dari ruang keluarga ke dapur, dari kamar ke ruang tamu, mencoba mengusir kegelisahan yang semakin menggigit.

Televisi kunyalakan, namun mata dan pikiranku tak bisa fokus pada acara apapun yang sedang tayang. Remote TV beralih-alih dari satu channel ke channel lain tanpa tujuan yang jelas. Ponselku kuletakkan di meja kopi, layarnya menghadap ke atas, siap menangkap panggilan atau pesan yang tak kunjung datang. Sesekali aku mengangkatnya, memastikan sinyal masih ada, memastikan volume dering masih keras.

Kira-kira jam setengah 10 malam, ketika mata mulai terasa berat dan keputusasaan mulai mengambil alih, saat aku menyerah dan hendak tidur tanpa menunggunya lagi, aku mendengar su
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (3)
goodnovel comment avatar
papanyaone
Tidak realistis, masa ada laki bisa sesabar itu berkali-kali... hahaa...
goodnovel comment avatar
Herry Rayfan
terlalu bertele-tele alurnya thor,, kecurigaan yg sedikit bnyaknya sdh terbukti adanya penyelewengan msh aja muter" ga jelas si MC nya...nyelidikin dan mata"in jg ga pernah tuntas,, cmn masang CCTV dirumah mah ga ngefek klo pasangannya selingkuh diluaran ...
goodnovel comment avatar
Fathur Reza
lelaki pecundang , tanya ke bininya aja gak berani, apa yg di lakukan tadi , kenapa ada sperma di cd nya.lelaki lemah....
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Jejak Lelaki Lain Di Tubuh Istriku   Menghubungi Dika

    Keesokan paginya, Dinda tidak mengenakan baju kantor yang mencolok atau rok pensil ketat. Dia mengenakan celana panjang khaki yang dipadu dengan blazer abu-abu. Pilihan pakaian yang tertutup dan profesional, sangat berbeda dengan pakaian yang kemarin ia gunakan ke kantor.“Kamu tampak tidak bersemangat, Sayang,” kataku sambil memasukkan kunci mobil ke saku celana. Aku menatapnya lekat. “Karena tak ada Pak Rendra di kantor? Jangan-jangan… kamu sudah jatuh hati padanya!” cadaku.Dinda menghela napas, gestur yang menunjukkan kelelahan dan kejengkelan. “Mana mungkin. Itu kan hanya sekadar hiburan saja. Dan ini atas saranmu juga, ‘kan?” katanya, nadanya datar dan kurang bersemangat.Mata Dinda tak bisa berbohong; ada bekas kantuk dan kegelisahan di sana. Tapi soal dia menggunakan perasaannya atau tidak saat bersama Pak Rendra, aku tidak tahu.Namun, seharusnya hal itu setara denganku. Saat aku bercinta dengan Wulan, aku sama sekali tak menggunakan perasaan. Aku tak mencintainya. Hanya seka

  • Jejak Lelaki Lain Di Tubuh Istriku   Mabuk Pengkhianatan Dan Cinta

    Dinda tidak membuang waktu untuk foreplay yang panjang. Dia hanya menciumku dengan brutal, ciuman yang terasa putus asa dan liar. Bibirnya bergerak cepat di bibirku, lalu turun ke leher dan dadaku. Aku merasakan gairahnya yang membara di setiap sentuhannya.Dia mendorongku hingga aku terlentang sempurna di ranjang. Lalu, Dinda dengan cepat memosisikan dirinya di atasku. Dia menduduki milikku dengan satu gerakan cepat dan kuat, menenggelamkan diriku hingga pangkal dengan bunyi "shlup" yang basah.“Ah! Akhirnya!” erangnya, suaranya mengandung campuran kepuasan dan kemarahan karena tertunda.Dinda memimpin. Dia menggoyangkan pinggulnya dengan ritme yang liar dan tidak teratur, seolah dia sedang mencoba menggoyang lepas segala rasa frustrasi dan gairah yang menumpuk di kantor. Dia mencondongkan tubuhnya ke depan, mencengkeram kepalaku dengan kedua tangan, dan menciumku tanpa henti. Ciumannya kini bukan lagi ciuman istri, tapi ciuman seorang wanita yang mencari pemuas, yang menggunakan tub

