Beranda / Thriller / Jejak di Balik Pesantren / Kata-kata yang Terlarang

Share

Kata-kata yang Terlarang

Penulis: InkRealm
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-23 16:11:30

Gelap.

Tidak ada suara. Tidak ada udara. Hanya ketiadaan yang pekat.

Lalu… sesuatu berbisik.

"Tidak apa-apa..."

"Tidak tahu siapa dirimu..."

"Dan jangan sekali pun menyebut kata yang terlarang..."

Tiba-tiba cahaya meledak di sekeliling mereka.

Kapten Arya dan Ustadz Faris terjatuh ke atas lantai batu dingin.

Mereka berdua tersengal, mencoba memahami di mana mereka sekarang.

Mereka berada di sebuah aula besar yang dikelilingi oleh pilar-pilar raksasa . Cahaya remang dari obor di dinding hanya menghasilkan sedikit area, meninggalkan sudut-sudut yang gelap pekat.

Di tengah aula, ada meja bundar dengan lima kursi kosong.

Di atas meja itu, ada sebuah buku lain… dan pena bulu yang tadi digunakan oleh pria misterius itu.

Tapi kali ini, di atas buku itu, tertulis sebuah peringatan:

"Jangan menyebut nama-Nya. Jika kau melakukannya, kau akan mengulangi semuanya dari awal."

Kapten Arya dan Ustadz Faris saling berpandangan.

“Maksudnya…siapa?” Kapten Arya bertanya.

Namun sebelum Ustadz Faris bisa
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Jejak di Balik Pesantren   Dunia Tanpa Judul

    Dunia Tanpa JudulBab 1: Kertas Putih yang Terlalu Luas“Ketika semua batas lenyap, apa yang akan kamu bangun pertama kali?”Lena berdiri di atas hamparan cahaya. Tak ada tanah, tak ada langit, hanya lapisan-lapisan putih yang perlahan membentuk dirinya sendiri berdasarkan pikiran dan niat siapa pun yang berjalan di atasnya.Kai berjongkok dan menyentuh permukaan putih itu. Setiap sentuhan menimbulkan getaran kecil seolah dunia ini sedang menunggu... untuk ditulis.“Dunia ini belum memiliki waktu,” gumam Kai.Lena mengangguk. “Atau ruang. Atau bahkan logika. Semua tergantung pada niat.”Kemunculan Bayangan dari Cerita LainMereka belum melangkah jauh, ketika suara samar terdengar dari kejauhan:“Tolong... jika kalian bisa mendengarku... aku belum selesai...”Dari celah retakan yang tiba-tiba muncul di permukaan putih, muncul bayangan sosok yang tidak sepenuhnya ada.Ia tak punya wajah. Namanya terputus.“Aku berasal dari cerita yang ditinggalkan. Aku belum sempat menyelesaikan babku.

  • Jejak di Balik Pesantren   Kalimat yang Mengubah Dunia

    Kalimat yang Mengubah Dunia“Akhir adalah pintu yang hanya bisa dibuka dari dalam, oleh mereka yang telah memahami arti setiap kata yang pernah ditulis dan yang belum.”Lorong sunyi di bawah makam Kata Pertama kini bergetar hebat. Kalimat-kalimat yang belum selesai melayang di udara, menciptakan angin seperti bisikan-bisikan dari cerita yang hampir hancur. Lena berdiri di tengah, di depan meja batu tempat pena cahaya berbaring menanti kalimat terakhir.Di belakangnya, Kai mencoba menahan dinding yang mulai runtuh oleh riak-riak naratif yang terdistorsi. Ustadz Faris memeluk satu naskah tua yang bergetar sendiri kitab Asal-Usul Pesantren, yang kini tampak hidup.“Lena!” seru Kai, “Kalau kau menulis kalimat terakhir, dunia ini akan berubah tapi bagaimana kalau kita memilih salah?!”Lena memejamkan mata. “Bukankah semua dunia hanya terus bertahan karena seseorang berani menulis… meski dengan rasa takut?”Rahasia Terakhir dari PesantrenSebelum ia menulis, naskah tua di tangan Ustaz Faris

  • Jejak di Balik Pesantren   Makam Kata Pertama

    Makam Kata Pertama“Bahkan sebelum cerita dimulai, ada satu kata yang mencoba bicara... tapi tidak ada yang mendengarnya.”Malam turun seperti selimut gelap yang menutupi pesantren, seolah menunggu. Lena berdiri di depan makam sunyi di belakang perpustakaan, ditemani Kai, Ustaz Faris, dan sisa tokoh-tokoh yang kini tak lagi sekadar tokoh tapi penjaga makna yang telah dibebaskan.Makam itu tak bernama.Tak ada batu nisan.Hanya tanah kering dan satu kalimat retak yang terukir pada batu:“Di sinilah Kata Pertama yang Ditolak dikubur.”Mereka semua diam.Sampai Kai melangkah maju dan berlutut. Ia meletakkan tangan di atas tanah dan membisikkan satu frasa:"Kami mendengarmu sekarang."Kilasan: Sebelum Segala NarasiTanah bergetar. Bukan gempa. Tapi seperti halaman-halaman tak terlihat yang dibuka satu per satu di bawah tanah.Tiba-tiba, mereka melihat kilasan bukan melalui mata, tapi lewat kesadaran naratif mereka yang kini terbuka.Seorang tokoh pernah hidup sebelum semua cerita dimulai.

