Home / Romansa / Jenderal! Istrimu Bukan Pajangan / Bab 66. Lolos Babak Pertama, tapi Babak Kedua Tidak Mudah

Share

Bab 66. Lolos Babak Pertama, tapi Babak Kedua Tidak Mudah

Author: Zhang A Yu
last update Last Updated: 2025-12-11 17:23:48

“Jangan bercanda, Jenderal.” Shen Liu Zi tersenyum memaksa, sambil balas mengelap kening jenderal yang tak sama sekali berkeringat.

Dari jauh, mereka tampak seperti sepasang suami-istri yang saling mengasihi.

Tidak ada yang tahu keduanya tengah berseteru!

“Apa wajahku terlihat seperti sedang bercanda?” Jenderal Shang dengan senyuman tipis yang sama, mengalihkan tangan Shen Liu Zi dari keningnya.

Jenderal Shang memang tak pernah main-main pada ucapannya!

Begitu peserta turun–mengambil posisi memanah masing-masing, salah seorang prajurit dengan busur panah putih besar di tangan menghampiri Shen Liu Zi.

“Nyonya Shen, Jenderal Shang meminta anda menggunakan busur ini,” katanya penuh hormat.

Shen Liu Zi langsung menoleh ke arah jenderal Shang, yang tampak tenang; menikmati teh tanpa terganggu.

Tidak ada pilihan lain!

Shen Liu Zi mau tak mau menerima busur panah itu. Dan saat busur jatuh ke tangan, dia sempat membeku; merasakan beratnya seperti menggendong bayi.

Pejaba
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Jenderal! Istrimu Bukan Pajangan   Bab 86. Salah Orang

    Saking ketatnya penjagaan istana malam ini, lalat mustahil bisa masuk! Tepat di halaman belakang paviliun naga emas, seluruh meja rendah untuk para tamu telah ditata sedemikian rupa. Para pelayan tengah menyajikan berbagai kudapan di mejanya, prajurit berseragam lengkap berpatroli dengan awas. Malam ini, jamuan setelah pertandingan akan dilangsungkan. Beberapa tamu telah berdatangan, termasuk pejabat Song dengan istrinya, Ji Xiao. Pada jamuan makan malam ini, Kaisar mengundang penari lokal yang berpenampilan tidak mencolok. Mereka masih dalam perjalanan. Kini istirahat sejenak di salah satu restoran untuk sedikit makan, karena menari membutuhkan banyak energi. Hanya saja, pada saat kejadian, salah satu penari pergi ke belakang untuk buang air besar. Dia mengalami diare hebat! Hampir satu dupa tidak kembali, teman-teman sesama penarinya belum menyadari, karena jumlah penari saat itu lumayan banyak. 17 penari! Seseorang yang diutus kemudian datang. “Ayo! Jamuan makan

  • Jenderal! Istrimu Bukan Pajangan   Bab 85. Seharian Hanya Latihan Duduk

    Pulang-pulang ke rumah .... “Nyonya Shen, silahkan duduk.” Kepala Xun menghadang di tengah jalan menuju kamar Shen Liu Zi. Tangannya terulur, mempersilahkan Shen Liu Zi singgah ke pondok di seberang sana. Shen Liu Zi memutar bola matanya diikuti helaan napas kasar. Dia tahu, etiket bangsawan akan diajarkan padanya lagi. 'Apa bagusnya etiket bangsawan itu, sih,' geram Shen Liu Zi dalam hati. Meski tampangnya kesal, tetapi wanita itu tidak menolak. Dia kemudian tersenyum terpaksa, seraya mengikuti pengarahan kepala Xun. Shen Liu Zi sedikitnya tahu etiket bangsawan, tapi seumur hidup ini hampir tidak pernah menggunakannya kecuali jika berhadapan dengan Kaisar. Itu pun hanya sekedar membungkuk hormat, serta tidak menatapnya secara langsung. Sekarang, saat wanita itu diminta duduk, dia duduk sekenanya. Persis wanita jalanan! Seketika itu juga kepala Xun mengeluarkan tongkat kecil dari balik lengan. Tuk! Pukul nya ke bokong Shen Liu Zi sambil berkata, “Bukan seperti itu, Nyonya Sh