  • Jejak Lelaki Lain Di Tubuh Istriku   Hal Yang Tak Selesai Di Kantor

    Akhirnya Dinda selesai juga membersihkan diri di kamar mandi. Aku mengikutinya ke kamar dan duduk di tepi ranjang. Aku menunggu dia ganti baju. Aku duduk di sana, tidak bergerak, seolah kehadiranku adalah patung batu. Dia risih dan sempat menegurku, "Mas, jangan lihatin begitu dong!" Tapi aku tidak peduli. Aku hanya duduk di tepi ranjang, menunggunya.Dinda melepas handuknya, dan aku meneliti setiap inci kulitnya di bawah cahaya lampu kamar. Aku mencari jejak; noda merah di leher, gigitan samar di bahu. Tak ada. Itu berarti, Pak Rendra mungkin tidak sempat membuat lukisan kepemilikan di kulit istriku dengan kecupan bibirnya. Atau, mungkin Dinda yang menolak. Sebab setahuku, Dinda memang jarang mau aku hisap kulitnya kuat-kuat sampai berwarna merah.Kini Dinda mengenakan pakaian tidur sutra tipis berwarna maroon, hadiah dariku, ironisnya. Dia berbaring di ranjang. Aku juga segera berbaring di sebelahnya. Tapi aku tidak memeluknya. Aku menjaga jarak satu bantal, menciptakan ruang dingin

  • Jejak Lelaki Lain Di Tubuh Istriku   Dinda Izin telat Pulang

    Pagi hari berjalan seperti biasanya; alarm berbunyi jam setengah enam, suara burung yang mulai berkicau di luar jendela, dan aroma kopi yang mulai menyeruak dari dapur. Kami bangun dengan mata yang masih setengah terpejam, lalu bersiap dengan rutinitas yang sudah hafal di luar kepala.Kami sarapan bersama di meja makan kecil kami sebelum berangkat ke kantor masing-masing.Namun ada yang berbeda pagi ini. Ada ketegangan halus yang menggantung di udara, sebuah antisipasi yang tidak terucap."Sayang, sepertinya hari ini kamu harus lebih agresif..." ucapku memprovokasinya sambil menyesap kopi. Mataku tak lepas dari penampilannya. Hari ini dia mengenakan pakaian kantor yang menurutku cukup seksi; bahkan mungkin terlalu seksi untuk standar kantoran biasa.Blazer hitam yang pas di tubuhnya, dipadukan dengan blus putih yang dikancing agak rendah, memperlihatkan lekukan lehernya yang mulus. Roknya ketat dan cenderung pendek, memperlihatkan sebagian paha mulusnya yang terbalut stocking tipis be

  • Jejak Lelaki Lain Di Tubuh Istriku   Membahas Kompensasi

    Kami sampai di rumah jam 11 malam lebih. Lelah memang, tapi ada perasaan aneh yang menggantung di dadaku. Acara pesta itu cukup seru; musik jazz yang mengalun lembut, hidangan mewah yang tersaji di meja panjang, dan percakapan bisnis yang terselip di antara tawa para tamu. Dan yang paling penting, aku akhirnya melihat dan disapa langsung oleh bos utama dari perusahaan pusat.Pria itu hadir seperti bayangan yang tiba-tiba mewujud. Meski hanya sebentar, tidak lebih dari lima menit, aku merasa senang, bahkan sedikit bangga. Aku baru melihatnya sekarang secara langsung. Dia belum terlalu tua. Masih 50an tahun usianya, dengan rambut beruban tipis di pelipisnya. Pendiam, tegas, tak banyak bicara. Tatapannya tajam, seolah mampu membaca setiap orang hanya dalam sekejap. Jabat tangannya singkat tapi kuat, meninggalkan kesan yang dalam.Kini aku dan Dinda sudah berganti pakaian tidur. Kamar kami diterangi lampu tidur yang redup, menciptakan suasana hangat yang kontras dengan dinginnya AC. Kami

  • Jejak Lelaki Lain Di Tubuh Istriku   Mengenalkan Dinda Dengan Beberapa Orang

    Dinda tampak gelisah. Atau entah apa. Dan aku kembali menuntut dia segera bercerita. Dengan wajah semakin memerah, dan bahasa tubuh aneh yang keluar dengan sendirinya, yang aku tahu jika saat itu ia merasa sangat gugup, ia akhirnya melanjutkan.“Terus dia menurunkan celana dalamku. Tanganku refleks menutupi ituku dan aku mengatakan jangan. Tapi dengan lembut, dia menyingkirkan tanganku. Aku tidak melawan, hanya memejamkan mata. Tubuhku sangat tegang. Dan dia... mulai mencium bagian itu. Bibirnya menyentuh lembut, menghisap ituku... baru kemudian... dia menjulurkan lidahnya. Entah kenapa, baru sebentar saja, aku... aku sudah sampai. Perasaan takut, penasaran, malu... semuanya bercampur menjadi satu. Tapi di saat yang sama, entah kenapa aku menangis. Aku tak bisa mengendalikan diriku. Pak Rendra merasa bersalah, lalu menyuruhku pulang. Padahal, jika dia mau, aku juga nggak akan menolak...”“Kamu menangis?”“I-iya mas. Aku takut. Aku ingat kamu...” kata Dinda. Aku sama sekali tak melihat

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status