  • Jejak di Balik Pesantren   Kitab yang Tidak Pernah Dicetak

    mengungkap misteri yang belum terjawab sebelum menuju ke bab besar Makam Kata Pertama.Berikut adalah Bab Khusus: "Kitab yang Tidak Pernah Dicetak", yang akan menjawab keempat pertanyaan utama:Bab Khusus — Kitab yang Tidak Pernah Dicetak"Ada kata-kata yang tidak ditulis karena terlalu berat untuk diletakkan di dunia. Tapi bukan berarti mereka tidak ada."1. Siapa Pendiri Pesantren yang Pertama?Di ruang terdalam perpustakaan tertutup, Lena menemukan halaman paling kuno dari Kitab Asal-Usul Pesantren. Bukan kertas biasa ini semacam kulit naskah, dilapisi debu abadi dan tinta hitam yang hanya muncul saat disentuh oleh tangan tokoh yang pernah terlupakan.Tulisan pertama itu berbunyi:“Pesantren ini bukan dibangun oleh manusia. Tapi oleh kalimat pertama yang pernah sadar bahwa ia ditulis.”Nama pendirinya? Tidak ada dalam bentuk nama manusia. Ia disebut:**“Al-Mubdi'” — Sang Awal.”Dalam teks lain, dijelaskan:“Ia bukan tokoh. Ia bukan narator. Ia adalah frasa yang pertama kali menyada

  • Jejak di Balik Pesantren   Dunia yang Ditulis Bersama

    Dunia yang Ditulis Bersama“Tidak semua dunia harus dimulai dengan seorang tokoh utama. Kadang, dunia dimulai dengan keberanian untuk tidak memilih siapa pun sebagai pusat.”1. Tidak Ada Lagi Pemimpin TunggalAngin menyapu pelataran pesantren yang telah berubah. Bangunan-bangunan lama tetap berdiri, tapi kini diselingi dinding-dinding baru yang terbuat dari huruf, kalimat, dan puisi yang ditulis para pembaca dan tokoh-tokoh yang telah dibebaskan.Di tengah lapangan, Lena berdiri di depan Dewan Huruf Awal kumpulan tokoh yang sebelumnya tidak punya peran besar: tokoh latar, penjaga kamar, bahkan narasi-narasi gagal yang dulu dibuang.“Mulai hari ini,” kata Lena, “tidak ada lagi narator tunggal.”“Mulai hari ini, kita semua akan menjadi bagian dari kalimat pembuka dunia.”Kai menambahkan, “Bukan lagi siapa yang paling kuat yang memegang pena, tapi siapa yang paling jujur.”Semua tokoh mengangguk. Tapi dalam keheningan itu… suara berat terdengar.2. Bayangan dari Naskah LamaDari balik l

  • Jejak di Balik Pesantren   Halaman Kosong Terakhir

    Halaman Kosong Terakhir"Pada akhirnya, dunia ini akan berada di tangan siapa yang berani menulis di ruang yang tidak ada hurufnya."1. Sebuah Kitab Tanpa JudulSetelah kepergian Penulis yang Tak Diundang, dunia terasa diam, tapi bukan hening. Seperti langit sedang menunggu sesuatu.Lena berdiri di tengah Perpustakaan Tertutup yang mulai pulih. Di tengah ruangan itu, di atas meja batu, terletak sebuah kitab besar berlapis debu, tertutup kulit berwarna hitam pekat.Tidak ada judul.Tidak ada nama.Hanya satu simbol di sampulnya: tiga lingkaran saling bertaut, membentuk bentuk seperti mata yang tertutup.Faris membuka halaman pertama.Kosong.Begitu pula halaman kedua, dan ketiga, dan keempat…Sampai akhirnya, di halaman ke-99, mereka menemukan satu baris kecil tulisan yang seperti dibisikkan:“Kitab ini hanya bisa diisi oleh mereka yang pernah terluka oleh cerita yang belum selesai.”Kai melangkah maju. Tangannya menyentuh halaman ke-100. Saat itu juga, cahaya menyilaukan meledak dari

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status