  • Jenderal! Istrimu Bukan Pajangan   Bab 84. Meledek Lu Xian

    Di kediaman jenderal Shang. “Nyonya Shen! Selamat!” Baru sampai halaman depan kediaman, kepala Xun sudah menyambut dengan tubuh setengah membungkuk, kedua tangannya menyatu ke depan. Langkah Shen Liu Zi terhenti, tetapi dia tak sedikit pun membuka mulut. Posisi kepala Xun belum berubah. Tampaknya juga tidak akan menegakkan punggung kalau tidak diperintah. Dan tampaknya juga tak merasa pegal terus membungkuk, dengan tangan menyatu ke depan seperti itu. Shen Liu Zi menghela napas hati-hati. Lebih tepatnya hati-hati pada wanita tua di hadapannya, karena wanita itu selalu tidak sesederhana yang dilihat. “Untuk merayakan kemenangan Nyonya, hamba telah menyiapkan daging cincang pedas manis kesukaan anda, serta beberapa sayur rebus termasuk asparagus kesukaan anda juga,” ucap wanita tua itu rendah penuh hormat selayaknya dia berkata pada sang junjungan, padahal biasanya dia selalu lebih dominan. Shen Liu Zi curiga, jadi hanya mengangguk diikuti jawaban singkat, “Hm, terima kas

  • Jenderal! Istrimu Bukan Pajangan   Bab 83. Tidak Pernah Demikian

    Tarikan kekang itu gagal. Kuda jenderal Shang hanya mendengus pendek, kuku depannya menghentak tanah basah, tapi tubuhnya tetap menghadap lurus ke depan. Tepatnya ke arah sungai. “Berbalik,” perintah jenderal Shang rendah, nyaris menggeram. Tak ada hasil. Justru kuda itu mengibas ekornya, seolah tak paham situasi genting yang tengah dihadapi tuannya. Jenderal Shang untuk pertama kalinya merasa panik. Dengan gerakan yang tidak sebersih biasanya, dia meloncat turun. Sepatu botnya terpeleset di lumpur, membuat tubuhnya condong ke depan. Hampir jatuh. Hampir! Dia menjejak kuat, menahan diri, lalu seketika membalikkan badan sepenuhnya. Posisinya kini membelakangi sungai. Jantungnya berdentum keras. Terlalu keras untuk ukuran seorang jenderal Shang yang biasa bertampang tenang, dingin laksana salju. Karena di balik punggungnya itu— Di tengah sungai yang jernih dan dangkal, Shen Liu Zi berdiri dalam keadaan telanjang bulat. Air sungai membelai pinggangnya, mengalir di sepanjang

  • Jenderal! Istrimu Bukan Pajangan   Bab 82. Mencari Shen Liu Zi

    Pesan udara tampak dari segala sisi. Di balik jendela bulat dan besar, Kaisar bertanya dalam hening—bahaya apa yang mengintai. Lalu, di tempat Shen Liu Zi beserta Yu Li masih tiarap; pura-pura mati, langkah pembunuh berkedok kusir di sana terhenti karena kepalanya menengadah, menatap menyipit pecahan kembang api yang masih mengudara. Sudut bibirnya lantas terangkat. “Terlambat, Jenderal! Istrimu telah terlempar jauh.” Shen Liu Zi mendengar. Deru napasnya tertahan sesaat. Tap! Tap! Langkah pembunuh dilanjut kian jauh, semakin jauh sampai tak lagi terdengar derap kakinya. Begitu yakin jejak pembunuh menghilang, Shen Liu Zi secepatnya beranjak, bahkan langsung melompat dari tumpukan mayat itu diikuti Yu Li. Huek! Huek! Keduanya mual bersamaan. Huek! Huek! Wajah Yu Li merah, matanya berair, rasanya ingin pingsan. “Nyonya! Huek! Rasanya isi perutku memberontak ke luar semua.” Huek! Isi perut Yu Li benar-benar keluar. Huek! Huek! Shen Liu Zi melirik sambil te

  • Jenderal! Istrimu Bukan Pajangan   Bab 81. Belum Selesai

    Shen Liu Zi menahan napas! Belati itu menyentuh papan penopang lantai kereta secara perlahan. Setiap gesekan kecil terasa berisik di telinganya sendiri. Dia mengatur sudut pisau, menekan dengan kekuatan yang cukup untuk memotong, tapi tidak cukup dalam untuk memekikkan suara kayu patah. Kereta terus melaju. Derap kuku kuda tak cepat, juga tak lambat, seirama dengan denyut jantung mereka berdua. Setiap hentakan roda di jalan berbatu membuat papan bergetar halus, memaksa Shen Liu Zi berhenti sesaat, menunggu irama kembali stabil. Di luar, angin membawa bau tanah basah serta samar-samar aroma busuk dari tumpukan mayat yang tadi dilihat Yu Li. Itu berarti— Jurang tidak jauh lagi! Shen Liu Zi melirik Yu Li sekilas. Gadis itu masih bercerita, suaranya berusaha terdengar santai meski ujung-ujung katanya bergetar tipis. “Lalu dia tersenyum, Nyonya. Senyum yang, yang tidak dibuat-buat.” “Stabil,” bisik Shen Liu Zi tanpa menoleh. Yu Li menelan ludah, lalu melanjutkan ceritanya deng

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status